**spoiler alert** Buku ini sangat direkomendasikan untuk para pembaca yang pernah mengalami perubahan iklim perasaan ditengah persahabatan.
non.ver.sa.**spoiler alert** Buku ini sangat direkomendasikan untuk para pembaca yang pernah mengalami perubahan iklim perasaan ditengah persahabatan.
non.ver.sa.ti.on n when nothing becomes everything
Buku ini berasal dari cerita di platform Wattpad yang diangkat untuk kemudian dibukukan. Didalamnya menceritakan tentang persahabatan yang terjadi diantara lelaki dan perempuan dan juga perasaan yang tumbuh diantara mereka, Dirga dan Thea.
Ehm, sejujurnya ini sudah empat atau lima tahun sejak terakhir kali saya membaca cerita yang berasal dari platform Wattpad. Entahlah, cerita-cerita yang ada di Wattpad rasanya terlalu indah dan jauh dari realita sehingga tidak lagi sesuai dengan jiwa yang ikut menua seiring berjalannya waktu. Oleh karena itu, saya nggak menaruh ekspektasi apa-apa terhadap cerita didalam buku ini. Tapi ternyata, tidak buruk sama sekali, ya meskipun masih ada beberapa kekurangan yang harus diperbaiki.
Pertama, saya sangat menyukai penokohan dari tokoh Dirga dan Thea didalam buku ini. Meskipun ada banyak tokoh yang disebutkan, dan juga ceritanya diangkat dari sudut pandang tiga tokoh: Dirga, Thea dan Trian, karakter Dirga dan Thea tetap kuat dan menjadi sorotan dalam buku ini. Namun sangat disayangkan, karena menggunakan sudut pandang tiga tokoh dengan perpindahan yang tidak jelas, saya mengalami kerancuan dan kebingungan. Alangkah lebih baik kalau perpindahan POV nya diberi batas yang jelas.
Kedua, saya sangat menyukai penggalan-penggalan sajak disetiap permulaan bab, sederhana tapi mewakili isi cerita didalam bab itu dan saling berkaitan antara bab yang satu dengan yang lain. Dan juga penggalan-penggalan kalimat yang menggunakan bahasa inggris, karena seperti bumbu, kalimat-kalimatnya menambah rasa dari cerita itu sendiri.
Terus, saya juga suka bahasa penulisannya yang santai, sehingga ceritanya mengalir dengan sangat baik, tahu-tahu sudah berada di halaman terakhir. Tapi.. Kalau bisa lebih dirapikan lagi, saya merasa buku ini bisa jauh lebih baik dan bisa menyampaikan kesan dan perasaan terdalam untuk para pembaca. Meskipun demikian, saat baca buku ini reaksi saya mirip seperti saat saya nonton film "Love, Rosie" buku ini berhasil bikin saya gregetan dan gemes sendiri sama Dirga dan Thea, terus mendekati bagian-bagian terakhir saya berhasil dibuat nangis bawang.
Secara keseluruhan saya menyukai alur cerita yang ada di dalam buku ini, sederhana, cukup ringan tapi bisa dikatakan cukup problematik juga, dan yang paling penting adalah karena sebagai orang yang pernah berada di posisi ini meskipun tidak 100% terhubung, rasanya seperti perasaan saya terwakili dengan cukup baik melalui buku ini.
"Disayangi punya tanggung jawab lebih besar daripada menyayangi. Bertemu dengan seseorang yang begitu menyayangi lo kadang menakutkan, sebab lo takut nggak bisa menyayanginya sebesar itu juga." -Hal. 208...more
Puisi-puisi dari pak Jokpin ini nggak pernah mengecewakan. Saya selalu dibuat terkagum-kagum, jadi sulit untuk tidak menyukai karya-karyanya. Karyanya Puisi-puisi dari pak Jokpin ini nggak pernah mengecewakan. Saya selalu dibuat terkagum-kagum, jadi sulit untuk tidak menyukai karya-karyanya. Karyanya selalu mudah untuk disukai karena ia memilih diksi-diksi yang sederhana namun tetap saja melalui puisinya ia selalu berhasil menyampaikan makna-makna. Karena diksi yang ia gunakan sederhana, pembaca jadi bisa lebih leluasa untuk menginterpretasikannya, sehingga pembaca bisa meresapi maknanya dengan baik. Ditambah lagi, puisi-puisinya nggak monoton. Topiknya beragam, dan sangat berkaitan dengan keseharian.
