Jump to ratings and reviews
Rate this book

Pantomime

Rate this book
Menurut Atlanta, dia hanya punya 18 hari lagi.

Menurut Asteria, tidak ada hari untuknya.

Menurut mereka berdua, hidup mereka seperti pantomimer.

Bersembunyi dalam topeng, dan tidak akan pernah ada yang bisa mendengar kata-kata mereka.

Kata-kata yang ingin mereka teriakkan sejak lama.

Saat mereka bertemu, Atlanta menyadari kehadiran Asteria, tapi Asteria menunggu kehadiran Atlanta.

Pertemuan itu membuat mereka mempertanyakan keputusan masing-masing.

Namun, apa dunia mau mendengarkan?

268 pages

First published August 26, 2019

Loading interface...
Loading interface...

About the author

Sayyidatul Imamah

6 books6 followers

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
10 (15%)
4 stars
22 (33%)
3 stars
20 (30%)
2 stars
9 (13%)
1 star
4 (6%)
Displaying 1 - 18 of 18 reviews
Profile Image for R.A.Y.
290 reviews47 followers
June 13, 2020
2☆

Maaf ini bukan review yg menyenangkan.

/menghela napas panjang/

Salah timing banget baca novel ini setelah maraton baca novel-novel terjemahan bertema mental health 🙂 Tiga judul novel YA yg dirujuk dalam novel ini saya udah baca semua. 13 Reasons Why, Looking For Alaska, All The Bright Places. Dan saya baru banget jatuh cinta sama All The Bright Places, lagi ngerasa hanya dia satu-satunya yg ada di dunia ini. Makanya rasanya aneh banget menemukan ada cukup banyak hal dalam novel ini yg kayaknya "terinspirasi" dari ATBP, lebih-lebih penulisnya menulis di Catatan Pengarang, "Akhir-akhir ini aku menggemari buku bertema depresi." Ada satu bagian yg kayak straight out "terinspirasi" dari ATBP sampai saya buka lagi ATBP di iPusnas untuk membandingkan. Dan kemiripannya amat mencengangkan sampai-sampai saya speechless. Bener-bener reka ulang adegan saat Finch dan Markey corat-coret tembok menulis "Sebelum mati aku ingin"—dengan perbedaan tentunya tapi juga semirip itu.

Ada bagian-bagian yg juga ngingetin saya sama My Heart and Other Blackholes, terutama soal situs orang-orang yg hendak bunuh diri dan saat Asteria mengumpamakan dirinya pake teori-teori sains (bintang, lubang hitam, gravitasi, dsb). Dan sosok Asteria itu sendiri diceritakan "seperti" Alaska dalam Looking For Alaska. Lalu Atlanta meniru tape dalam 13 Reasons Why tapi dalam bentuk tulisan. All The Bright Places dirujuk tapi di bagian yg lain juga "ditiru", ngga cuma bagian "Sebelum mati aku ingin" tapi juga bagian kontakan di Facebook dan ngepost quote-quote.

Lagi, penulisnya mengutarakan dalam Catatan Pengarang bahwa ia "akhir-akhir ini gemar baca buku bertema depresi". KEBETULAN saya juga habis maraton baca buku bertema serupa jadi kerasa banget ada beberapa hal yg dia comot dari beberapa judul. Di satu sisi ini keren, kata Pak Sapardi Djoko Damono seorang penyair/pengarang memang "curi" sana "curi" sini, tapi tetep aja .... Novel ini jadi kayak semacam "rangkuman" penulis dari novel-novel yg telah dibacanya. Kayak ... sebuah daur ulang dgn bahan-bahan campuran dari novel-novel yg dia jadikan referensi. I'm sorry tapi itu bikin saya agak kesulitan merasakan "mananya bagian yg berasal dari hati penulisnya sendiri???" Mungkin ini justru adalah cara penulis mengungkapkan kegelapan-kegelapan yg dirasakannya. Dan mungkin saya beneran salah timing baca novel ini setelah menikmati novel-novel bertema mental health yg MUNGKIN juga jadi referensi penulis. Tapi entahlah. Terlalu banyak "terinspirasi" bisa membuat karyamu terasa kurang orisinal, dan itulah yg saya rasakan tentang novel ini.

