Jump to ratings and reviews
Rate this book

Emotional Blackmail

Rate this book
Kata-kata sederhana yang sering kamu dengar dan anggap remeh bisa jadi adalah pemerasan emosional yang perlahan-lahan mencekik. Kita sering tak sadar karena pemerasan emosional tersebut justru dilakukan oleh orang terdekat kita. Padahal, pemerasan emosional adalah manipulasi yang bisa merusak berbagai hubungan.

"Aku sangat berharap kepadamu. Mengapa kamu mengecewakan aku?"
"Kalau kamu berani kembali ke kantor dan lembur, kita putus."
"Kamu menitipkan anak kepada pengasuh? Kamu egois, kamu menghancurkan masa depan cucuku!"

Dalam buku ini, Zhou Mu-Zi, seorang psikolog, akan menjelaskan tentang apa itu pemerasan emosional khas budaya orang Asia, cara menghindarinya, dan juga memberi latihan untuk memutus rantai pemerasan ini agar kamu bisa membangun batasan emosional dan kembali memegang kendali hidup.

"Buku ini hendaknya membuatmu lebih berani melepaskan diri dari pemerasan emosi dan feel better about yourself."
-Samantha Elsener, M.Psi.-

194 pages, Paperback

Published December 1, 2021

Loading interface...
Loading interface...

About the author

Zhou Mu-Zi

1 book2 followers

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
53 (30%)
4 stars
85 (49%)
3 stars
32 (18%)
2 stars
1 (<1%)
1 star
0 (0%)
Displaying 1 - 30 of 53 reviews
Profile Image for h.
343 reviews137 followers
August 26, 2022
I was so excited to read this cause i know where would this book brought me to....... i mean i know the closest one who is considering as an EB-er(?) And yeah it feels like i am reading his personality in a nutshell lol.

Well ayok serius bentar. Satu kata untuk gambarin perasaan selama baca buku ini adlh RELATE.

Sebagaimana yg dikemukakan penulis, buku ini sudah ditulis sesuai dgn bagaimana pemeras emosi ala Asian culture. Entah itu strict parents dgn everything they say is right and you dont have to protest or you'll be called "anak durhaka". Contoh lain untuk senior di sekolahan atau kampus yg suka gaslighting pas pengenalan lingkungan sekolah/kampus dan nyuruh ngelakuin something "weird" dan "not educating", like please you have to read this book to know where the fact gonna slap your face damn hard.

Membaca buku ini just made me realized that I have been an EB-er to anybody and also the victim by anybody. I mean, I am sorry. Kita sama-sama terbentuk oleh standar yg akhirnya sering ngerasa rendah diri sehingga merasa debating something adalah hal yg gak sopan, merasa harus sll nyenengin orang dan karena itu tidak terpenuhi pula lalu melampiaskan semua itu ke orang lain dengan prinsip "saya selalu benar."

Well those cases in this book we have to remind that "bukan tugas kita buat menyenangkan semua orang dan juga we dont need validation for what we've been done." In case you feel guilty for something, just dont ruined somebody's mood by yourself and dont try to blame other people for that.

Terakhir ini lebih ke konten sih yg ada bbrp similar topik yg diulang2 terus bahasnya, padahal sama aja intinya. That is kinda 'bored'

Gonna give this rate 3.5🌟 well just rounded up to 4.
Profile Image for Puty.
Author 7 books1,236 followers
Read
November 4, 2022
Buku 'Emotional Blackmail' ini ditulis oleh psikolog asal Taiwan. Hal ini yang bikin saya penasaran untuk membacanya.

Konsep emotional blackmail atau pemerasan emosi yang dijelaskan di buku ini adalah situasi di mana seseorang, secara sadar atau tidak, memanipulasi orang lain agar bisa mengikuti kemauannya melalui emosinya. Korban dibuat merasa tidak enak menolak baik dengan cara halus seperti "Tuh kan kamu nggak sayang sama aku...", "Harusnya kamu bersyukur bisa (....) jadi kamu lakukan (....) ya!" sampai cara yang lebih mengancam. Jadi kurang lebih seperti bentuk hubungan yang manipulatif.

Menurut buku ini, pemerasan emosi bukan hanya terjadi pada relasi percintaan tapi juga keluarga & anak-ortu, apalagi di negara-negara Asia dengan budaya yang hierarkikal dan otoritatif. Buku ini juga menjelaskan bagaimana caranya menghindar dan keluar dari 'emotional blackmail', termasuk dengan mengenali diri dan memberi batasan dalam relasi.

Saya pikir buku ini cocok dibaca oleh para people pleaser yang levelnya sudah sampai mengganggu kehidupan sehari-hari dan kesehatan mental pribadi.
Profile Image for syarif.
281 reviews31 followers
March 22, 2022
BAGUS BGT WOW?! sbg 'mantan' people pleasure aku merasa sangat tercerahkan melalui buku ini. Contoh kasusnya juga erat di lingkungan masyarakat berhubung budaya penulis juga sama kyk di Indonesia~. Senangnya lagi disertai dengan call for action jadi tidak hanya untuk direnungkan tapi juga tau realisasinya. Belum berani ngasih bintang 5 karena menurutku ini tipikal buku yg harus dibaca berulang kali kyk memang terkesan pertama kali baca, tapi belum sepenuhnya bisa dicerna entah knp menurutku personal kata-katanya kurang gitu huuu ato akunya yg kurang bisa memahami karena kondisi? i dunno tapi HARUS BACA DECHHH KALYAN MWAH
Profile Image for Sulhan Habibi.
706 reviews61 followers
January 12, 2022
Buku ini mencerahkan pemahamanku akan yang namanya "Emotional Blackmail" atau pemerasan emosional. Alih-alih merasa bahagia atau semangat, malah justru rasa bersalah yang diberikan orang lain atas apa yang sebenarnya bukan tanggung jawab kita.