Di dalam buku puisinya yang ini, ada banyak sekali topik diangkat. Meskipun beberapa puisi di halaman awal nggak termasuk selera saya, puisi-puisi di halaman selanjutnya adalah penyebab kenapa saya nggak ragu untuk memberi bintang lima.
Oh iya, kalau ditanya bagian mana dari buku ini yang menjadi kesukaan saya sebenarnya banyak sekali, tapi yang paling berkesan menurut saya adalah puisi “Baju bulan”, “Harga duit turun lagi”, dan “Cita-cita”. ...more
Kalimat tersebut merupakan penggalan dari sinopsisnya.
Dari sinopsisnya saja, kita bisa tahu bahwa buku ini akan menYa, darah lebih kental daripada air
Kalimat tersebut merupakan penggalan dari sinopsisnya.
Dari sinopsisnya saja, kita bisa tahu bahwa buku ini akan menceritakan tentang kakak-beradik, tentang cerita mereka yang berjuang keras untuk bisa bertahan hidup ditengah ketidakpastian masa depan, ditengah rasa takut yang melanda, ditengah kenyataan bahwa mereka bisa mati kapanpun saat itu, saat perang dunia ke-II meletus. Tetapi terlepas dari kisah dua orang kakak-beradik yang sedang bergerak memperjuangkan kebebasan negara mereka, Perancis, ada banyak kisah lainnya di dalam buku ini. Tentang persahabatan, kasih sayang orangtua, tentang pengkhianatan, dan juga tentang cinta.
Dari awal hingga akhir buku ini memuat kisah yang menegangkan, menyakitkan dan pahit, menyedihkan, kemudian juga menyembuhkan. Alurnya yang maju-mundur tidak memusingkan sama sekali. Tapi jujur saja, saya hampir tidak menyelesaikan buku ini karena perasaan jenuh saat membaca 2/3 bagian awal. Rasanya, peristiwa-peristiwa dan perasaan deg-degan yang terus berulang itu membuat ceritanya jadi monoton dan hampir membosankan. Namun dengan sekuat hati, didorong dengan perasaan penasaran juga, saya tetap melanjutkannya, dan voila.. untung saja, perasaan jenuh itu bisa diusir dengan membaca 1/3 bagian akhir buku ini. Buku ini memuat kisah yang sangat sedih, namun entah kenapa rasanya tidak cukup sedih untuk membuat saya menangis ketika membacanya.
Secara keseluruhan, saya sangat menyukai buku ini, ceritanya dikemas dengan sangat baik. Baik dari pengembangan karakternya, plot twistnya, maupun cara penulis membangun latar tempat dan suasana dengan sangat baik melalui deskripsinya. Dan juga saya berterima kasih kepada translator, yang sudah menerjemahkan buku ini dengan sangat baik, saya senang sekali membaca buku terjemahan yang bahasanya seindah ini, pemilihan kata demi katanya sangat baik.
Oh iya, buku ini juga mengandung beberapa unsur yang mungkin bisa men-trigger beberapa pembaca, karena ada unsur kekerasan dan kengerian yang termuat didalamnya. Dan karena hal itu juga buku ini tidak cocok untuk dibaca oleh pembaca yang berusia dibawah umur.
One of those parts that hurt me so bad "Maafkan aku, anak-anakku, atas semuanya, dan ketahuilah bahwa sambil mengucapkan selamat tinggal, aku mencintai kalian berdua dengan segenap hatiku yang rusak" -Ayah Vianne dan Isabelle.
