Biasanya pertanyaan semacam itu terucap dari mulut atasan atau dosen pembimbing, dan lain-lain. Tapi pern**spoiler alert** "Progresnya berapa persen?"
Biasanya pertanyaan semacam itu terucap dari mulut atasan atau dosen pembimbing, dan lain-lain. Tapi pernah kepikiran gak sih, karena satu kalimat sederhana itu dua hati yang berbeda bisa jadi satu?
Dewangga Bayuzena, seorang laki-laki dewasa yang gayanya minimalis dan kaku dan merupakan seorang manajer teknik, suka sekali mengucapkan kalimat andalannya tersebut kepada karyawannya. Masalahnya, kalimat itu ia ucapkan tidak sekali dua kali, melainkan hampir setiap saat ia berpapasan dengan karyawannya. Sehingga kalimat tersebut dijadikan bahan candaan diantara para karyawan-karyawan yang bekerja bersamanya. Salah satunya dengan Gemala April Wirjawan a.k.a April yang selalu merasa kesialan menimpanya setiap kali 'pakde' yang merupakan sebutan lain dari Pak Dewangga, menanyakan hal tersebut kepadanya. Selain selalu menanyakan pekerjaan dengan kalimat andalannya, pak Dewangga juga senang sekali membebani April dengan banyak pekerjaan sehingga ia harus lembur dan bekerja lebih keras dari yang lainnya.
Tapi jangan salah. Ada udang dibalik batu. Dibalik perlakuannya terhadap April ternyata ada maksud lain. Ehm.. Apa tuh?
Tokoh yang sangat menarik perhatian saya dalam novel ini adalah Pak Dewangga. Biarpun style fashionnya minimalis dan pembawaannya juga kaku, ternyata ada sisi lainnya yang membuat saya sebagai pembaca buku ini senyum-senyum gemes dan meleyot karena hal itu. Impression waktu saya baca ini: "GILA YA DEWANGGA??!!! SOPANKAH BEGITU?" "I'm not your strongest soldier, Pak Dewangga" Dan kalimat-kalimat kekaguman lainnya yang biasanya diucapkan oleh penggemar kepada idolanya Mungkin ini sedikit berlebihan, tapi please...Dewangga, i'm into you! Yang jelas setelah membaca buku ini, daftar cowok fiksi saya bertambah. Dewangga termasuk kedalamnya. Seriusan deh, kalau love languangenya kalian nacts of service, bakalan ketar-ketir sama perlakuan Dewangga.
Secara keseluruhan, cerita yang dikemas dalam buku ini menarik. Buku ini sangat disarankan untuk teman-teman yang membutuhkan bacaan yang ringan dan menghibur. Oleh karena itu, jangan mengharapkan kemunculan konflik-konflik berat didalamnya. Selain itu, saya menangkap sebuah pesan yang menyentuh dari buku ini melalui tokoh April dan keluarganya. Catatan kaki yang terdapat di bawah beberapa halaman buku ini juga membantu sekali dalam mendeskripsikan istilah-istilah yang masih asing untuk saya.
Entah kenapa, sayangnya bagi saya, pembangunan karakter dan chemistry antara Dewangga dan April dalam buku ini terasa kurang kokoh dan terkesan terburu-buru? Tapi secara keseluruhan, saya sangat menyukainya buku ini dan Dewangga.
Saya akan menutup ulasan ini dengan sebuah percakapan antara Dewangga dan April yang membuat saya meleyot: Pakde: "Kamu suka warna begini? Bukannya sudah banyak ya rumah-rumah menggunakan warna ini untuk cat tembok mereka?" April: "Warna putih dan abu-abu lebih banyak, Pak. Tapi ya balik lagi, ini kan cuma saran saya." Pakde: "Saran dari kamu itu penting banget." .......... If only she know, that home will be her future home........... AAAAAAAAA MANIS BANGET DEWANGGA, MAU NANGIS!!!...more
Ini ulasan sementara soalnya takut keburu lupa, nanti ulasannya ditulis lebih rapi lagi.
Baca ini jam 11 malam sampai jam 3 pagi karena insomnia melandIni ulasan sementara soalnya takut keburu lupa, nanti ulasannya ditulis lebih rapi lagi.
Baca ini jam 11 malam sampai jam 3 pagi karena insomnia melanda.
Niatnya mau baca yang ringan-ringan ternyata malah dipertemukan dengan novel yang bikin ngerasa greget terus gak bisa berhenti baca karena penasaran.