Di awal buku aku suka dengan contoh-contoh yang diberikan karena memudahkan apa yang mau disampaikan penulisnya, dan sebagai pembaca kita juga dengan mudah memahaminya.
Namun, pertengahan buku sampai dengan akhir menurutku terlalu banyak hal yang diulang dan entah mengapa di bab akhir tips/tata cara menghindari PE (Pemerasan Emosional) malah tidak nyangkut sama sekali buatku, terlalu membingungkan, dan seharusnya bisa disederhanakan.

Secara keseluruhan, buku ini bagus-lah untuk semakin menambah wawasan dan juga meningkatkan kepercayaan diri kita bahwa kita tidak selamanya bertanggung jawab akan orang lain dan selalu merasa bersalah akan kebahagiaan orang lain, bisa menghindarkan kita menjadi korban atau malah pelaku PE.

Gitu sih.
Profile Image for Muhammad Muhsin.
54 reviews19 followers
January 14, 2023
Saya benar-benar ke-trigger sepanjang baca (@penerbitharu pun sudah kasih penjelasan Trigger Warning di sampulnya) karena IRL saya punya issue mudah dieksploitasi (dalam politik kantor & relasi sosial lainnya).

Saya tidak akan membuat ulasan lengkap.. hanya saja..

Jika kamu pernah mendapat kalimat2 seperti ini:

"Kamu ada waktu dengerin aku gak? Pacarku bla3x nih."

"Bisa bantu Bapak gak? Bapak lagi banyak kerjaan ni, bisa kan ya?"

"Kamu bisa ngertiin aku sedikit aja gak?"

"Bantuin nugas pls.. gue gak ngerti samsek (padahal habis waktu gara2 males2an seharian)".

"Niatkan sebagai ibadah.. Insya Allah berapapun rejeki saat ini yg kamu dapat, pasti berkah."

"Bisa kan ya fee kamu dikurangi, ini demi perusahaan."

"Kalau kamu udah sadar risiko di awal, harusnya hub kita yg LDR ini juga bakal baik2 aja. Ngerti gak sih?"


"Tolong kamu terus patahin hati orang lain, termasuk mantan2 kamu. Jaga hati aku. Aku ada Insecurity/Trust Issue."

"Tolong selametin aku yg menyedihkan ini."

"Kalau ke psikiater, aku takut jadi berubah."

"Kamu ada komitmen gak sama perusahaan? Apa cuma fokus nyari duit?"

-------

Maka kamu sebaiknya baca buku ini!!

Buku ini banyak memberi tips mulai dari menghindari ruang yg membuat kita terpaksa menerima tawaran (diajak makan terus diminta tolong secara memelas misalnya), sampai hal yg lebih esensial seperti menguatkan diri bahwa kepentingan diri kamu juga berharga.

5/5. Dapat diandalkan & aplikatif.. moga sekuelnya, yakni buku "Emotional Blackhole" juga diterbitkan Penerbit Haru. 😇
Profile Image for Syifa Andini.
18 reviews
January 21, 2022
Buku ini bercerita tentang Emotional Blackmail dalam konteks masyarakat Asia. Jujur, kalo baca buku pengembangan diri versi Barat, suka garuk-garuk kepala sendiri karena terkadang tidak relevan dengan norma-norma yang dianggap baik di Asia. Nah, buku ini hadir sebagai jalan tengah dan menjawab kegelisahan dari banyak orang yang mengalami emotional blackmail atau pemerasan emosional.

Buku yang ditulis oleh psikolog sekaligus kolumnis, Zhou Mu-Zi ini tergolong tidak terlalu tebal untuk ukuran buku bergenre self development. Terdiri dari 3 bagian yakni Rupa Pemerasan Emosional, Meningkatkan Harga Diri adalah Jimat untuk terhindar dari Pemerasan Emosional dan Bagaimana Cara Lolos dari Pemerasan Emosional.

Buat kamu yang ngerasa energinya habis karena selalu berusaha membahagiakan orang lain, cocok banget untuk baca buku ini :)
Dengan baca buku ini, kamu akan diberikan afirmasi positif dan cara untuk perlahan-lahan lepas dari siklus pemerasan emosional.

Happy Checkout and Happy Reading~
Profile Image for Shafira Indika.
282 reviews189 followers
July 26, 2022
4.3/5⭐️

Buku ini memberikan pemahaman mengenai Pemerasan Emosional (Emotional Blackmail) melalui contoh kasus yang akrab dengan keseharian kita. Pertama, dijelaskan dulu mengenai pengertian pemerasan emosional itu sendiri, siapa saja yang bisa terjebak dalam siklus PE, dan terakhir dibahas mengenai bagaimana cara menghadapinya. Ada banyak tips praktikal yang bisa kita terapkan.

Menurutku, penjelasannya mudah dipahami. Terjemahannya juga enak dibaca. Namun, semakin ke belakang kurasa penulis agak mengulang-ulang poin yang disampaikan di awal. Bedanya, ini disertai call-to-action. Jadi yahh aku agak sedikit bosen (entahlah ini karena emang akunya lagi gaterlalu mood baca nonfiksi atau gimana hehe)

Meskipun demikian, menurutku buku ini tetap worth to read! Malah menurutku harus banget dibaca sihh karena bisa aja tanpa kita sadari, kita malah terjebak dalam siklus PE ini? Atau lebih parah lagi, kita malah jadi pelakunya?
Profile Image for Azfa.
228 reviews1 follower
December 3, 2022
Emotional blackmail adalah pemerasaan emosional atau disingkat dgn PE yg bisa secara sadar atau pun tidak sadar dilakukan seseorang dgn membungkam, meminta, menekan, atau pemerasan lain kepada seseorang sehingga membuatnya merasa bersalah/takut jika tidak meng-iyakan permintaan seseorang. Buku ini memuat tiga bagian yg mengenalkan seperti apa bentuk pemerasan emosional dan hal yg perlu dilakukan untuk berlepas dari pemerasan emosional baik sebagai korban atau pelaku.

