Wiwoho Purbohadidjojo

Raden Wiwoho Purbohadidjojo (31 Agustus 1898–?) adalah seorang tokoh pergerakan nasional asal Temanggung yang juga menjadi pendiri Jong Islamieten Bond. Dia pernah menjadi Menteri Penerangan Republik Indonesia pada masa pemerintahan perdana menteri Abdul Halim dan Dubes Indonesia untuk Belgia.

Wiwoho Purbohadidjojo
Duta Besar Indonesia untuk Belgia
Masa jabatan
1956–1959
PresidenSoekarno
Sebelum
Pendahulu
Mohamad Razif
Pengganti
Laili Roesad
Sebelum
Menteri Penerangan
Masa jabatan
21 Januari 1950 – 6 September 1950
PresidenAssaat
Perdana MenteriAbdul Halim
Informasi pribadi
Lahir(1898-08-31)31 Agustus 1898
Bejen, Hindia Belanda
Meninggal?
?
Partai politikMasyumi
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Kehidupan dan karier awal

sunting

Wiwoho Purbohadidjojo dilahirkan di Bejen pada tanggal 31 Agustus 1898. Ayahnya adalah seorang wedana di daerah Bagelen. Wiwoho bersekolah di HBS dan pada tahun 1917, dia mendirikan perhimpunan pelajar di Bandung yang bernama Bond Van Inlandse Studerenden. Dia menamatkan pendidikannya di HBS pada tahun 1918.[1]

Seusai menyelesaikan pendidikannya di HBS, Wiwoho diangkat menjadi kepala sekolah Adhi-Dharmo di Yogyakarta. Kemudian dia mengundurkan diri dan pindah ke Semarang untuk bekerja di perusahaan kereta api NIS.[1]

Karier Politik

sunting

Masa Hindia Belanda

sunting

Di Semarang, dia bergabung dengan National Indische Partij.[1] Pada tahun 1921, dia menjadi anggota Gemeenteraad kota Semarang mewakili partai Indische Partij. Tidak hanya menjadi anggota partai, Wiwoho juga menjadi ketua buruh pekerja di sektor perkertapian dan menjadi anggota pengurus besar serikat pekerja pegawai kereta api.[2]

Jong Islamieten Bond

sunting

Wiwoho pindah ke Yogyakarta pada tahun 1922 karena kantor NIS pindah ke Jogja dan dia tinggal di sana selama lima tahun. Pada tahun 1925, dia bersama dengan teman-temannya mendirikan organisasi kepemudaan muslim yang bernama Jong Islamieten Bond (JIB) dan diangkat sebagai wakil ketua.[2][3] Dua setelah Jong Islamieten Bond didirikan, dia diangkat sebagai ketua pengurus besarnya sampai dengan tahun 1928.[4] Selama menjabat sebagai ketua JIB, JIB membentuk organisasi kepanduan yang bernama Nationale Indonesische Padvinderij.[5] Pada tahun 1928, Wiwoho menjadi salah satu peserta Kongres Pemuda Kedua mewakili Jong Islamieten Bond.[6]

Volksraad

sunting

Pada tanggal 15 Juni 1931, Wiwoho diangkat sebagai anggota Volksraad sampai dengan tahun 1942. Pada tahun 1937, Wiwoho ditunjuk sebagai anggota Badan Pekerdja Volksraad.[2]

Selama menjadi anggota Volksraad, Wiwoho mengajukan sebuah mosi yang menghendaki adanya masa peralihan lima tahun sebelum bangsa Indonesia mendirikan pemerintahannya sendiri berhubung dengan situasi politik di Asia.[7] Selain itu juga, Wiwoho bersama dengan Mohammad Husni Thamrin dan Sutardjo Kertohadikusumo, mengajukan mosi kepada pemerintahan kolonial Belanda untuk mengubah nama Hindia Belanda menjadi Indonesia pada bulan Agustus 1939. Mosi tersebut ditolak.[8]

Dia juga melawan segala bentuk penghinaan terhadap agama Islam. Pada tanggal 29 Juli 1931, dia memprotes artikel majalah Hoa Kiao yang menghina Nabi Muhammad SAW. Protesan dia menyebabkan 6000 orang berdemo di Surabaya mengecam artikel majalah tersebut. Satu bulan berselang, pada 7 Agustus 1931, Wiwoho melayangkan protes terhadap artikel ditulis oleh Jan ten Berge yang menghina Islam.[9]

Partai Islam Indonesia

sunting

Pada tanggal 4 Desember 1938, Wiwoho bersama dengan kawan-kawannya mendirikan Partai Islam Indonesia dan dia diangkat sebagai ketua partai tersebut. Berama dengan Wali Alfatah dan Dr. Sukardi, Wiwoho adalah salah satu pengurus PII yang bukan berasal dari Muhammadiyah.[10]