**spoiler alert** *WARNING : IT MAY CONTAIN SPOILERS*
Buku ini merupakan buku kedua dari ACOTAR series. Sebelum membaca buku ini saya sudah mendapat sp**spoiler alert** *WARNING : IT MAY CONTAIN SPOILERS*
Buku ini merupakan buku kedua dari ACOTAR series. Sebelum membaca buku ini saya sudah mendapat spoiler dimana-mana, bagus juga, mengingat yang saya baca ini versi terjemahan dengan jumlah halaman kurang lebih 860 halaman. Berbekal dengan spoiler-spoiler yang meyakinkan dan penasaran dengan kisah selanjutnya dari Feyre saya mulai membaca buku ini.
Dibuku yang kedua ini menceritakan tentang kelanjutan kisah hidup Feyre di tubuhnya yang baru sebagai sosok peri agung. Ditengah persiapannya mempersiapkan pernikahan dengan Tamlin, dibantu oleh seorang imam wanita bernama Ianthe, Feyre mengalami kebimbangan sebab mimpi-mimpi buruk yang terus menghantui di tiap tidurnya, ditambah lagi dengan sikap Tamlin yang semakin mengekang dan memaksakan kehendaknya terhadap Feyre. Ditambah lagi Feyre masih terikat perjanjian dengan Rhys, namun Tuan agung negeri malam tersebut tidak pernah memunculkan wujudnya setelah kejadian di Kaki Gunung. Hal ini membuat Feyre penasaran dan bertanya-tanya, apa yang sedang dilakukannya.
Jadi didalam buku kedua ini terdapat banyak sekali kejutan, sehingga tidak sedikitpun saya merasa kebosanan ketika membacanya. Perubahan 180 derajat yang terjadi pada semua tokoh dari buku sebelumnya di buku ini meninggalkan kesan baru untuk semua karakternya. Karakternya berkembang dengan sangat baik karena perubahan-perubahan sikap tersebut, contohnya saja Feyre yang sebelumnya hanya seorang gadis manusia lemah namun berani, mengandalkan cinta dan mengorbankan hidupnya untuk bertahan, justru didalam buku kedua ini ia menjadi sosok peri agung yang kuat dengan kekuatan 7 peri agung sekaligus didalam dirinya, bertindak berani memberontak Tamlin dengan keegoisannya. Dan bagian terbaiknya, saya semakin menyukai sosok Feyre disini, karena sikap berani, mandiri dan bijaknya sehingga bisa membebaskan diri dari abusive relationship yang ia jalani dengan Tamlin. Good choice, Feyre. Ditambah lagi dengan sosok Rhysand yang disini karakternya berbanding terbalik dengan karakternya di buku yang sebelumnya, dan menjadi one of best male fictional character for me!!! Didalam buku ini juga kita akan dikenalkan dengan banyak karakter baru yang tidak ada dalam buku sebelumnya, dan juga kita akan dijelaskan lebih detail lagi tentang tokoh yang ada pada buku sebelumnya yang hanya diperkenalkan sekedarnya saja.
Latar suasana yang dibangun didalam buku ini juga lebih berkembang dan tetap khas dengan cara penulisan Maas yang detail, sehingga latar tempat yang dideskripsikannya terasa nyata. Didalam buku ini juga akan ada banyak tempat-tempat baru yang diperkenalkan, tidak seperti buku sebelumnya yang hanya berfokus dengan negeri musim semi, dunia fana, dan kaki gunung saja.
Karena adanya hal-hal baru tadi, alur buku ini tidak terasa lambat sama sekali. Runtutan peristiwa demi peristiwa yang terjadi terasa mengalir begitu saja dan mengaduk-aduk perasaan saya saat membacanya, sehingga rasanya seolah-olah sedang berada didalam dunia mereka, khas sekali dengan gaya narasinya, seperti yang dilakukaan Maas dalam buku sebelumnya. Bahkan saking begitu larut kedalam ceritanya, saya tidak menyadari kalau saya sudah berada di halaman terakhir dan rasanya tidak rela untuk menyudahinya, karena benar-benar menikmati kisah percintaan yang terjadi di antara Rhys dan Feyre didalam buku ini. Chemistry diantara mereka berdua begitu terasa, tidak seperti Tamlin dan Feyre yang terkesan dipaksakan, hubungan yang terjadi diantara Rhys dan Feyre justru mengalir dan natural, dan membuat para pembaca jadi tergila-gila!!! Dan juga kisah persahabatan, antara Rhys dengan sahabat-sahabatnya di Velaris. Dan juga Velaris, hanya dengan narasi saja rasanya saya bisa membayangkan betapa indahnya kota itu.
