Prefiks

afiks yang diletakkan sebelum akar kata
(Dialihkan dari Awalan)

Prefiks atau awalan adalah afiks (imbuhan) yang ditambahkan pada bagian awal atau di depan suatu kata dasar.[1][2] Prefiks, seperti halnya pada afiks-afiks lainnya, merupakan salah satu morfem terikat. Suatu prefiks mungkin saja bersifat infleksional (menciptakan bentuk kata baru dengan makna dasar yang sama dan kelas kata yang sama tetapi memiliki peran sintaksis yang berbeda dalam kalimat), atau derivasional (menciptakan kata baru dengan makna semantis atau kelas kata yang berbeda).[3]

Dalam bahasa Indonesia, terdapat delapan prefiks asli dan sejumlah prefiks serapan dari bahasa-bahasa asing.

Prefiks asli bahasa Indonesia

sunting

Prefiks asli dalam bahasa Indonesia merupakan prefiks yang telah ada sejak awal bahasa Indonesia berkembang dari bahasa Melayu. Selama proses pembakuan bahasa Indonesia, prefiks-prefiks tersebut juga mengalami pembakuan hingga terbentuklah prefiks-prefiks asli baku yang ada sekarang ini.

Daftar prefiks

sunting

Prefiks asli dalam bahasa Indonesia berjumlah delapan morfem, yaitu meng-, di-, ber-, ter-, ke-, peng-, per-, dan se-.

Prefiks meng- berfungsi sebagai pembentuk verba (kata kerja) aktif, baik transitif (memerlukan objek) maupun intransitif (tidak memerlukan objek). Prefiks ini mengandung makna:[4]

  1. menjadi.
    Contoh: mencair, menguning, dan mengkristal.
  2. berfungsi sebagai atau menyerupai.
    Contoh: menyupir dan menggunung.
  3. makan atau minum.
    Contoh: menyatai, mengopi, dan mengeteh.
  4. menuju.
    Contoh: mengutara, melaut, dan menepi.
  5. mencari atau mengumpulkan.
    Contoh: mendamar dan merumput.
  6. mengeluarkan bunyi.
    Contoh: mengeong, mengaum, mencicit.
  7. menimbulkan kesan seperti seseorang atau sesuatu yang.
    Contoh: membisu, membatu, dan merendah hati.
  8. dasar verba.
    Contoh: membaca, menulis, dan membajak.
  9. membuat atau menghasilkan.
    Contoh: menyambal, menggulai, dan membatik.
  10. menyatakan.
    Contoh: mengaku.

Prefiks meng- memiliki beberapa bentuk alomorf, yaitu me-, mem-, men-, meny-, dan menge-, yang pemakaiannya memiliki kaidah tertentu tergantung pada kata dasar yang mengikutinya. Kaidah terkait penggunaan alomorf tersebut dapat dilihat di bawah ini.

Prefiks di- berfungsi sebagai pembentuk verba pasif transitif. Prefiks ini mengandung makna "dikenai suatu tindakan".[5] Contohnya adalah dimakan, dicari, ditukar, ditik, dan diambil.

Tidak seperti prefiks meng-, prefiks di- tidak memiliki alomorf lain dan tidak ada kaidah peluluhan fonem.[6]

Perlu dicatat bahwa penulisan prefiks di- tidak sama dengan kata depan di. Prefiks di- harus ditulis serangkai dengan kata dasar yang mengikutinya, sedangkan kata depan di harus ditulis terpisah dengan kata yang mengikuti.