Alur percintaan Arga dan Oriana ini cukup klise sebenarnya. Tapi ketika baca novel ini, tetap aja apa yang terjadi diantara mereka tuh bikin gregetan. Hebatnya bukan cuma gregetnya doang, tapi ada gemesnya juga.
Well, Arga isn’t that sweet so he’s not included into my fictional crush but for Oriana, he’s perfect. I mean they’re perfect for each other. ...more
**spoiler alert** Alasan tertarik untuk mengintip isi dari buku ini adalah karena covernya yang cantik. Kemudian sebelum itu saya juga membaca sinopsis**spoiler alert** Alasan tertarik untuk mengintip isi dari buku ini adalah karena covernya yang cantik. Kemudian sebelum itu saya juga membaca sinopsis dan ulasannya terlebih dahulu untuk memutuskan melanjutkan membacanya atau tidak. Ternyata sinopsis dan ulasannya cukup baik sehingga saya memutuskan untuk meneruskan membacanya. Dan dari situ jugalah saya baru mengetahui ternyata buku ini merupakan dwilogi dengan buku kedua yang berjudul "Love, Curse & Hocus Pocus".
Saat membaca bagian awalnya saya dibuat cukup bingung dan penasaran tentang kemana arah cerita Troy dan Gadis berujung. Terutama dengan adanya unsur magic didalamnya. Kemudian pada bagian pertengahan barulah akhirnya saya mulai paham dan jalan ceritanya semakin seru saja, hingga saya tidak menyadari bahwa saya sudah berada di bagian akhir dari cerita Troy dan Gadis di buku pertama dari dwilogi ini.
Untuk penokohannya sendiri, penulis berhasil menggambarkan kedua karakter utama disini, yaitu Troy dan Gadis dengan jelas dan kokoh, baik secara tersirat maupun tersurat. Kedua tokoh memiliki keunikannya masing-masing. Troy dengan gayanya yang nyentrik sementara Gadis dengan segala kesederhanaannya.
Sementara itu untuk plotnya sendiri, meskipun sedikit membingungkan karena alurnya maju-mundur, tidak membosan. Malah sebaliknya hal itu menjadikannya semakin seru dan membuat saya penasaran dengan kelanjutan cerita mereka.
Bahasa dan pemilihan diksi yang digunakan penulis juga mudah untuk dimengerti, mungkin karena kekinian dan tidak kaku sama sekali. Saya sangat menikmati percakapan diantara Troy dan Gadis.
Ngomong-ngomong tentang Troy dan Gadis, saya bisa merasakan chemistry diantara keduanya. Meskipun seringkali bertengkar, bagi saya mereka pasangan yang menggemaskan :D Secara keseluruhan saya sangat menikmati buku pertama ini meski sedikit merasa kurang puas dengan bagian akhirnya.
Kalau teman-teman sedang mencari bacaan yang ringan dan menghibur, sangat direkomendasikan untuk membaca buku ini!...more
Mulanya menebak dari judulnya, saya kira buku ini akan berisikan puisi dengan tema tentang percintaan, nyatanya tidak.
Buku ini berisikan kumpulan-kumpMulanya menebak dari judulnya, saya kira buku ini akan berisikan puisi dengan tema tentang percintaan, nyatanya tidak.
Buku ini berisikan kumpulan-kumpulan puisi yang saya interpretasikan sangat berkaitan dengan kehidupan. Puisi-puisinya khas sekali dengan penulisan pak Sapardi. Sederhana saja, tapi sarat akan makna. Diksi-diksi yang digunakan pun tidak berat, justru saat membacanya terasa ringan seperti kapas, karena diksinya yang tidak rumit dan cukup familiar. Bahkan untuk pemula yang ingin mulai membaca buku puisi, saya akan merekomendasikan ini sebagai salah satunya. Indah, sederhana dan membekas dalam waktu yang bersamaan. Didalam buku ini ada beberapa puisi yang saya interpretasikan sebagai penggambaran tentang kehilangan, karena rangkaian diksinya yang indah ada perasaan sesak ketika saya membacanya, padahal saya tidak sedang mengalami kehilangan. Artinya di dalam buku ini, puisi-puisi didalamnya memiliki rasa yang kuat, hanya tinggal bagaimana pembaca akan memaknainya.