Masa Pendudukan Jepang

sunting

Selama masa pendudukan Jepang, Wiwoho menjabat sebagai anggota Chuo Sangi-In.[7]

Masa Republik Indonesia

sunting

Pada tahun 1945, dia menjadi ketua Dewan Pimpinan Daerah. Selanjutnya, dia menjadi Kepala Sekretariat Staf Pemerintahan Daerah Militer V di Djawa. Pada tanggal 21 Januari 1950, Wiwoho diangkat sebagai Menteri Penerangan Republik Indonesia menggantikan Raden Sjamsoeddin dalam Kabinet Halim. Dia menjabat sebagai menteri penerangan sampai dengan tanggal 6 September 1950.[7]

Wiwoho terpilih sebagai anggota DPRD Yogyakarta pada tahun 1951 dari partai Masyumi.[11] Pada tanggal 17 January 1952, Wiwoho terpilih menjadi ketua DPRD Yogyakarta melaui voting sidang DPRD Yogyakarta.[12]Pada tahun 1956, Wiwoho menjabat sebagai Dubes Indonesia untuk Belgia. Jabatan tersebut dia emban sampai dengan tahun 1959.[13] Wiwoho menjadi anggota DPR pada tahun 1959 menggantikan Prawoto Mangkusasmito.[14]

Referensi

sunting
  1. ^ a b c Kementerian Penerangan, Kementerian Penerangan (1950). Kabinet Republik Indonesia. Jakarta: Kementerian Penerangan RI. hlm. 21. 
  2. ^ a b c Kementerian Penerangan, Kementerian Penerangan (1950). Kabinet Republik Indonesia. Jakarta: Kementerian Penerangan RI. hlm. 22. 
  3. ^ Abdul Rahman, Momon; Darmansyah, Darmansyah; Wardoyo, Kusmo; Winarti, Siti Sugi; Misman, Misman (2006). Jong Islamieten Bond: Pergerakan Pemuda Islam 1925-1942. Jakarta: Museum Sumpah Pemuda. hlm. 17. 
  4. ^ Abdul Rahman, Momon; Darmansyah, Darmansyah; Wardoyo, Kusmo; Winarti, Siti Sugi; Misman, Misman (2006). Jong Islamieten Bond: Pergerakan Pemuda Islam 1925-1942. Jakarta: Museum Sumpah Pemuda. hlm. 114. 
  5. ^ Abdul Rahman, Momon; Darmansyah, Darmansyah; Wardoyo, Kusmo; Winarti, Siti Sugi; Misman, Misman (2006). Jong Islamieten Bond: Pergerakan Pemuda Islam 1925-1942. Jakarta: Museum Sumpah Pemuda. hlm. 55. 
  6. ^ Mu'arif, Mu'arif. "Kasman Singodimedjo: Singa di Atas Meja". alif.id. Alif. Diakses tanggal 3 Mei 2023. 
  7. ^ a b c Kementerian Penerangan, Kementerian Penerangan (1950). Kabinet Republik Indonesia. Jakarta: Kementerian Penerangan RI. hlm. 23. 
  8. ^ Postingan Nostalgia, Postingan Nostalgia. "Rekam Cerita Indonesia sebagai Identitas Politik". kumparan.com. Kumparan. Diakses tanggal 3 Mei 2023. 
  9. ^ Steenbrink, Karel A. (2003). Catholics in Indonesia, 1808-1942 A Documented History. Volume 2: The Spectacular Growth of a Self Confident Minority, 1903-1942. Leiden: KITLV Press. hlm. 52. ISBN 9067182605. 
  10. ^ Syaifullah, Syaifullah (2022). Nalar Negara dalam Muhammadiyah (edisi ke-1). Yogyakarta: UAD Press. hlm. 79. ISBN 978-623-5635-45-3. 
  11. ^ Yuniyanto, Tri (2010). "The Process of Democratization in Yogyakarta, Indonesia, 1951–1956: A Historical Perspective". Tawarikh: International Journal for Historical Studies. 2 (1): 65. 
  12. ^ "Wiwoho is voorzitter van de Daerah-raad Jogja (Van een correspondent)". De locomotief. Semarang. 19 Januari 1952. 
  13. ^ "Mantan Duta Besar KBRI Brussel". Kedutaan Besar Republik Indonesia di Brussel, Belgia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-10-17. Diakses tanggal 3 Mei 2023. 
  14. ^ Sekretariat DPR-GR, Sekretariat DPR-GR (1970). Seperempat abad Dewan Perwakilan Rakjat Republik Indonesia. Jakarta: DPR-GR. hlm. 632.