Untuk bisa keluar dari siklus PE ini entah sebagai korban atau malah g'sadar selama ini diri justru jadi pelaku PE, di buku dijelaskan caranya adalah dgn 'meningkatkan harga diri'. Dimulai dgn memahami diri sendiri, maka kita pun akan bisa menghormati perasaan sendiri, shga diri tidak terbiasa meragukan diri sendiri, karena jika kita meragukan diri sendiri, akibatnya bisa membuat kita berharap akan pengakuan dari orang lain dan jadinya terlalu peduli sama perasaan orang lain, semua yg terjadi dan dialami seseorang seolah-olah jadi tanggung jawab kita.

Setelah memahami diri sendiri, langkah selanjutnya yg perlu dilakukan adlh dgn membuat batasan emosional : "aku bertanggung jawab atas emosi diriku sendiri, tapi tidak bertanggung jawab atas emosi orang lain". [hlm. 148] sehingga diri tidak dipengaruhi oleh emosi/sikap orang lain. Jadinya setiap reaksi dan sikap yg kita pilih, semua dipilih secara sadar, bukan karena takut atau rasa bersalah.

Kurleb isinya begitu, menarik sebenarnya apa yg dituliskan, ada banyak contoh kasus yg relate, sayangnya pada bab tiga, cukup sering ditemukan kalimat yg berulang namun kurang menjawab cara berlepas dari pelaku PE itu sendiri. Tapi positifnya buku ini, membuatku sadar bahwa diriku ternyata telah menjadi pelaku PE itu sendiri. 😓 Bismilah pelan² belajar lagi membuat batasan.

Menurutku dibutuhkan kebijaksanaan dlm membaca buku ini. Untuk kamu yg tidak enakan sama permintaan org lain atau terdekat, aku lebih menyarankan untuk membaca karya Nedra Glover Tawwab, "Set Boundaries" karena penjelasan lebih runut dan detail. ✌️

#jejak_sibuku
Profile Image for Hujan Buku.
60 reviews2 followers
January 13, 2022
Ratingnya 4.5/5

Ga salah aku beli ini dan baca buku ini di bulan pertama tahun baru. Setelah baca buku ini, aku jadi lebih aware ke diri sendiri mengenai apakah aku juga pelaku PE? Selain itu aku jadi tahu gimana caranya bangun batasan emosi yang baik biar ga kena Pemerasan Emosi (PE).

Aku menantikan karya Zhou Mu Zi yang lain diterjemahkan ke indonesia ^^
Profile Image for Erika.
120 reviews2 followers
April 26, 2022
Baca buku ini versi bahasa indonesia (sedikit sebel sih kenapa buku baru lama muncul di GD😌). Tapi gapapa lah pakai ini dulu. Buku ini sebenarnya membuatku 'lelah' karena yah ternyata budaya taiwan tak beda jauh dengan budaya indonesia terutama soal otoritas atas bawah. Bab terakhir yang menurutku agak berat dicerna soal 'how-nya' mengatasi pemerasan emosi.
Profile Image for Achandra.
172 reviews4 followers
November 30, 2023
Manusia hidup sebagai makhluk sosial, terkadang lupa bahwa orang pertama yg harus dibahagiakan adalah dirinya sendiri. Akan tetapi, hidup di masyarakat menjadikan setiap individu tidak bisa menghendaki hidupnya secara bebas. Seringkali nilai moral dan keharusan menjadi benteng yg mudah ditembus siapa saja. "Harus melakukan ini", "tak boleh melakukan itu" yg akhirnya membuat banyak orang mengalami pemerasan emosional.

Hal tersebut bisa terjadi pada siapa saja, orang yg selalu setuju dengan permintaan orang lain entah dalam keluarga, pekerjaan, pertemanan, maupun pasangan akan merasakan tekanan besar dari hubungan itu sendiri. Nah, buku ini hadir untuk memberikan uluran tangan yg akan membantu perlahan-lahan bangkit dari pemerasan emosional yg mencekik.

Buku ini dibagi menjadi 3 bagian yg membahas 1. Rupa Pemerasan Emosional, 2. Meningkatkan Harga Diri adalah Jimat untuk Terhindar dari Pemerasan Emosional, 3. Bagaimana Cara Lolos dari Pemerasan Emosional?

Dari bagian pertama kita akan diperkenalkan dengan berbagai cerita pendek yg mengisahkan hubungan-hubungan yg tidak sehat, entah dengan atasan yg memaksa kita bekerja diluar jobdesc, dengan pasangan yg sangat posesif dan mudah mengancam, maupun dengan orang tua yg merasa punya hak memutuskan apapun tentang hidup kita.

Pada bagian kedua menjelaskan tentang bagaimana hubungan harga diri dengan pemerasan emosional. Dimana banyak orang yg merasa insecure terhadap dirinya, hal tersebut bisa jadi karena pengalaman masa kecil yg kurang baik maupun pengaruh budaya. Hingga kita merasa tak berdaya dan selalu mengiyakan apa yg orang lain putuskan untuk diri kita. Sedangkan bagian ketiga ditutup berbagai langkah untuk lepas dari pemerasan emosional dan yg paling terpenting adalah belajar untuk 'membangun batasan emosional'.

Penulis yg juga seorang psikolog akan menjelaskan emosional khas budaya Asia yg mungkin bisa kita temui disekitar kita. Lewat buku ini akan membuatmu belajar percaya diri dan memberanikan diri untuk memutus rantai pemerasan sekaligus membuatmu memegang kendali hidupmu secara penuh.

Feel better about yourself!!!
Profile Image for Fidia .
341 reviews5 followers
July 19, 2022
Kenapa ya aku merasa lelah dan kosong padahal sudah melakukan sesuatu yang kupikir benar? Pemerasan Emosional (PE) itu seperti membayangkan jantung kita digenggam. Ada rasa ngilu menyakitkan.