Hal lain yg juga membuat saya agak kesulitan menikmati novel ini:
1) Gaya bahasa terjemahan campur dgn gaya bahasa gaul gue-lo. Unik dan tidak mengganggu kelihaian penceritaan penulis, tapi terkesan tidak konsisten. Apalagi latar tempatnya fiktif. Kadang kayak luar negeri, kadang kayak di Jabodetabek.
2) Suasana kelam dari halaman pertama sampai terakhir, seakan-akan sesuatu yg menyenangkan dilarang terjadi dalam cerita ini.
3) Atlanta yg selalu skeptis dan menolak segala hal dan ngga pernah mau kooperatif because of """depression""". Dia rasanya dibuat terlalu "gelap", terlalu "hitam", suasana hatinya SELALU buruk dan hidupnya kayaknya selalu MENDERITA. Ngga ada dinamikanya kecuali saat dia ketemu sama Atlanta.
4) Asteria yg ngga pernah becus beradaptasi. Awalnya seseneng itu dapet kerjaan di restoran tapi BARU SEHARI KERJA dia merasa itu ngga cukup. Lalu ngga pernah kerja lagi. Lalu menggelandang sambil terus meratapi hidup. Pas dapet kerjaan dia MINGGAT lagi dan lagi-lagi meratapi hidup. Bete bacanya. Awalnya saya ikut seneng pas dia dapet kerjaan di restoran, tapi kembali ke poin nomor 2, sesuatu yg menyenangkan dilarang terjadi dalam cerita ini.
5) Terlalu banyak hal negatif. Terlalu. Banyak.
6) Apa lagi ya? Segini aja saya udah cukup bete sih. Bukan emosi, cuma bete aja.

Hal yg saya suka dari novel ini:
1) Diksinya yg lihai, rapi banget, dan buat saya itu menakjubkan.
2) Secara teknis mungkin bisa dikatakan novel ini "sempurna". Cara penyampaiannya sangat sangat SANGAT bagus. Tapi ya itu tadi. "Terinspirasi" di mana-mana.
3) Menyampaikan pesan untuk raise awareness soal masalah-masalah yg biasa berkaitan dgn depresi dan bunuh diri. Bullying ada, child abandonment ada, kekerasan dalam rumah tangga ada, broken home ada, dan masih ada banyak lagi. Mungkin karena semua-mua masalah kayak dimasukin dalam novel ini makanya ceritanya terasa kelam dan negatif banget ya?

Udah.

I don't think I have nicer things to say. I'm so sorry.

Edited on June 13
Tambahan:
Ada lagi bagian yg mirip dengan My Heart and Other Blackholes yg lupa saya sebutin, yaitu adanya interaksi dgn orang-orang yg sama-sama suicidal lewat web. Ngga sekalian aja janjian ketemu untuk bunuh diri bareng biar lebih afdol nyomotnya? 😀 Lalu bagian prosopagnosia juga ternyata dicomot dari Holding Up The Universe ya? Ada bagian yg dicontek dari I Was Here jugakah? Saya belum baca I Was Here jadi lolos nih kalo nyontek dari sini 😊

Novel ini jadi bener-bener kayak ... ngga punya kisahnya sendiri. Dan ini berpengaruh banget pada pikiran saya terhadap penulis. Saya jadi sangsi di novelnya yg lain penulis menulis karya yg benar-benar orisinal. Memang ngga ada karya yg 100% orisinal di dunia ini, tapi novel yg elemen-elemennya "terinspirasi" dari mana-mana kayak gini apa ngga semakin menurunkan kadar orisinalitasnya? Udah ngga ada yg 100% orisinal di dunia ini, masih comot-comot dari sana-sini lagi. Kalo saya lihat dari blurb beberapa novelnya yg lain, penulis juga kayaknya menulis hal-hal yg sama. Saya ngga seharusnya melakukan penilaian yg dangkal seperti ini sih, tapi novel Pantomime ini benar-benar merusak kepercayaan saya pada kreativitas dan orisinalitas penulis. Saya jadi ragu mau baca karyanya yg lain. Takut menemukan lebih banyak "terinspirasi" yg bahkan mendekati penjiplakan (asli, adegan "Sebelum mati aku ingin" itu mirip bangettttt banget kayak yg ada di All The Bright Places, bahkan tata penulisan kalimat-kalimatnya mirip. Saya udah membandingkannya, udah melihat adegan di buku ini dgn yg ada di ATBP dgn mendampingkannya sebelah-sebelahan, dan kemiripannya kayak yg udah saya bilang: bikin speechless luar biasa. Kenapa kamu melakukan ini, wahai penulis? Kamu suka adegan itu dan ingin menulisnya ulang di bukumu sendiri? Saya bener-bener ngga habis pikir).