Prefiks ber- berfungsi sebagai pembentuk verba aktif intransitif. Prefiks ini mengandung makna:[7]

  1. mempunyai.
    Contoh: beratap, bercita-cita, dan beristri.
  2. menggunakan atau memakai.
    Contoh: berlayar, bermobil, dan berbaju.
  3. menghasilkan.
    Contoh: bertelur dan berkokok.
  4. dalam jumlah atau kelipatan.
    Contoh: bertiga dan berjuta-juta.
  5. mengakui dan/atau memanggil sebagai.
    Contoh: beradik, berbapak, dan bertuan.
  6. bertindak atau bekerja sebagai.
    Contoh: bertani dan bertinju.
  7. berada dalam keadaan.
    Contoh: bergembira dan bersedih.
  8. menyatakan perbuatan timbal balik.
    Contoh: bergulat dan bertinju.
  9. menyatakan perbuatan mengenai diri sendiri.
    Contoh: berhias dan bercukur.

Prefiks ber- memiliki dua bentuk alomorf, yaitu be- dan bel-, yang pemakaiannya memiliki kaidah tertentu tergantung pada kata dasar yang mengikutinya. Kaidah terkait penggunaan alomorf tersebut dapat dilihat di bawah ini.

Prefiks ter- berfungsi sebagai pembentuk verba pasif intransitif atau pembentuk adjektiva (kata sifat) tergantung maknanya. Sebagai pembentuk adjektiva, prefiks ter- mengandung makna "paling". Contohnya adalah tercantik, terpandai, dan teramai.[8]

Kemudian sebagai pembentuk verba pasif, prefiks ini mengandung makna:[8]

  1. telah dilakukan atau dalam keadaan.
    Contoh: terbuka, terduduk, dan termenung.
  2. telah mengalami; menderita keadaan atau kejadian (dengan tidak sengaja atau dengan tiba-tiba).
    Contoh: terpesona dan terbangun.
  3. sanggup atau dapat dilakukan. Prefiks ini biasanya didahului kata tidak atau bersufiks -kan.
    Contoh: tidak terkira, tidak terangkat, dan tersalurkan.
  4. sampai ke.
    Contoh: tertulang.

Prefiks ter- memiliki satu bentuk alomorf, yaitu te-, yang pemakaiannya memiliki kaidah tertentu tergantung pada kata dasar yang mengikutinya. Kaidah terkait penggunaan alomorf tersebut dapat dilihat di bawah ini.

Sebelumnya, terdapat alomorf lain dari prefiks ter-, yaitu tel-, yang digunakan khusus untuk kata dasar anjur, membentuk kata telanjur. Setelah kata telanjur berdiri sendiri menjadi kata dasar, varian tel- tidak lagi digunakan.

Prefiks ke- berfungsi sebagai pembentuk nomina (kata benda), pembentuk verba, atau pembentuk numeralia (kata bilangan) tergantung maknanya. Sebagai pembentuk nomina, prefiks ke- mengandung makna:[9]

  1. yang mempunyai sifat atau ciri.
    Contoh: ketua.
  2. yang dituju dengan.
    Contoh: kekasih dan kehendak.

Sebagai pembentuk verba, prefiks ini mengandung makna:[9]

  1. telah mengalami atau menderita keadaan atau kejadian (dengan tidak sengaja atau dengan tiba-tiba).
    Contoh: ketabrak, kepergok, dan ketemu.
  2. dapat atau sanggup.
    Contoh: kebaca dan keangkat.

Kemudian sebagai pembentuk numeralia, prefiks ini mengandung makna:[9]

  1. tingkat atau urutan.
    Contoh: ketiga, kelima, dan kesebelas.
  2. kumpulan.
    Contoh: kedua (buku) dan ketiga (orang).

Prefiks ke- tidak memiliki alomorf lain dan tidak ada kaidah peluluhan fonem.

Prefiks per- berfungsi sebagai pembentuk verba aktif atau pembentuk nomina tergantung maknanya. Sebagai pembentuk verba, prefiks per- mengandung makna:[10]

  1. menjadikan atau membuat menjadi.
    Contoh: perindah dan perjelas.
  2. membagi menjadi.
    Contoh: perdua dan pertiga.
  3. melakukan.
    Contoh: perbuat.
  4. memanggil atau menganggap.
    Contoh: perbudak dan pertuan.