Bertanya-tanya: "Kenapa berat ya?", "Kenapa aku gak bahagia lakuin ini?" "Kenapa ini terasa bukan aku?" Suara hati dan kontrol diri diredam. PE adalah sebuah keharusan yang dibungkus dengan nilai-nilai baik. Contoh, "Kamu kan seorang kakak! Kamu harus berkorban dong buat adik!" Pengorbanan untuk keluarga baik, tapi tidak tepat jika melupakan "Kakak" sebagai individu yang memiliki hak² miliknya sendiri. Dengan kata lain, kusimpulkan PE bisa saja sangat logis sehingga kita terlena begitu saja bila tidak mengkritisi kondisi yang sedang terjadi.

Lewat buku ini, aku merasa tercerahkan jika menghadapi kondisi abu-abu. Aku menangkap poin-poin yang harus diperhatikan. Memang, kita bisa berempati pada penyebab pelaku melakukannya (entah takut, cemas, terluka, dst.), tapi bukan berarti PE boleh dilakukan. Jadi, bakal ada ketegasan untuk membedakan antara berempati dan bersedia untuk diperas.

Sebagai permulaan untuk mengenal PE, kupikir buku ini sudah cukup pas. Selain ada petunjuk rupa dan sebab suksesnya upaya PE, kita juga diberi petunjuk cara menghadapinya. Aku menghormati penulis yang tidak memberikan "tips dan trik yang pasti benar", tapi lebih berupa petunjuk dasar. Kupikir ia menggarisbawahi "konteks". Setiap situasi mempunyai ragam faktor di dalamnya: siapa pelaku PE, apa dan cara pelaku mengatakannya, bagaimana sifat pelaku dan target, di mana PE terjadi, dan lainnya. Praktek PE tak sama, tapi punya pola.

Buku ini selaras dengan "Lari dari Kebebasan" karya Fromm. Kebebasan itu dapat berupa mengekspresikan daya yang kita miliki, misal mengungkapkan perasaan, melakukan empati, menunjukkan bakat, memberi keputusan, mencetuskan ide, hingga berpendapat. Jika kita tidak mengekspresikan daya tersebut, maka tanpa sadar kita akan merasa kosong dan terbebani. Itulah wujud terbelenggu.

Tak hanya target, pelaku PE juga tidak mengungkapkan dirinya dengan bersembunyi alias turut kehilangan kebebasan 🤔
Profile Image for Faisal Chairul.
246 reviews8 followers
April 10, 2022
Buku ini mengajak kita untuk menyeimbangkan ritme hidup kita. Jika kehidupan dapat dianalogikan sebagai kendaraan, menginjak gas itu penting, tetapi menginjak rem juga tak kalah pentingnya. Menginjak gas terus menerus bisa mengganggu keseimbangan. Ada kalanya kita perlu rehat sejenak, agar kita tidak rentan terjebak oleh pemerasan emosional, baik sebagai pelaku maupun korban.

Pemerasan emosional adalah suatu bentuk pemaksaan kehendak dalam suatu siklus, yang dimulai dari permintaan berlebihan, berlanjut ke penekanan terus menerus, hingga bermuara pada pengancaman, yang dilakukan secara berulang.

Pemerasan emosional mengincar orang-orang yang memiliki sifat rendah diri dan sering meragukan diri sendiri. Sifat-sifat ini, selain bawaan, bisa juga muncul karena seseorang memberi kesempatan kepada calon pelaku pemerasan emosional untuk menggenggam kendali emosinya. Korban pun tidak punya pilihan lain selain mengikuti 'permainan emosi' tersebut.

Setiap orang punya kecenderungan yang sama baik terjebak menjadi korban di suatu waktu maupun menjadi pelaku di waktu yg lain. Terbentuknya kebiasaan pelaku melakukan pemerasan emosional dalam memaksakan kehendaknya bisa berawal dari bayangan gelap ketika menjadi korban di masa sebelumnya. Sementara itu, di sisi lain, tidak tertutup kemungkinan korban pemerasan emosional berubah menjadi pelaku di masa yang akan datang akibat akumulasi pengalaman buruknya.

Alhasil, buku ini, yang ditulis oleh seorang psikolog asal Taiwan, penting untuk dibaca oleh siapa saja, baik yang sedang terjebak dalam pemerasan emosional, untuk belajar cara menghadapinya, maupun yang sedang dalam keadaan baik2 saja, untuk menghindari pemerasan emosional, baik sebagai pelaku maupun korban, di masa yg akan datang.
Profile Image for Evita MF.
92 reviews8 followers
December 31, 2022
Zhou Mu-Zi, psikolog konseling sekaligus penulis buku menjelaskan tentang apa itu Emotional Blackmail atau pemerasan emosional (PE) melalui buku ini.

Pemerasaan Emosional bisa saja di lakukan oleh kenalan bahkan orang terdekat ditandai dengan tindakan secara sadar atau tidak sadar membungkam/meminta/mengancam/ menekan atau memakai cara ‘pemerasan’ lainnya sehingga menimbulkan emosi negatif seperti frustasi, rasa bersalah, atau rasa takut pada korban PE.

Mungkin kita pernah merasa sungkan untuk menolak ajakan atau keinginan orang lain karena takut orang tersebut merasa sedih, marah atau melabeli diri kita sebagai orang yang tidak baik. Membantu orang lain tentunya merupakan perbuatan yang baik, tapi jika orang tersebut sudah mulai menyalahgunakan kebaikan yang diberikan dan pandai memanipulasi agar keinginannya terwujud dengan kata-kata seperti:

“Kamu tidak melakukan apa kataku, jangan-jangan kamu tidak menyayangiku”
“Aku begitu baik kepadamu, kenapa kamu tidak menuruti perkataanku?”
“Kalau kamu menuruti permintaanku, maka kamu orang yang (baik/penurut/hebat)
Atau ancaman seperti “kalau kamu tidak ….., maka aku akan ….”
Kalau terus menerus menuruti permintaan yang tidak ingin dilakukan, kita akan terjebak dalam hubungan yang manipulatif.