Tolong kasih tahu saya kalo novel lain mbak Sayyidatul Imamah temanya masih kayak gini TANPA mencomot adegan atau ide dari novel-novel lain. Sebenernya mbak Sayyidatul Imamah ini menulis dgn sangat baik, sayang kalo di-dismiss cuma karena karyanya berisi "daur ulang" dari karya-karya penulis lain. Tapi ya itu tadi, kalo yg ditulis bisa sedekat itu dgn penjiplakan, mau menulis dgn sangat baik pun tetep aja ngga bisa dipercaya. Saya penasaran juga sih sama editornya. Apa yg membuat editor novel ini membiarkan ditulisnya kemiripan-kemiripan itu? Apa ngga dicek dulu? Adegan "Sebelum mati aku ingin" itu bisa fatal banget lho saking miripnya. Pertimbangannya apa membiarkan kemiripan-kemiripan itu? I'm genuinely curious to know about it.

Kalo udah pernah baca ATBP, 13 Reasons Why, My Heart and Other Blackholes, Looking For Alaska, dan novel-novel YA bertema mental health lain, mungkin ngga perlu baca novel ini. Kamu ngga akan mendapatkan sesuatu yg baru.
This entire review has been hidden because of spoilers.
Profile Image for naga.
445 reviews81 followers
December 14, 2021
trigger warnings: suicide, depression, violence, sexual assault, bullying


dari awal sampai akhir aku ngerasa ceritanya mirip, bahkan nyaris persis sama, dengan By The Time You Read This I'll Be Dead. bener-bener persis, mulai dari percobaan gagal dengan melukai tenggorokan dan harus pake gips, ketemu orang yang sok akrab di bangku deket sekolah pas lagi nunggu dijemput, alasan mau bunuh diri, situs bunuh diri, dan ending yang menggantung dengan implikasi sudah pergi menuju cahaya (whatever that means). bedanya gender karakter yang ditukar (BTTTYRTIBD tokoh yang bunuh diri cewek, temennya cowok, Pantomime sebaliknya), adanya POV dari Asteria/teman yang berusaha memberi arti kehidupan, anggota keluarga, alasan bullyingnya pun mirip—tokoh utama BTTTYRTIBD dibully karena gemuk, Pantomime karena naksir cewek gemuk.

mengangkat isu mental illness memang bagus, tapi bukan berarti bisa jiplak karya orang seenaknya.
1 review
June 11, 2020
Gue tau banget ini novel pengen nyeritain penyakit mental yang dialami oleh tokoh main chara cowomya, tapi enggak gitu aja dong ngejiplak banyak adegan yang sebelas duabelas sama novel-novel populer lain. Kurang ide banget ya penulisnya? Jadi rugi deh udah beli mahal-mahal kalo tau isinya kayak gini. Stop ngebohongi pembaca, yang baca buku bukan berarti gak tau alias ga bego-bego banget! Hargai juga karya penulis lain dengan enggak ngejiplak seenak jidat seakan itu hal yang lumrah-lumrah aja padahal itu haram banget aslinya. Kecewa banget asli... :((((((
Profile Image for Dedul Faithful.
Author 7 books23 followers
June 9, 2020
Spoiler, awas, diskip aja

Hemm banyak ya bagian dari karya lain yang terinspirasi dan ditulis di sini dan kayaknya masih raw. Aku ga bisa suka sama gaya bahasanya yang tanggung, Juga banyak hal yang kurang jelas di novel ini, misalnya alasan salah satu tokoh membeberkan rahasia Atlanta, kurang banget apa alasan dia melakukan itu. Juga ada bagian pas orang-orang dari masa lalu Atlanta ngeliat dia, mereka sama sekali ga bereaksi gitu? Sama sekali gak merasa bersalah? Pokoknya gitulah. Dan aku gak bisa suka sama karakter Asteria yang alih-alih optimistis, tapi berbanding terbalik dengan kelakuan-kelakuannya. Oh ya, dia masa gak tau Ibu Robin kerja di dinas sosial, padahal temenan lama. Pokoknya gitulah, sorry :(( Tapi kayanya penulis bisa berkembang di karya-karya selanjutnya. Semangat!
This entire review has been hidden because of spoilers.
May 10, 2020
Pantomime - Sayyidatul Imamah.⁣