Salah satu yang membekas bagi saya adalah puisi yang berjudul "Masih Pagi". Ini salah satu bagian kesukaan saya. “Maksudku, siapa yang menyuruhmu berhenti lekas-lekas? Dan sekarang kamu malah mau pergi" Truly my favorite one...more
Bingung harus menulis ulasan yang seperti apa untuk buku ini. Maksudnya, buku ini terlalu luar biasa untuk didefinisikan melalui kata-kata. Ok, mungkin Bingung harus menulis ulasan yang seperti apa untuk buku ini. Maksudnya, buku ini terlalu luar biasa untuk didefinisikan melalui kata-kata. Ok, mungkin ini terlalu berlebihan, tapi rasanya tidak juga, karena pada saat ingin membacanya saya tidak memiliki ekspektasi apapun terhadap buku ini.
Dari awal ketika mulai membaca buku ini saya sudah ikut terhanyut kedalam ceritanya bahkan sampai tidak rela dengan kenyataan bahwa saya sudah berada di halaman terakhir. Artinya suasana dan latar yang dibangun penulis dalam buku ini sangat baik. Saking baiknya, saya sampai ikut terbawa kedalam suasananya. Ditambah lagi, ada bagian dalam buku ini yang mengangkat cerita tentang tokohnya sedang menjadi relawan, relate sekali dengan apa yang sudah saya alami meskipun tidak sejauh itu. Tapi terlepas dari hal itu, memang suasana yang dibangun dan pembentukan karakter di dalam buku ini baik sekali. Karena sejak awal saya tidak memiliki ekspektasi apapun terhadap buku ini, akhirnya buku ini justru meninggalkan kesan yang melekat yang menjadikan buku ini memiliki ciri khas di dalam ingatan saya, terutama terhadap tokohnya, selain itu juga buku ini benar-benar berhasil mengaduk-ngaduk perasaan saya sebagai pembaca. Bahkan sampai ikutan nyesek waktu baca beberapa part terakhirnya, seolah benar-benar merasakan apa yang dirasain Lail. Dan tepat sesaat sebelum saya selesai membaca buku ini, saya menyadari bahwa sangat menyukai karakter Soke Bahtera alias Esok ini, bukan hanya sekedar menyukai, bahkan saya menginginkan untuk sosok yang seperti Esok ini nyata wujudnya. Alias, dia benar-benar kriteria idaman saya.
Duh pokoknya tanpa berpikir, saya akan langsung memberikan ⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️ sebagai penilaian terhadap buku ini. Bahkan ketika saya menanyakannya kepada komunitas pembaca di Twitter, merekapun setuju bahwa penilaian ini pantas untuk buku ini. Oiya! Satu lagi yang bikin saya mudah menjiwai rasa yang ada dibuku ini adalah karena seperti biasanya, penulis menuangkan nasihat-nasihat bijaknya, kebetulan tepat sekali seperti apa yang sedang saya rasakan❤️ Of course, it would be one of my favorite book.
Quotes Favorit : "Jangan pernah jatuh cinta saat hujan, Lail. Karena ketika besok lusa kamu patah hati, setiap kali hujan turun, kamu akan terkenang dengan kejadian yang menyakitkan itu. ..."
"Tetapi sesungguhnya bukan melupakan yang menjadi masalahnya. Tapi menerima. Barangsiapa yang bisa menerima, maka dia akan bisa melupakan. Tapi jik dia tidak bisa menerima, dia tidak akan pernah bisa melupakan."...more
First, i read this book because of curiosity with other Jennifer works after reading “All The Bright Places”. This book tells about how Jack Masselin-First, i read this book because of curiosity with other Jennifer works after reading “All The Bright Places”. This book tells about how Jack Masselin-who has facial blindness a.k.a Prosopagnosia ended up with falling for Libby Strout-who dubbed as America’s fattest teen, after the cruel high school game that he won’t even try, but it’s something that he can do to save Libby, from his friends. And then it’s lands them in group counseling and community service and makes they have to spend more time together.
I don’t know why Jennifer always adapted a story like a guy with something meets a girl with something, then they’re falling for each other. But however, it’s a real phenomenon in our society. How someone who has weakness always being underestimated.
This is a good book that is unique with jennifer's way of writing. But I did not love it or connect with it as much as I’d hoped, especially after All the Bright Places. This story seems too cliche for me but that doesn’t change how powerful the message was. It was a happy ending, something I appreciate, but definitely not the most realistic. One more problem for me is the translation (Indonesian ver.) is so stiff, so makes it hard to understand....more
Loading...