Biasanya saat mencoba keluar dari PE akan muncul rasa bersalah, tidak boleh menolak, ingin memuaskan harapan orang lain, bahkan merasa takut karena telah mengecewakan orang lain. Rasa bersalah yang kompleks (guilt complex) inilah yang membuat korban akhirnya menyetujui apapun yang orang lain inginkan dengan terpaksa.

Buku ini membahas cara berlatih untuk menghindar dan keluar dari PE dengan cara membuat batasan emosional, mencoba memahami diri sendiri & berhenti merasa bertanggung jawab pada orang lain. Melalui buku ini penulis ingin menyampaikan bahwa kewajiban paling penting adalah mengutamakan perasaan dan memuaskan keinginan diri kita sendiri tanpa melukai kepentingan orang lain.

Buku yang cocok dibaca oleh para people pleaser karena tips yang dituliskan dalam buku ini cukup jelas dan bisa diterapkan agar terhindar dari pelaku PE.
Profile Image for Nursari Halim.
45 reviews2 followers
May 25, 2022
Apakah hidupmu selalu untuk memuaskan orang lain?

Kamu pastinya pernah dong merasa sulit untuk menolak keinginan seseorang, kalau kita nolak, orangnya tiba-tiba langsung bad mood, wahhh! Itu pastinya beban banget gak sih.

Selalu berbuat baik sama orang lain dan tidak ingin menyakiti mereka memang bukanlah hal yang salah, tapi ternyata hal itu juga gak terlalu baik untuk dirimu. Loh, kenapa jadi gak terlalu baik? Karena hal itu bisa membuatmu atau kita jadi korban PE (Pemerasan Emosional) jika kebaikan kita disalahgunakan oleh si pelaku. Semuanya akan dibahas dengan lengkap di buku ini. Buku ini ditulis oleh seorang psikolog bernama Zhou Mu-Zi.

Setelah baca buku ini, hmm ternyata hal ini memang benar-benar terjadi disekitar kita dalam keseharian kita, bahkan aku sendiri pun juga mengalaminya. Tanpa kita sadari, kita sendiri bisa saja pernah atau bahkan sedang menjadi korban dari PE ini atau mungkin saja kita adalah pelaku PE.

Buku ini bakalan ngebantu kita agar mampu untuk melepaskan diri dari mata rantai siklus pemerasan emosional. Hal-hal yang dibahas di buku ini seperti rupa pemerasan emosional, peningkatan harga diri sampai kepada cara untuk meloloskan diri dari pemerasan emosional. Jadi isi bukunya ini tuh ada contoh-contoh kasusnya, ada pengalaman pribadi si penulis juga, selain itu akan ada beberapa latihan yang bisa kita isi dan kita lakukan.

"Kamu harus memahami bahwa jika kamu saja tidak memahami perasaan sendiri, jika jamu saja tidak mampu melindungi diri sendiri, tidak akan ada orang lain lagi yang bisa memahami dan melindungi dirimu. Hanya kamulah yang mampu melindungi diri sendiri." (hlm.190)
Profile Image for Itsmidnightblue.
46 reviews
January 4, 2023
Judul: Emotional Blackmail
Penulis: Zhou Mu-zi

Review:

Sebenarnya baca buku ini sudah dari bulan November tahun 2022, tapi baru bisa selesai hari ini karena terdistrak dengan buku lain.
Isi bukunya menjelaskan tentang apa itu Pemerasan Emosional, pelaku dan juga korbannya. Oh, iya! PE sendiri adalah kegiatan di mana seseorang (dalam hal ini adalah pelaku) memberikan ancaman maupun membuat lawan bicaranya (korban PE) mau melakukan apa yang dimintanya dengan memanfaatkan rasa cemas dan rasa bersalah dari si korban PE tersebut.

Selain itu, buku ini juga menyajikan contoh cerita dan cara agar kita terlepas atau terbebas dari jeratan pelaku PE. Menghargai diri kita sendiri adalah salah satu caranya. Buku ini mengatakan, agar orang lain menghargai dan menghormati kita, kita perlu terlebih dahulu menghargai diri sendiri.

Kemudian buku ini juga menyebutkan bahwa menghargai dan menghormati diri sendiri bukan berarti egois. Sikap egois adalah ketika kita memaksakan keinginan dan kehendak kita kepada orang lain tanpa toleransi.

Kutipan yang saya suka dari buku ini adalah:
"Dalam kondisi tidak melukai orang lain, hidupku bisa dipakai untuk menghormati perasaan diri sendiri, memenuhi keinginan sendiri. Bukannya untuk memuaskan orang lain." - hlm. 110

Oh, satu lagi! Buku ini juga bilang bahwa kita harus mulai membangun batasan emosional kita. "Membangun batasan emosional berarti bertanggung jawab atas perbuatan sendiri, bukan bertanggung jawab atas emosi orang lain." - hlm. 147

Untuk perihal terjemahan, font, dan size font-nya sudah OK banget. Bikin nyaman pas baca, terlebih lagi buku ini hanya berjumlah kurang dari 200 halaman.
Profile Image for readwithsyll.
196 reviews
July 27, 2023
4 stars.

sejujurnya udah pengen baca buku ini dari pas pertama rilis, karna i’m a sucker of this type of book.

thankfully, a week ago penerbit haru sent me this in exchange of a review content of my account. thank you so much! i’m a big fan of penerbit haru since i was in high school, so this is a really precious moment for me.

okay, for the review of the book :

mungkin ga banyak yg tahu tentang emotional blackmail (termasuk aku yang baru tahu tentang istilah ini dari buku ini). emotional blackmail adalah suatu tindakan dimana kita gak sengaja diperas oleh lawan secara emosional.

berdasarkan pengalaman pribadi, pastinya kita pernah merasakan emotional blackmail ini. terutama setelah kita beranjak dewasa dan memilih untuk mengambil keputusan sendiri.