"Yang aku ingin katakan adalah, mungkin segala sesuatu memang relatif. Bukan hanya cahaya dan waktu seperti teori Einstein, tapi segala sesuatu di dunia ini. Kehidupan kadang tampak mengerikan dan menjemukan, tapi itu bagaimana persepsi si pengamat. Seandainya si pengamat mau menggeser sudut pandangnya, alam semesta mungkin akan berubah dan dunia akan tampak jauh lebih ringan." (Halaman 192-193).⁣

Perlu kita catat sebelumnya, bahwa depresi bukanlah suatu hal yang pantas untuk diremehkan meski depresi tak terlihat. Novel yang kubaca kali ini mengangkat tema psikologis yang kental.⁣

Novel ini menceritakan tentang Atlanta, seseorang yang sangat menderita. Karena baginya, ia adalah luka yang diciptakan untuk membunuh dirinya sendiri. Atlanta pernah melakukan percobaan bunuh diri, namun gagal. Karena itulah, kerongkongannya harus di gips dan ia hanya bisa makan dengan makanan yang sudah dihaluskan, plus dia tidak dapat bicara.⁣

Atlanta dengan sejuta sisi kelamnya dipertemukan dengan sosok Asteria yang berusaha bertahan hidup dengan menanggung bebat seluas lautan di pundaknya. Sama seperti Atlanta, keduanya diciptakan penulis dengan sisi gelapnya.⁣

Asteria yang ceria, ternyata memiliki beribu-ribu luka dalam dirinya. Asteria harus menanggung pukulan dari bibinya ketika bibinya tak dapat membeli narkoba, juga, Asteria telah merenggut masa-masa remajanya; ia keluar dari sekolah, kabur dari rumah, dan mencari pekerjaan.⁣

Tentang dunia yang hanya sekadar mendengar tetapi tak pernah mendengarkan, tentang lika-liku panjang yang dilalui Asteria, tentang keluarga Atlanta yang telah memiliki 'Raihan', dan tentang Atlanta yang mencoba membunuh dirinya setiap waktu.⁣

Novel ini sangat berkesan. Penulis menuliskan kisah yang realistis dan sering terjadi di kalangan remaja. Depresi. Sebuah tema yang selalu membuat orang salah paham, sehingga terlalu meremehkan. Sekali lagi, depresi bukan hal yang semata-mata untuk ditertawakan. Jaga dan rangkul mereka; karena terkadang, satu kalimat yang kau ucapkan mampu menyelamatkan nyawa seseorang.⁣
Profile Image for Frisca.
15 reviews
November 20, 2023
Rating asli: 4.5/5

Wow. Pantomime adalah buku dengan karakter menarik, konflik menarik, plot menarik, setting menarik, klimaks menarik, dan akhir yang menarik (banget). Singkatnya, buku ini berisi hal-hal menarik, tapi juga berat, depressing, dan triggering.

Jangan baca kalo pemerkosaan, bullying, self-harm, dan hal-hal yang berkaitan dengan bunuh diri sangat amat triggering buat kamu. Don’t read it, your well-being is much more important.

POV, Karakter, dan Karakterisasi
Ada dua sudut pandang di cerita ini. Pertama, POV Asteria yang optimis (kadang pesimis, tapi maksa optimis), cheerful, tapi juga depresi. Cewek ini anak jalanan. Yang artinya, dia nggak punya rumah. Sebatang kara juga. Fakta itu cukup buat ngasih kamu bayangan tentang hidup dan konflik apa yang Asteria hadapi di buku. Kedua, POV Atlanta yang pesimis, sinis, suram, dan super-duper-mega depressed. Cowok ini depresi, sakit jiwa, dan beberapa kali nyoba bunuh diri. Yang lebih buruk lagi, ibunya itu belum cocok jadi ibu. Nah, semoga sekarang kamu udah ada bayangan soal siapa Atlanta, gimana dia hidup, dan apa yang dia hadapi di buku.

Plot
Yang dialami Atlanta cukup brutal. Makanya, dia se-fucked up itu. Yang dialami Asteria juga brutal, omong-omong, tapi dia “terselamatkan” oleh dirinya sendiri yang punya karakter tangguh dan jago jadi sosok yang optimis. Polaritas di antara dua karakter utama ini jadi salah satu poin plus Pantomime. Selain itu, poin plusnya ada dieksekusi cerita yang, menurutku, well-executed. Nggak buru-buru, tapi juga nggak bertele-tele. Sebagai pembaca aku jadi agak terikat (attached) ke Atlanta dan Asteria haha. Mereka likeable, surprisingly. Terutama Atlanta karena menurutku dia kocak padahal nggak lagi ngelawak. Ditambah, akhir cerita ini bikin Pantomime makin realistis, nggak terasa kayak fairy tale. Nggak terasa fiksi banget. Ending-nya perfect.