Kemudian sebagai pembentuk nomina, prefiks ini mengandung makna:[10]

  1. yang memiliki.
    Contoh: persegi dan pemalu.
  2. yang menghasilkan.
    Contoh: pedaging dan petelur.
  3. yang biasa melakukan (sebagai profesi, kegemaran, kebiasaan).
    Contoh: pertapa, petinju, dan pelajar.
  4. yang melakukan pekerjaan mengenai diri.
    Contoh: peubah.
  5. yang dikenai tindakan.
    Contoh: pesuruh dan petatar.
  6. orang yang biasa bekerja di.
    Contoh: pelaut dan peladang.
  7. orang yang gemar.
    Contoh: perokok dan pendaki gunung.

Prefiks per- memiliki dua bentuk alomorf, yaitu pe- dan pel-, yang pemakaiannya memiliki kaidah tertentu tergantung pada kata dasar yang mengikutinya. Kaidah terkait penggunaan alomorf tersebut dapat dilihat di bawah ini.

Prefiks se- berfungsi sebagai pembentuk numeralia atau pembentuk adverbia (kata keterangan) tergantung maknanya. Sebagai pembentuk numeralia, prefiks se- mengandung makna:[11]

  1. satu.
    Contoh: sekamar, sekelas, dan serumah.
  2. sama.
    Contoh: sepandai, setinggi, dan secerdas.

Kemudian sebagai pembentuk adverbia, prefiks ini mengandung makna:

  1. dengan.
    Contoh: seizinku.
  2. setelah.
    Contoh: sepergimu.

Prefiks se- tidak memiliki alomorf lain dan tidak ada kaidah peluluhan fonem.

Kaidah prefiks bergugus -eng-

sunting

Bentuk alomorf pada prefiks bergugus -eng-, yaitu meng- dan peng-, memiliki kaidah tertentu yang tergantung pada kata dasar yang mengikutinya. Kaidah penggunaan varian alomorf tersebut adalah sebagai berikut.[12][6]

  1. Bentuk meng- dan peng- digunakan jika kata dasar yang mengikutinya diawali oleh huruf vokal a, e, i, o, dan u; huruf konsonan g, h, dan k; diftong au; atau huruf konsonan ganda kh. Kata dasar yang diawali oleh huruf k perlu memperhatikan kaidah KPST. Contoh:
    • meng- + ambil = mengambil.
    • meng- + ikut = mengikut.
    • meng- + ulang = mengulang.
    • meng- + hitung = menghitung.
    • meng- + audit = mengaudit.
    • peng- + emban = pengemban.
    • peng- + obral = pengobral.
    • peng- + gerak = penggerak.
    • peng- + kibar = pengibar.
    • peng- + khayal = pengkhayal.
  2. Varian me- dan pe- digunakan jika kata dasar yang mengikutinya diawali oleh huruf l, m, n, r, w, atau y, atau huruf ganda ng atau ny. Contoh:
    • me- + minum = meminum.
    • me- + raih = meraih.
    • me- + yakin + [-i] = meyakin[i].
    • me- + nganga = menganga.
    • pe- + lamar = pelamar.
    • pe- + nafkah = penafkah.
    • pe- + wawancara = pewawancara.
    • pe- + nyanyi = penyanyi.
  3. Varian mem- dan pem- digunakan jika kata dasar yang mengikutinya diawali oleh huruf b, f, p, atau v. Kata dasar yang diawali oleh huruf p perlu memperhatikan kaidah KPST. Contoh:
    • mem- + babat = membabat.
    • mem- + pukul = memukul.
    • pem- + fitnah = pemfitnah.
    • pem- + vonis = pemvonis.
  4. Varian men- dan pen- digunakan jika kata dasar yang mengikutinya diawali oleh huruf c, d, j, s, t, atau z, atau huruf ganda sy. Kata dasar yang diawali oleh huruf s dan t perlu memperhatikan kaidah KPST. Contoh:
    • men- + cari = mencari.
    • men- + jadi = menjadi.
    • men- + skor = menskor.
    • men- + zalim + [-i] = menzalim[i].
    • pen- + datang = pendatang.
    • pen- + tabur = penabur.
    • pen- + syair = pensyair.
  5. Varian meny- digunakan jika kata dasar yang mengikutinya diawali oleh huruf s dengan memperhatikan kaidah KPST. Contoh:
    • meny- + sapu = menyapu.
    • peny- + selamat = penyelamat.
  6. Varian menge- digunakan khusus untuk kata dasar yang hanya terdiri dari satu suku kata. Kaidah KPST tidak digunakan pada poin ini. Contoh:
    • menge- + cat = mengecat.
    • menge- + klik = mengeklik.
    • menge- + pak = mengepak.
    • penge- + bom = pengebom.
    • penge- + klaim = pengeklaim.
    • penge- + lap = pengelap.
    • penge- + tik = pengetik.