pernah dibilang gak berbakti ketika kamu mengambil keputusan untuk dirimu sendiri? atau dibilang kamu harusnya begini-begini demi aku?

nah itu salah satu bentuk emotional blackmail yang tbh, RELATEABLE BANGETT. personally aku merasa buku ini bakal relate banget buat kita yang dibesarkan secara “Asia”. dimana budaya kita masih kental banget dan kita secara ga langsung selalu dipaksa ini itu dengan kedok ‘emosional’.

buku ini membantu banget buat orang yang people-pleaser, yang susah bilang ‘gak mau’ ketika disuruh ini itu. jadi recommended dan bahasa terjemahannya menurutku gak begitu susah dan mudah dipahami. terus buku ini juga ngasih tips gimana untuk mengatasi emotional blackmail. so overall i enjoyed this!
Profile Image for Alfaridzi.
109 reviews2 followers
April 22, 2022
Di awal pembahasan aku sangat nyaman dengan bahasannya. Ditulis dengan ringan, tidak terlalu teoritis dan tidak bertele-tele. Penulis banyak menyertakan contoh kasus yang cukup krusial, mengangkat beberapa isu sensitif yang kini cukup marak terjadi di kalangan masyarakat luas, dan semua itu berkaitan dengan "Pemerasan Emosional" (PE). Karena buku ini berasal dan ditulis oleh psikolog asal Taiwan, penulis sedikit banyak menyinggung tentang kebudayaan Taiwan yang menurutnya tak lagi relevan diterapkan pada masa kini.

Di pertengahan sampai akhir, pembahasan mulai membosankan. Banyak materi yang diulang-ulang sehingga terkesan memaksakan. Bahkan, pada akhir bab yang membahas "Bagaimana cara lolos dari PE" dibahas biasa saja, tidak terlalu istimewa, dan petuah yang disarakan oleh penulis terlalu umum. Menurutku, orang awam yang tidak punya latar belakang pendidikan psikolog pun, sering memberi saran yang sesuai dengan apa yang ditulis dan dijelaskan oleh penulis pada buku ini.

Karena ekspektasi yang terlalu tinggi, secara keseluruhan, aku tidak terlalu puas dengan buku ini. Menurutku, buku ini bisa dikembangkan dengan bahasan yang lebih mendalam dan lebih rinci lagi. Tentunya dengan gaya bahasa yang lebih ringan, tidak terlalu teoritis dan lebih menyenangkan.
Profile Image for vivi.
97 reviews32 followers
August 6, 2019
หนังสือเ���่มนี้ตอบข้อสงสัยเกี่ยวกับสภาวะอารมณ์ในแง่ของการถูกบังคับให้ยอมทำตาม ได้เป็นอย่างดี โดยจะมีคำศัพท์ที่เพิ่งเคยได้ยิน เช่น ผู้ข่มขู่ทางอารมณ์ ผู้ถูกข่มขู่ทางอารมณ์ เป็นต้น เนื้อหาในเล่ม ผู้อ่านจะได้เรียนรู้ว่าสถานการณ์ประเภทใดที่เข้าข่าย emotional blackmail เข้าใจลักษณะของนิสัยของผํู้ที่กลายเป็นทั้งผู้ถูกข่มขู่/ข่มขู่ทางอารมณ์ได้ชัดเจนยิ่งขึ้น รวมทั้งได้เรียนรู้���ิธีแก้ไขสถานการณ์ที่อาจตกเป็นผู้ถูกข่มขู่ทางอารมณ์ได้

ในปัจจุบัน มีผู้ที่ตกเป็นเหยื่อทางอารมณ์มากมาย ที่ประสบปัญหาดังที่ผู้เขียนได้ยกสถานการณ์ขึ้นมาในหนังสือ หลายคนหาทางออกในการแก้ปัญหาไม่ได้ ต้องตกอยู่ในสภาพจิตใจที่กลืนไม่เข้าคายไม่ออกหลายปี ส่งผลให้สุขภาวะทางจิตย่ำแย่ การตัดสินใจแก้ปัญหาไม่มีประสิทธิภาพเท่าที่ควร เราเชื่อว่า หากใครได้อ่านหนังสือเล่มนี้ จะสามารถกล้าเผชิญหน้ากับความเจ็บปวดของการเป็นผู้ต้องคอยตามอารมณ์ผู้อื่นตลอดเวลา กล้ายอมรับในความรู้สึกของตัวเองในสถาการณ์นั้นๆ ไปจนถึงกล้าที่จะเลือกทำสิ่งนั้นๆ ตามความต้องการของตัวเอง โดยไม่ต้องรู้สึกแย่กับตัวเองได้

นอกจากนี้ หลังจากอ่านหนังสือเล่มนี้ ยังได้เรียนรู้ เข้าใจนิยามของคำว่า 'ความมั่นใจในตนเอง', 'การเห็นคุณค่าในตัวเอง' , 'perfectionist' ได้ดียิ่งขึ้น ซึ่งจะเป็นประโยชน์อย่างมากในการดำเนินชีวิต และเดินทางไปสู่เป้าหมายของชีวิตได้สำเร็จอย่างมีความสุขในอนาคต
Profile Image for Hadissa Primanda.
193 reviews2 followers
April 29, 2022
apakah kamu tipe orang yang gak enakan sama orang lain? pengen nolak tapi takut hubungan rusak? atau tanpa sadar suka clingy sama orang dan menuntut orang supaya mengikuti keinginanmu?

tipe-tipe manusia seperti ini sangat umum ditemui dalam kehidupan sehari-hari. buku ini menjelaskan tentang jenis hubungan seperti ini yang sebenarnya sudah masuk dalam kategori Pemerasan Emosional (PE).