Cocok Untuk
Kalo kamu suka kejutan, sesuatu yang agak menegangkan dan emosional, hal-hal yang depressing, suka cerita dengan pesan moral, suka topik serius dan tertarik sama kesehatan mental, maka kamu perlu baca buku ini. This is 100% my cup of tea, and I wil read it again later.
Profile Image for Syifaori.
11 reviews
December 22, 2022
Ini buku novel pertama yang aku baca setelah bertahun-tahun aku gak baca buku yang full tulisan. Menurut aku, alurnya bagus. Aku jadi kebayang bagaimana rasanya jadi Atlanta yang penderitaannya tuh udah kayak, bagi aku berat banget. Ditambah kita sebagai pembaca dibuat penasaran karena semakin kita baca kita bakal melihat progress dan hitungan mundur hari dimana Atlanta ingin melakukan bunuh diri. Dan untuk Asteria, kisah hidupnya memprihatinkan juga, tapi bagi aku dia masih mendapatkan ending yang baik. Dan ya, gak untuk Atlanta. Setelah aku pikir-pikir, alur cerita dalam novel ini cukup klise, karena sering banget aku nonton film/series yang temanya mengangkat dark male character yang dipertemukan dengan gadis yang menemani mereka di masa sulit. Meski begitu, sebagai reader pemula, aku cukup enjoy saat membacanya.
This entire review has been hidden because of spoilers.
4 reviews
November 15, 2023
Penulisannya bagus, penyusunan kata hingga alurnya. Sejak awal membaca dalam hati saya sudah berniat akan mendonasikan buku ini ketika selesai membacanya, sehingga saya tidak menandai buku ini sebagai milik saya. Semuanya terasa negatif masuk ke dalam pikiran saya. Saya takjub sih, penulis bisa memberikan gambaran yang sangat kelam untuk tokoh Atlanta, serta Asteria remaja labil dan galauan. Endingnya pun karena gantung, saya masih menganggapnya happy ending. Ternyata pikiran saya masih sangat positif setelah menerima tulisan-tulisan negatif yang terlalu banyak.

Pada ulasan ini saya mengapresiasi karena penulis bisa menggambarkan kegelapan dan kekelaman yang dirasakan oleh tokoh.

Jujur saja ini adalah novel yang bagus, hanya saja ternyata penulis terlalu banyak menjadikan novel lain sebagai 'inspirasi'. Semoga karya-karya berikutnya tidak melakukan hal yang sama.
Profile Image for Dennisa .
160 reviews
October 18, 2023
Asteria dan Atlanta, 2 tokoh dalam buku ini mempunyai cara pandang hidup yang berbeda.

Atlanta berencana mengakhiri hidup dan berusaha menyusun kematiannya dalam 18 hari, sedangkan Asteria mencoba bertahan hidup selama 18 hari di jalanan.
2 tokoh ini masing² mempunyai masalah yang rumit dalam hidupnya.

❝Yang aku miliki di dunia ini hanyalah harapan.
Harapan agar bisa terus bertahan, untuk setiap detiknya.❞ —hlm. 28

❝Kebohongan adalah momen² yang meluas, mengakar, dan mengembang menjadi sesuatu yang bisa meledak suatu saat nanti.❞ —hlm.61

❝Rumah adalah tempat dimana ada yang menerimamu saat kamu datang.❞ —hlm.61

❝Depresi bukan hal remeh. Seperti aneurisma yang bukan hal konyol, atau kanker yang tidak bisa ditertawakan.❞ — hlm 212

Endingnya ... :(
Profile Image for nad.
187 reviews7 followers
March 17, 2023
Walau topik yang diangkat tentang depression, mental health, dan membuat aku mendapatkan insight dan pengetahuan baru serta menekankan kembali pesan-pesan yang pernah tersampaikan (seperti harus berhati-hati dalam berkata dan bersikap agar yang diucapkan tidak menyakiti perasaan orang, etc.), tetapi alur cerita dan mungkin gaya bahasanya kurang cocok untuk aku. Akhirnya cerita ini jadi kurang menarik.
Profile Image for hani..
17 reviews1 follower
October 2, 2020
Menceritakan tentang 2 tokoh yang memiliki kehidupan yang berbeda dan masalah yang rumit. Atlanta yang berusaha menyusun kematiannya dalam 18 hari. Asteria yang bertahan hidup selama 18 hari di jalan.