Kaidah KPST

sunting

Khusus untuk kata dasar yang diawali huruf k, p, t, dan s, terdapat kaidah khusus yang berlaku, yang sering dikenal dengan kaidah peluluhan fonem atau kaidah KPST.[13][14] Kaidah tersebut adalah sebagai berikut.

  1. Kaidah KPST berarti huruf-huruf awal yang berupa k, p, t, dan s dari kata dasar akan luluh jika diberi prefiks meng- atau peng- beserta variannya. Dan juga, kata dasar yang diawali huruf s menggunakan alomorf meny- atau peny- sebagai ganti huruf tersebut luluh. Contoh:
    • meng- + kuat = menguat.
    • men- + tulis = menulis.
    • pem- + pikir = pemikir.
    • peny- + sikat = penyikat.
  2. Kaidah KPST berlaku juga pada kata berpreposisi yang diberi prefiks meng-. Contoh:
    • meng- + ke muka = mengemuka.
    • meng- + ke samping + [-kan] = mengesamping[kan].
  3. Kaidah KPST hanya berlaku jika huruf kedua dari awal adalah huruf vokal. Oleh karena itu, kaidah tersebut tidak berlaku jika huruf k, p, t, dan s tersebut diikuti oleh huruf konsonan, termasuk jika kedua huruf awal adalah gabungan huruf konsonan, yaitu kh dan sy. Dan sebagai akibatnya tersebut, kata dasar yang diawali huruf s menggunakan alomorf men-. Contoh:
    • meng- + khitan = mengkhitan.
    • mem- + plagiat = memplagiat.
    • men- + skor = menskor.
    • peng- + klasifikasi = pengklasifikasi.
    • pen- + transfer = pentransfer.
    • pen- + syair = mensyair.
  4. Namun, jika kata dasar yang diberi varian pem- tersebut diawali oleh huruf p dan diikuti oleh huruf konsonan, kaidah KPST akan tetap berlaku. Contoh:
    • pem- + program = pemrogram.
    • pem- + plagiat = pemlagiat.
  5. Kaidah KPST juga hanya berlaku jika suku kata dari kata dasar tersebut berjumlah lebih dari satu. Suku kata yang berjumlah satu akan menggunakan alomorf menge- beserta kaidah yang terkait dengannya.
  6. Kaidah KPST tidak berlaku untuk gabungan dari prefiks varian mem- dan prefiks per- yang menjadi prefiks ganda memper-. Contoh:
    • mem- + per- + hati + [-kan] = memperhati[kan].
    • mem- + per- + oleh = memperoleh.
    • mem- + per- + tegas = mempertegas.
    • mem- + per- + keruh = memperkeruh.
    • mem- + per- + parah = memperparah.
  7. Kaidah KPST masih berlaku untuk gabungan dari prefiks meng- atau peng- dan prefiks selain itu, seperti gabungan prefiks varian meny- dan prefiks se- yang menjadi menye- atau prefiks varian peny- dan prefiks se- yang menjadi penye-. Contoh:
    • meny- + se- + rata + [-kan] = menyerata[kan].
    • peny- + se- + imbang = penyeimbang.
  8. Kaidah KPST juga tidak berlaku untuk kata dasar yang tidak diserap sempurna ke dalam bahasa Indonesia. Contoh:
    • mem- + persona non grata = mem-persona non grata.
    • pen- + try out = pen-try out.
  9. Beberapa pengecualian khusus untuk kaidah KTSP adalah sebagai berikut.
    • Gabungan dari morfem mem- + punya + [-i] menghasilkan kata mempunyai. Penyebab dari pengecualian tersebut adalah karena kata mempunyai telah dikenal lama dan menjadi kebiasaan di dalam masyarakat, termasuk di ranah resmi.
    • Gabungan dari morfem meng- + kaji yang menghasilkan kata mengaji dan mengkaji, serta morfem peng- + kaji dapat menghasilkan kata pengaji dan pengkaji, yang keempatnya diterima sebagai ragam baku. Penyebab dari pengecualian ini adalah karena kedua kata tersebut diperuntukkan pada dua bidang yang berbeda. Jika mengaji dan pengaji diperuntukkan khusus pada pendalaman dan pembelajaran Al-Qur'an dan ilmu agama Islam, mengkaji dan pengkaji umumnya diperuntukkan pada pembelajaran, pendalaman, penyelidikan, pengujian, dan sebagainya secara umum.