* pelaku PE adalah orang yang biasanya kurang percaya diri, jadi memvalidasi dirinya dengan menekan orang lain.
* korban PE adalah orang yang tidak punya harga diri, insecure, sehingga takut diabaikan jadi berusaha diterima sekitar meski harus mengalami tekanan batin.

bagaimana cara keluar dari hubungan toxic begini? menetapkan batasan diri. tapi sejauh mana batasan itu bisa ditetapkan? jawabannya bisa dibaca lebih lanjut di buku ini.

semua dijelaskan detil tentang apa itu PE, ciri-ciri pelaku, ciri-ciri korban, bagaimana cara keluar dari hubungan PE, juga dilengkapi dengan latihan yang bisa dipraktekkan sendiri.

karena penulis adalah konselor, jadi ada banyak juga cerita-cerita tentang pasiennya yang mungkin relate dengan kita.
Profile Image for Astala.
88 reviews
May 31, 2022
5⭐

Untuk saya sendiri, buku ini sangat membantu untuk menyadarkan saya mengenai pemerasan emosi. Bahasa yang digunakan juga sangat mampu untuk dipahami dan mampu menjelaskan dengan baik. Pembahasan didalamnya sangat tidak kaku, saya seperti diajak untuk menganalisis suatu sikap sebelum dijelaskan apakah/bagian mana dari sikap tersebut yang termasuk dalam pemerasan emosi.

Dalam penjelasannya juga, buku ini tidak menghakimi pelaku PE karena biasanya pelaku juga tidak menyadarinya. Tidak juga menyalahkan korban yang terkadang lemah akan kalimat penuh ancaman dari pelaku. Buku ini hadir dengan pembahasan yang begitu mengajak serta mengajarkan dengan sangat baik, sehingga nyaman untuk dibaca.

Dengan membaca buku ini juga saya sadar, bahwa selama ini selain menjadi korban pemerasan PE ternyata saya juga salah satu pelaku PE itu sendiri. Dan dengan buku ini juga, saya banyak memperbaiki sikap saya apabila menghadapi PE.

Lewat buku ini juga, saya mulai menanyakan eksistensi diri sendiri ke diri saya sendiri, apakah selama ini 'saya' sudah saya bahagiakan sendiri ataukah belum.

Banyak² terimakasih terhadap penulisnya, penerbit serta penerjemah, karena bukunya sangat membantu saya😊
Profile Image for ichi.
39 reviews
April 2, 2023
I think this book is not just about Zhou Mu-Zi as a psychologist sharing experiences and knowledges. For me, personally, it feels like a validation. What's written validates what I recently am feeling as well as if I'm having an invisible buddy. The Indonesian translation was good (shoutout to Haru Publisher who never disappoints me about this).

In this book, Zhou Mu-Zi exposed shapes of emotional blackmail which maybe we didn't realize have happened at least once during our lifetime. Sometimes we can't value ourselves enough and let people forced us doing what they want, as if we're their emotional slave. The fact is, other's emotion is not our responsibility and that's why we need to set our emotional boundaries, so we don't mix people's feelings with ours.

I love how Zhou Mu-Zi can make me value myself more after reading this book so that I started inching closely to the more peaceful side of my soul and speak for myself as I got braver to take more distance away from people that have made me feel like shit all this time.
Profile Image for Siraa.
255 reviews3 followers
February 6, 2022
Apakah kamu adalah tipe orang yang suka membantu menuruti keinginan orang lain?. Jika ya, coba tanyakan hal ini. Apakah kamu melakukan atas landasan rasa kasih sayang atau karena takut?. Jika jawabannya adalah karena takut maka kemungkinan kamu telah terjerumus Dalam proses Pemerasan Emosional atau Emotional Blackmail. PE berbahaya karena bisa membuat kita kehilangan kebahagiaan, empati dan utamanya kehilangan jati diri apalagi pelaku dari PE selalu dari orang paling dekat dengan kita Orang tua, pasangan sampai rekan kerja dan atasan.

Buku ini membahas tentang duka menjadi "people pleasure" yang ditunggangi orang lain dan memeras kebahagiaan kita sendiri. Terdiri atas pengenalan, proses dan solusi, buku ini lengkap dengan bahan yang disampaikannya. Kekurangannya berada di aspek teknis. Sebagai cetakan pertama ada beberapa tulisan yang typo serta penerjemahan bukunya masih sangat kaku sehingga terasa kurang nyaman dibaca.
82 reviews
June 17, 2023
Buku ini adalah buku yang menceritakan tentang Emotional Blackmail atau Pemerasan Emosional. Biasanya, hal ini terjadi pada seseorang yang merupakan people pleaser.

Jabaran buku ini cukup bagus apalagi ditulis Zhou Muzi asal Taiwan sehingga kasus-kasus yang muncul akan lebih relate dengan Indonesia yang secara budaya cukup mirip. Apalagi budaya antara orang tua-anak dan atasan-bawahan.

Buku ini diawali dengan menjabarkan apakah Pemerasan Emosional/Emotional Blackmail itu untuk kemudian dilanjutkan dengan cara mengidentifikasinya.

Tidak hanya soal apa itu Pemerasan Emosional, buku ini juga menjabarkan hal-hal apa saja yang dapag dilakukan agar dapat menghindari pemerasan emosional.

Terakhir adalah langkah-langkah yang dapat dilakukan secara perlahan-lahan untuk keluar dari pemerasan ini. Buku ini juga dilengkapi dengan latihan kecil yang dapat membantu memahami tiap step yang dijabarkan oleh Zhou.
Profile Image for Alfath F. R..
228 reviews4 followers
January 25, 2022
Buku ini lebih ke "menggelitik" orang-orang yang merasa ngga enakan dengan lawan bicara.

Saya tertarik baca buku ini karena tertarik blurb, ada beberapa kalimat julid yang saya artikan "kalimat² ini sudah terlihat manipulatif. Rumit kalau hanya dibahas setuju atau tidak. Perlu waktu lama untuk menilai seluruh kata dalam kalimat itu mengandung kebenaran atau tidak."