Ceritanya bagus seperti pesan yang ingin disampaikan oleh penulis. Akhir cerita cukup mengesankan.
Profile Image for Angin.
9 reviews1 follower
July 8, 2022
Sangat relate sama Atlanta tapi aku gak bisa ngasih nilai tinggi.. karena kata salah satu review cerita ini mirip (bahkan sama) sama salah satu buku. Tapi aku tetep terkesan dan banjir air mata pas baca buku ini, terlebih dialog Atlanta yang putus asa dan mempertanyakan segala hal. Asteria juga berkesan, tipe yang berlawanan dengan Atlanta dari segi optimis menghadapi hidup.
Profile Image for Nayya.
9 reviews
October 3, 2021
a very good brief introduction for mental health issue. Both main character have a great reason for how they act and react
Profile Image for Rizky.
1,067 reviews84 followers
July 3, 2020
Pantomime merupakan novel kedua Dayuk yang kubaca. Setelah sebelumnya aku jatuh cinta dengan novel Penyap, novel ini pun masih menimbulkan sensasi yang sama.

Masih mengangkat isu mental illness, kisah Atlanta dan Asteria pun bergulir. Diceritakan dari 2 sudut pandang secara bergantian, baik Atlanta maupun Asteria aku jadi bisa mengenal sosok keduanya lebih dekat, memahami kondisi mereka, bagaimana kejadian yang terjadi pada hidup mereka mempengaruhi pola pikir dan bagaimana cara berpikir dan mengungkapkan perasaannya.

Novel ini kembali mengulik sisi kelam seorang Atlanta maupun Asteria. Mereka memiliki keadaan hampir serupa, kondisi dimana psikologis dan mental mereka berada di titik terendah, tapi berbeda cara pandangnya.

Yang satu malah berencana mengakhiri hidup, yang satu lagi mencoba bertahan hidup. .

Aku tak bisa berhenti membaca, aku penasaran apa yang terjadi pada keduanya, apa yang akan mereka pilih dan bagaimana pertemuan keduanya mempengaruhi mereka.

Endingnya? Aku tidak bisa mengatakan kalau aku suka atau tidak suka dengan endingnya, tapi buatku setiap orang punya pilihannya masing-masing.

Aku kembali diingatkan untuk lebih peka terhadap diri sendiri maupun orang lain, sebelum semuanya terlambat. Karena kadangkala orang-orang seperti Atlanta dan Asteria ini hanya butuh didengarkan bukan untuk dihakimi apalagi dinasehati.
Profile Image for Alfin Rafioen.
181 reviews6 followers
October 28, 2019
Gue suka banget sama novelnya, karena dari segi plot novel ini mempunyai semacam energi yang bisa dibilang membuat pembaca terbawa dalam suasana novel ini. TIdak hanya plot, tetapi juga kedua karakter utama, Atlanta dan Asteria yang memiliki semacam koneksi.

Adegan di mana Asteria kabur dari rumah bibinya, menurutku menjelaskan kepada pembaca secara tersirat bahwa novel ini mengandung energi yang bisa merasuk ke hati pembaca. Jujur gue ketakutan ketika membaca adegan Asteria luntang lantung di jalan, apalagi ketika dia memutuskan untuk menjadi tukang cuci piring di restoran.

Yang gue bilang sebagai koneksi adalah penderitaan juga dialami Atlanta, dia merasa sendiri, merasa dirinya tidak berguna sehingga dia ingin melakukan bunuh diri. Apalagi adegan di mana Atlanta menolong orang yang dibully dan juga ketika dia menemukan website terus dia daftar di sana. Website atau semacam kumpulan orang-orang yang depresi.

Ketika Atlanta dan Asteria bertemu gue berharap mereka saling jatuh cinta dan menikah, lalu bahagia, tapi gue ngerasa ada semacam plot twist yang membuat gue ingin mengumpat karena sedih akhirnya tidak sesuai dengan ekspetasi gue.

Tapi pada intinya juga novel ini menyadarkan tentang pentingnya kesehatan mental.

Gue jujur pengen baca lagi novel ini.
This entire review has been hidden because of spoilers.
Displaying 1 - 18 of 18 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.