Kaidah reduplikasi

sunting

Untuk kata dasar yang mengalami reduplikasi (perulangan) setelah diberi prefiks meng- atau peng-, terdapat kaidah khusus yang perlu diperhatikan.[6]

  1. Kata dasar umumnya direduplikasi seperti apa adanya kecuali jika ditentukan lain pada poin-poin berikutnya. Contoh:
    • baca → membaca → membaca-baca.
    • aku → mengaku → mengaku-aku.
    • raba → meraba → meraba-raba.
    • garuk → penggaruk → penggaruk-garuk.
    • endap → pengendap → pengendap-endap.
  2. Jika huruf awal pada kata dasar mengalami peluluhan fonem, huruf konsonan terakhir atau gabungan huruf konsonan terakhir pada varian prefiks yang digunakan akan ikut direduplikasi bersama dengan sisa kata dasar tersebut.
    • karang → mengarang → mengarang-ngarang.
    • tulis → menulis → menulis-nulis.
    • pukul → pemukul → pemukul-mukul.
    • sikat → penyikat → penyikat-nyikat.
  3. Jika kata dasar terdiri dari satu suku kata sehingga varian prefiks yang digunakan adalah menge-, gugus huruf -nge- ikut direduplikasi bersama dengan kata dasar tersebut.
    • tik → mengetik → mengetik-ngetik.
    • cek → pengecek → pengecek-ngecek.

Kaidah prefiks bergugus -er-

sunting

Bentuk alomorf pada prefiks bergugus -er-, yaitu ber-, ter-, dan per-, memiliki kaidah tertentu yang tergantung pada kata dasar yang mengikutinya. Kaidah penggunaan varian alomorf tersebut adalah sebagai berikut.[6]