Kekurangan dari buku ini adalah mungkin karena saking banyaknya tokoh-tokoh baru yang diperkenalkan, jadinya karakter-karakter yang dimiliki tokoh-tokoh baru itu terasa tidak begitu meninggalkan kesan, padahal tokoh-tokoh tersebut memiliki peran yang sangat mendukung dan menunjang karakter tokoh utamanya. Semoga saja di buku selanjutnya hal ini bisa teratasi, karena sangat disayangkan, beberapa dari tokoh-tokoh baru disini memiliki karakter yang keren sebenarnya kalau lebih dikembangkan lagi.
Terlepas dari kekurangannya tersebut, tentunya buku ini masih menjadi my #1 fave fanfic i've ever read!!! AND.. OF COURSE WHY NOT?! I'M A FEYSAND SHIPPER!!! Saya jadi tidak sabar untuk lanjut membaca buku 3, 4 dan pasti akan menantikan series-series selanjutnya rilis~ Ok, i think that's all. I hope this review can help you guys <3...more
FYI : Untuk menulis review buku ini saya membutuhkan berhari-hari untuk memikirkan bagaimana agar saya bisa mengula*WARNING : IT MAY CONTAIN SPOILERS*
FYI : Untuk menulis review buku ini saya membutuhkan berhari-hari untuk memikirkan bagaimana agar saya bisa mengulasnya dengan baik. Baiklah, kita mulai.
Ketertarikan saya untuk membaca buku ini dimulai ketika saya melihat covernya, terkesan elegan dan berani disaat yang bersamaan. Mengingat tebal buku ini lumayan, dan yang akan saya baca adalah versi terjemahan, akhirnya saya memutuskan untuk terlebih dahulu menanyakan sudut pandang beberapa orang yang sudah membaca buku ini sebelum saya sendiri yang membacanya.
Buku ini merupakan buku pertama dari series ACOTAR. Buku ini menceritakan tentang perjalanan Feyre, seorang gadis manusia yang bertahan hidup dengan berburu di hutan dekat tembok perbatasan dunia peri dan dunia manusia, bukan hanya untuk dirinya, tapi juga untuk keluarganya. Hingga pada suatu hari, takdir mengarahkan Feyre pada sebuah kesalahan yang membuat dirinya harus menerima sanksi karena melanggar perjanjian antara kaum peri dan kaum manusia. Saat kedatangannya, dunia peri sedang mengalami wabah yang membuat kekuatan dari semua peri disana semakin melemah. Tinggal bersama Tamlin, satu dari tujuh peri agung yang menguasai dunia abadi a.k.a dunia peri-menghabiskan waktu bersamanya, membuat mereka terikat pada sebuah perasaan yang akhirnya justru dapat menyelamatkan hidup keduanya. Takdir mengantarkan mereka pada sebuah peperangan melawan Amarantha, yang berakhir dengan menciptakan sosok baru bagi diri Feyre.
Ini berbagai opini beberapa orang yang sudah saya mintai pendapatnya terhadap buku ini, dan saya menyetujuinya : 1. "Fantasy world building-nya keren!" -@maetamango (Twitter) Terbukti saat membaca buku ini saya merasa seperti ikut terhanyut ke dalamnya, selain karena narasi dari penulisnya juga karena adanya peta pada halaman depan, yang membuatnya menjadi jelas dan keren.