Dan ya, saya pernah dalam kondisi itu, "Takut apa yg saya sampaikan menyakiti lawan bicara", tapi semakin bertambahnya waktu...saya nyatakan saja apa yang mengganjal dan bersiap menghadapi konflik. Sekarang, saya sedang belajar berkata-kata yang baik untuk mampu berkomunikasi dengan orang-orang "sulit". Sayangnya teknik berbicara atau bahkan sekadar contoh kalimat balasan untuk kata² julid dalam blurb, tidak dibahas dalam buku ini.
Profile Image for Intan Tiara Lestari.
36 reviews2 followers
May 20, 2022
3,5 ⭐
Ketika baca buku ini rasanya seperti tiba-tiba
dengan tidak sengaja menekan tombol "trigger" masa lalu ketika aku masih berada dalam relasi toksik di mana si pelaku Pemerasan Emosional selalu membuatku merasa bersalah, tapi ternyata aku juga baru tahu kalau tidak semua pelaku PE menyadari atau dengan sengaja melakukannya, bisa saja itu dipengaruhi oleh isu-isu kendali atau bahkan trauma si pelaku sendiri.

Bahkan tanpa disadari kita sendiri bisa jadi salah satu pelaku PE. Dalam buku ini kita diingatkan akan pentingnya mengenali, menghargai dan mengutamakan diri kita sendiri selama itu tidak melukai kepentingan orang lain, dengan begitu kita bisa tahu caranya keluar ketika berada dalam situasi "harus menyenangkan orang lain".
Profile Image for Nail.
11 reviews
June 16, 2022
Beberapa orang mungkin tidak sadar telah menjadi korban atau pelaku PE (Pemerasan Emosional).
Seperti yang dicontohkan dalam buku ini, terkadang pelaku PE terlalu merasa cemas sehingga melakukan PE, baik dengan mengancam atau membuat orang lain merasa bersalah.
Sayangnya sebagai korban akan merasa bertanggung jawab dan secara terus-menerus melakukan apapun yang dipinta pelaku PE. Korban PE juga disebut sebagai 'people pleaser'.
Buku ini membuat pembaca membuka dirinya sendiri dalam memahami siklus pemerasan emosional dalam lingkungan sosial sehari-hari (dalam konteks lingkungan sosial di Asia) sehingga menyadari apakah pembaca turut pernah menjadi korban atau pelaku PE. Juga memberikan berbagai saran yang bisa direalisasikan pembaca.
Profile Image for Ardinawati Simamora.
411 reviews14 followers
July 2, 2022
“Kamu harus memahami bahwa jika kamu saja tidak memahami perasaan sendiri, jika jamu saja tidak mampu melindungi diri sendiri, tidak akan ada orang lain lagi yang bisa memahami dan melindungi dirimu. Hanya kamulah yang mampu melindungi diri sendiri.”__ Hal.190
.
📖Pernah gak sih kita suka merasa gak enakan sama orang lain? Merasa cemas karena mengabaikan sesuatu? Atau mungkin sebaliknya kita orang yg membuat orang lain merasakan semuan emosional tadi. Ini salah satu bentuk PE “Pemerasan Emosional”. Buku ini related banget dengan lingkungan sosial sehari-hari kita tentang PE “Pemerasan Emosional” yang mungkin beberapa orang tidak sadar adalah pelakunya atau korbannya. PE adalah bentuk emosional sadar atau tidak sadar yg dilakukan menekan, membungkam, merendahkan secara langsung, tak langsung oleh pelaku yg menimbulkan emosional negatif pada korban yg membuat korban merasa tidak percaya diri dan tidak punya harga diri, cemas dan tidak nyaman, aman.
.
📖Ada tiga bab bahasan, Pertama mengenal berbagai macam PE, baik secara langsung atau tidak, pelaku dan korban. Kedua memahami beda percaya diri & harga diri, bagaimana cara meningkatkan harga diri. Ketiga bagaimana pengaruh PE pada diri kita, bagaimana menghindarkan diri dari pelaku PE, bagaimana kita membangun batasan emosional untuk terhindar dari PE.
.
📖Author juga selalu memberi contoh” case yg biasa terjadi dilingkungan sosial dan keluarga juga membuat kita yg membaca buku ini lebih mudah memahami PE lebih jelas. Mungkin aku juga perna jadi pelaku atau korban PE sadar gak sadar.
Profile Image for Bekti Renggani.
22 reviews1 follower
August 21, 2022
Buku ini bagus bangeeet. Membaca buku ini aku jadi teringat akan orang-orang di sekitarku yang pernah melakukan suatu bentuk pemerasan emosional kepadaku. Rasa sakit itu muncul sembari aku membaca buku ini. Namun, Zhou Mu-Zi memberikan kiat-kiatnya agar aku mampu lebih mengutamakan perasaan sendiri.
.
Ketika kita memahami atau mengutamakan perasaan sendiri, bukan berarti diri kita ini egois. Namun, jika kita memaksa orang lain untuk menyesuaikan diri dengan pemikiran dan permintaan kita, memuaskan keinginan kita bahkan tidak peduli jika melanggar batasan lawan, lalu merendahkan lawan demi mencapai tujuan, inilah yang dinamakan egois.
.
Review selanjutnya boleh mampir ke blogku yaaa terima kasih ^_^
https://bektisiblogger.blogspot.com/2...
Profile Image for Sierra.
37 reviews
March 4, 2022
Contoh-contoh yang diberikan dalam buku ini sangat relatable dengan orang Indonesia karena penulisnya orang Asia, kita punya culture yang mirip. Dengan contoh yang relatable, tips menghadapi emotional blackmail yang disampaikan penulis pun sangat bisa kita terapkan di kehidupan sehari-hari. Penulis tidak hanya memberikan contoh emotional blackmail, namun juga memberikan sudut pandang dari pelaku emotional blackmail dan korbannya sehingga pembaca bisa memahami dari 2 sisi. Saya sangat merekomendasikan buku ini, terutama untuk orang-orang yang tidak berani menolak permintaan orang lain. Semangat pejuang keluar dari lubang emotional blackmail! :)
Displaying 1 - 30 of 53 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.