  1. Bentuk ber-, ter-, dan per- digunakan untuk hampir semua kata dasar, kecuali jika disebutkan lain di poin-poin selanjutnya. Namun saat ini, bentuk per- tersebut lebih umum digunakan dalam konfiks per-an. Contoh:
    • ber- + sepeda = bersepeda.
    • ber- + sama = bersama.
    • ter- + besit = tertani.
    • ter- + panggil = terpanggil.
    • per- + tanda = pertanda.
    • per- + segi = persegi.
    • per- + sekutu + [-an] = persekutu[an].
  2. Varian be-, te-, dan pe- digunakan jika kata dasar yang mengikutinya diawali oleh huruf r, atau jika kata dasar tersebut memiliki suku kata pertama yang berakhiran gugus -er- (dilafalkan /ər/). Contoh:
    • be- + rembuk = berembuk.
    • be- + kerja = bekerja.
    • te- + raba = berumput.
    • te- + cermin = tecermin.
    • pe- + renang = perenang.
    • pe- + serta = peserta.
  3. Dewasa ini, kata dasar yang diberi prefiks per- tidak jarang meluluhkan huruf r membentuk varian pe-, terutama untuk makna "yang melakukan sesuatu" atau sejenisnya, sehingga kaidah untuk varian pe- tidak lagi relevan. Namun, peluluhan tersebut tidak berlaku untuk konfiks per-an.
    • per- + dagang = pedagang.
    • per- + juang = pejuang.
    • per- + main = pemain.
    • per- + laku = pelaku.
    • per- + tinju = petinju.
  4. Varian bel- dan pel- digunakan khusus untuk kata dasar ajar dan unjur.
    • bel- + ajar = belajar.
    • pel- + ajar = pelajar.
    • bel- + unjur = belunjur.

Perbandingan prefiks

sunting

Beberapa prefiks memiliki hubungan antara satu sama lain, baik secara morfologis maupun semantis.

Meng- vs. di-

sunting

Prefiks meng- yang transitif dan prefiks di- saling bertolak belakang satu sama lain. Kata berprefiks meng- yang merupakan verba aktif dapat diubah menjadi verba pasif dengan mengubah prefiksnya menjadi di-, dan begitu pun sebaliknya. Contoh:

  • memutus ⇔ diputus.
  • merusak ⇔ dirusak.
  • melihat ⇔ dilihat.
  • mengepel ⇔ dipel.
  • mengklarifikasi ⇔ diklarifikasi.

Meng- vs. ber-

sunting

Meskipun sama-sama mampu membentuk verba aktif intransitif dan perbedaan di antara keduanya acap kali sangat tampak, batas perbedaan tersebut sulit untuk dijelaskan. Menurut Dwi Agus Erinita, perbedaan di antara keduanya dapat dijelaskan dari sudut pandang makna inheren (khas) secara telis (menggambarkan perbuatan tuntas) dan atelis (menggambarkan perbuatan tidak tuntas). Prefiks meng- umumnya membentuk verba telis yang digunakan ketika waktu kejadian dari verba tersebut jelas dan terbatas pada suatu titik tertentu, entah itu terjadi pada kala lampau, kini, maupun mendatang. Sementara prefiks ber- umumnya membentuk verba atelis yang waktu kejadian tidak perlu diketahui secara jelas dan bahkan mungkin saja tidak dibatasi pada waktu tertentu.[15] Contoh:

  • mengganti vs. berganti.
  • menanam vs. bertanam.
  • memburu vs. berburu.
  • menghitung vs. berhitung.
  • menyanyi vs. bernyanyi.

Peng- vs. per-

sunting

Prefiks peng- dan per- memiliki beberapa makna yang mirip, dan juga memiliki alomorf yang sama, yaitu pe-. Berikut adalah perbandingan kemiripan di antara keduanya.

  1. Sebagian nomina berprefiks peng- memiliki hubungan yang bermakna "melakukan" atau "berprofesi" dengan verba terkait berprefiks meng-, sedangkan sbagian nomina berprefiks per- (terutama varian pe-) juga memiliki hubungan yang sama tetapi dengan verba berprefiks ber-. Contoh:
    • perawat → merawat. (berprofesi)
    • pembaca → menulis. (melakukan)
    • pelatih → melatih. (berprofesi)
    • pendengar → melaut. (melakukan)
    • pedagang → berdagang. (berprofesi)
    • pemain → bermain. (melakukan)
    • petani → bertani. (berprofesi)
    • pejalan → berjalan (melakukan)
  2. Sebagian nomina berprefiks peng- dan per- (atau pe-) juga dapat membentuk hubungan kontras pelaku–pengalam. Kata berprefiks peng- berperan sebagai pelaku sementara kata berprefiks per- atau pe- sebagai pengalam (sasaran). Contoh:
    • penyuruh vs. pesuruh
    • peninju vs. petinju
    • penyerta vs. peserta
    • penatar vs. petatar
    • penyuluh vs. pesuluh