2. "Pada buku pertama dari series ini, saat masih berada di bagian awal alurnya akan terasa lambat, dan akan semakin seru di bagian akhir." -@ainekayul (Twitter) Seperti buku fiksi pada umumnya, bagian awal buku ini merupakan bagian pengenalan, yang akan mengenalkan pembaca dengan tokohnya, latar tempat, latar suasana, dan kronologi peristiwa demi peristiwa yang nantinya akan saling berkaitan. Terasa lambat, tapi berkat gaya narasi Maas yang baik, saya bisa menikmatinya, bahkan hingga sampai ke halaman terakhir.
3. "Seru! Tapi buku ini rated 21+" -@salmazyu (Twitter) Baik, sebelum membaca buku hal ini merupakan pertimbangan penting bagi saya. Karena sejauh ini saya tidak sanggup untuk menahan diri saya untuk tetap lanjut membaca hal-hal yang saya nilai "Cringey" sehingga sering membuat saya berhenti membaca ketika suda setengah membaca sebuah buku. Fortunately, saya masih bisa menoleransi hal tersebut didalam buku ini karena lagi-lagi narasi yang digunakan sangat baik.
Buku ini berhasil mengembalikan mood saya. Dimulai dengan world buildingnya yang keren, unik dan magical, pengembangan karakternya yang detail membuat karakter didalamnya terasa begitu hidup, runtutan peristiwa yang terjadi didalamnya saling berkaitan dan tidak mengambang, dari sana saya memutuskan untuk mengikuti series ini, dan berujung mengantarkan saya menemukan karakter fiksi idaman saya pada buku kedua. Selanjutnya, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada penerjemah buku ini, karena buku ini diterjemahkan dengan baik sekali, tidak kaku sama sekali, sehingga saya bisa melawan kekhawatiran saya dalam membaca buku versi terjemahan, dan justru menikmati isi ceritanya sampai akhir.
Kekurangan dari buku ini menurut saya hanya di bagian karakter Tamlin yang terkesan patriarki, ditambah lagi jika menghilangkan unsur romance-nya, hubungan yang terjadi antara Tamlin dan Feyre ini rasanya sekedar abusive relationship saja. Hal ini sesuai dengan pendapat yang saya terima dari @DiscoverElysian (Twitter) sebelum saya membaca buku ini, dan saya juga merasakan demikian. Tapi terlepas dari kekurangannya, saya sangat menikmati dan menyukai buku ini. Bahkan sampai memasukkannya kedalam daftar favorit! Jadi buku ini sangat saya rekomendasikan untuk para pembaca yang menikmati genre fiksi-fantasi yang tidak keberatan untuk membaca series.
(+) Saya penasaran dengan buku ini karena judulnya awalnya, kemudian saya lihat ilustrasi versi hardcovernya sepertinya menarik. Akhirnya saya meminjam(+) Saya penasaran dengan buku ini karena judulnya awalnya, kemudian saya lihat ilustrasi versi hardcovernya sepertinya menarik. Akhirnya saya meminjam buku ini di iPusnas (Thank you, iPusnas)
Saya suka sekali sajak-sajak yang ada didalamnya, beberapa dari sajak-sajak itu ada yang sangat mewakili perasaan saya.
Melihat judulnya, kita semua tentunya sudah bisa menebak isinya, namun saya masih sangat mengagumi tata bahasanya dan apa-apa yang dipikirkan penulis untuk mewakilkan perasaannya. Contohnya di bagian berikut : “Buku adalah buku Meski isinya berbahasa latin dan kita tidak mengerti Paling disebut buku entahlah” Menggunakan apa-apa yang ada disekitar menjadi metamorfosa perasaan, saya menyukainya, tidak mudah tapi tidak sulit memahaminya bagi yang mencoba. Buku ini juga dipenuhi ilustrasi-ilustrasi yang menarik disetiap halaman yang sesuai dengan isi tulisannya. Sehingga menambah rasa terhadap buku itu sendiri.
(-) Beberapa tulisan sulit dibaca karena perpaduan warna latar belakang dan warna font yang kurang tepat....more
Loading...