Bentuk Terikat

sunting

Bahasa Indonesia sebagai bahasa yang terus berkembang telah menyerap banyak kata dan morfem dari bahasa asing, dan termasuk di antaranya prefiks-prefiks yang telah disesuaikan dan diserap ke dalam bahasa Indonesia. Prefiks sejenis ini disebut sebagai bentuk terikat. Tidak semua bentuk terikat berupa imbuhan di awal kata. Sebagaimana prefiks, bentuk terikat ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.

  • Bahasa Sanskerta/Jawa Kuno/Melayu Kuno
    • adi-, contoh: adikuasa, adibudaya, adikodrati
    • aneka-, contoh: anekabahasa
    • antar-, contoh: antarbangsa, antarkota, antarmolekul, antarsel
    • awa-, contoh: awanama, pengawahutanan, awalembap, awaracun
    • catur-, contoh: caturwulan, caturkutub
    • dasa-, contoh: dasawarsa, dasasila, dasalomba (decathlon)
    • dwi-, contoh: dwibahasa
    • eka-, contoh: ekasuku, ekabahasa
    • lir-, contoh: lirruang, gangguan psikotik lirskizofrenia[16]
    • maha-, contoh: Mahakuasa (tidak merujuk kepada sifat Tuhan), maharaja, maharatu, mahatahu
    • nir-, contoh: nirkabel, nirlaba, niraksara, nirbentuk
    • panca-, contoh: pancaragam, pancalogam
    • pasca-, contoh: pascapanen, pascalahir, pascasalin, pascaperang
    • pra-, contoh: prasejarah, prasangka, pranatal
    • pramu-, contoh: pramusiwi, pramukopi, pramukantor, pramusapa[17]
    • purba-, contoh: purbawisesa
    • purna-, contoh: purnawaktu, purnawirawan
    • su-, contoh: sujana, susila, susastra
    • swa-, contoh: swalayan, swasembada, swafoto
    • tak-, contoh: takadil, takaktif, takalami, takbetul, takberpihak, takbersuara, takbiasa
    • tan-, contoh: tansuara, tanwarna, tanwujud
    • tri-, contoh: triunsur
    • tuna-, contoh: tunadaksa, tunasusila, tunawisma, tunakarya, tunaasmara[18]
  • Bahasa Inggris
    • a-, contoh: amoral
    • ab-, contoh: abnormal
    • abs-, contoh: abstrak
    • ad-, contoh: adhesi
    • ak-, contoh: akulturasi
    • am-, contoh: amputasi
    • amb-, contoh: ambivalensi
    • an-, contoh: aneurisme
    • ana-, contoh: anabolisme
    • ant-, contoh: antasid
    • ante-, contoh: anterior
    • anti-, contoh: antiklinal
    • apo-, contoh: apokromatik
    • aut-, contoh: autarki
    • auto-, contoh: autostrada
    • bi-, contoh: bikonveks
    • de-, contoh: dehidrasi
    • di-, contoh: dikromatik
    • dia-, contoh: diapositif
    • dis-, contoh: disharmoni
    • eko-, contoh: ekologi
    • eks-, contoh: eksklusif
    • ekso-, contoh: eksogami
    • ekstra-, contoh: ekstradisi
    • em-, contoh: empati
    • en-, contoh: ensenfalitis
    • endo-, contoh: endotermal
    • epi-, contoh: epigon
    • heksa-, contoh: heksagon
    • hemi-, contoh: hemisfer
    • hemo-, contoh: hemoglobin
    • hepta-, contoh: heptarki
    • hetero-, contoh: heterofil
    • hipo-, contoh:
    • il-, contoh: ilegal
    • im-, contoh: imigrasi
    • in-, contoh: induksi
    • infra-, contoh: infrasonik
    • inter-, contoh: interferensi
    • intra-, contoh: intradermal
    • intro-, contoh: introjeksi
    • iso-, contoh: isoenzim
    • kata-, contoh: katalis
    • ko-, contoh: koordinasi
    • kom-, contoh: komisi
    • kon-, contoh: konsentrat
    • kontra-, contoh: kontradiksi
    • kuasi-, contoh: kuasilegislatif
    • meta-, contoh: metamorfosis
    • mono-, contoh: monodrama
    • pan-, contoh: panasea
    • pant-, contoh: pantisokrasi
    • panto-, contoh: pantograf
    • para-, contoh: paraldehida
    • penta-, contoh: pentahedron
    • peri-, contoh: perihelion
    • poli-, contoh: polifagia
    • pre-, contoh: prematur
    • pro-, contoh: protoraks
    • proto-, contoh: prototipe
    • pseu-, contoh: pseudepigrafi
    • pseudo-, contoh: pseudomorf
    • re-, contoh: rehabilitasi
    • retro-, contoh: retrofleks
    • semi-, contoh: semipermanen
    • sin-, contoh: sinestesia
    • sub-, contoh: submukosa
    • super-, contoh: supersonik
    • supra-, contoh: suprasegmental
    • tele-, contoh: teleskop
    • trans-, contoh: transliterasi
    • tri-, contoh: trikromat
    • ultra-, contoh: ultramodern
    • uni-, contoh: uniseluler

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ (Indonesia) Arti kata Prefiks dalam situs web Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia.
  2. ^ Chaer, A. (2008). Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta: Rineka Cipta.
  3. ^ Wilson 2011, hlm. 152–153.
  4. ^ (Indonesia) Arti kata meng- dalam situs web Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia.
  5. ^ (Indonesia) Arti kata di- dalam situs web Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia.
  6. ^ a b c d Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia edisi keempat - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
  7. ^ (Indonesia) Arti kata ber- dalam situs web Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia.
  8. ^ a b (Indonesia) Arti kata ter- dalam situs web Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia.
  9. ^ a b c (Indonesia) Arti kata ke- dalam situs web Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia.
  10. ^ a b (Indonesia) Arti kata per- dalam situs web Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia.
  11. ^ (Indonesia) Arti kata se- dalam situs web Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia.
  12. ^ Cahyo (2019-03-08). "Pedoman, Aturan & Contoh Penggunaan Awalan Me". Kependidikan. Diakses tanggal 2022-11-21. 
  13. ^ Lanin, Ivan (2016-01-04). "Apakah kaidah KPST itu?". Beritagar. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-02-18. Diakses tanggal 2022-11-21. 
  14. ^ Sodikin, Amir (2021-01-08). "Peluluhan Kata Dasar Berawalan KPST". KOMPAS. Diakses tanggal 2022-11-21. 
  15. ^ Erinita, Dwi Agus (2016). "Perbedaan Prefiks Ber- dan Me- dari Sudut Makna Inheren Telis dan Atelis". Sirok Bastra. 4 (1): 1–6. doi:10.37671/sb.v4i1.69. ISSN 2354-7200. 
  16. ^ Maslim, Rusdi (2013). Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III dan DSM-5. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atma Jaya. hlm. 20, 29, 35, 41, 44, 45, 54. ISBN 979-3543-00-0. 
  17. ^ Utami, Esti (2023-09-21). "Pramusapa, Cara TransJakarta dan Commuter Line Melayani Disabilitas dan Penumpang Prioritas". ruangkota.com. Diakses tanggal 2024-03-01. 
  18. ^ Sanari, Widya (2023-09-18). "Apa Itu Tuna Asmara dan Mengapa Seseorang Bisa Menjadi Tuna Asmara?". Barak.id. Diakses tanggal 2024-03-01. 

Pustaka

sunting

Pranala luar

sunting