십 대들의 외롭고 불안한 내면을 따뜻하게 어루만져 주는 작품으로 주목받아 온 이꽃님 작가가 결말을 예측할 수 없는, 놀랍도록 흡인력 있는 작품으로 돌아왔다. <죽이고 싶은 아이>는 한 여고생의 죽음이라는, 결코 평범하지 않은 이야기를 통해 독자들에게 진실과 믿음에 관한 이야기를 건넨다.
hafif bir şeyler okumak için seçtim bu kitabı ve tam tahmin ettiğim gibi başladı ve tahmin ettiğim gibi sonlandı. yine de gayet keyif aldım. keşke biraz daha derine inebilseydi yazar, işte o zaman daha çok keyif alırdım. tabii genç yetişkin kategorisine sınırlı olmasının handikapıyla en fazla böyle olabilirdi gerçi, o da doğru. yorucu bir metin sonrasında okunabilecek, çok büyük bir derinlik aranmadığında ve su gibi akıp gidecek ihtiyacında ele alınabilecek bir metin. aşırı akıcıydı, sevdim diyebilirim.
akıcı ve sürükleyici bir kitaptı. uzun olmamasına rağmen ele alınan konu yeterli derinlikte işlenmiş. her bölüm oldukça sürükleyici ilerledi ve bir sonraki bölümü bir an önce okumak istedim. içindeki olaydan ötürü zaten sürekli beni merak içinde tutmayı başardı. yazım tekniğini ayrı beğendim.
Menurut kalian, kebenaran itu apa sih? Ketika kubilang matahari itu panas, kalian pasti sepakat dengan kata-kataku, kan? Namun, jika kubilang sebuah buku bagus banget, sementara saat kalian coba membacanya juga malah merasa biasa aja, benarkah buku itu sebagus yang kukatakan? Apakah karena banyak orang membicarakan sebuah buku bagus dan ada segelintir yang tidak menyukainya dianggap salah?
Dari contoh tersebut memperlihatkan bahwa manusia punya kebenaran yang subjektif. Dan ketika kebenaran subjektif itu mulai disukai oleh orang lain, akan terbentuk kebenaran umum. Contohnya ya kayak di atas, sebuah buku dianggap bagus karena banyak yang bilang bagus.
Konsep yang sama dipakai oleh novel ini melalui cerita Ji Ju-yeon dan Park Seo-eun. Ji Ju-yeon adalah anak orang kaya yang pernah menyelamatkan Park Seo-eun dari pengucilan teman-teman mereka. Karena itulah mereka bersahabat. Ada yang memandang Ju-yeon sebagai malaikat penyelamat Seo-eun, terlebih Ju-yeon juga senang memberi barang bagus atau membelikan Seo-eun makanan.
Setelah ditemukannya Seo-eun yang tewas, terkuaklah bagaimana pandangan orang yang mengenal mereka dalam sudut pandang yang berbeda-beda. Ada yang menganggap Ju-yeon sebagai anak egois yang menindas, menyuruh dan mengatur hidup Seo-eun. Ada juga yang menganggap Seo-eun hanya memanfaatkan kekayaan Ju-yeon. Bermacam-macam. Semua itu berasal dari kumpulan persepsi orang-orang.
Lalu, bagaimana kita bisa tahu seperti apa hubungan persahabatan kedua tokoh tersebut sebenarnya? Bagaimana kita bisa tahu mana yang benar dan salah jika semua orang menganggap sesuatu benar?
Buku ini membuatku merenungkannya, terutama soal persepsiku dalam menilai seseorang. Seringkali aku membangun cerita dari clue-clue yang kulihat dan menciptakan keyakinan yang ‘kuanggap benar”. Dan itulah keunikan manusia ya, kita punya kebebasan untuk menafsirkan segala sesuatu. Pantesan aja demen overthinking. HAHAHA.
Buku ini menarik, aku menikmatinya. Rasanya seperti ada sebuah gelas yang pecah dan buku ini mencoba mengumpulkan kepingannya untuk membentuk gelas yang utuh. Iya, pecahan-pecahan itulah bagian dari kebenaran.
Melalui buku ini, aku belajar hal baru : pemahaman yang kuyakini saat ini belum tentu sepenuhnya benar dan pemahaman yang diyakini orang lain belum tentu sepenuhnya salah. Pada dasarnya, sebagai manusia, kita lah yang menentukan kebenaran, kita pula yang bahkan bisa menghapus atau menggantinya. So, hal ini akan kuingat-ingat jika sudah kelewat over dalam pemikiran tentang diri sendiri maupun ke orang lain.
Oh iya, bagian favoritku adalah saat membahas ibu Seo-yeon. Sakit sekali membacanya, seorang ibu yang kehilangan anak, sungguh membekas. Yang paling menggelikan adalah fakta bahwa semua orang tidak benar-benar peduli pada apa yang terjadi. Mereka hanya ingin belajar dengan tenang tanpa terganggu oleh kematian teman mereka. Semoga kita gak jadi orang yang kayak gini, ya.
endingnya??? bikin aku terbelalak saking gak percayanya. tapi aku suka ceritanya dari pov beberapa saksi mulai dari teman SMP, teman Akademi sampai Ibu yg biasa jualan di depan akademi. mereka mempunyai pandangan berbeda terhadap siapa yg berpotensi toxic di antara kedua gadis itu: Ju-yeon dan Seo-eun. semua cerita seakan mengarah pada Ju-yeon dengan tingkahnya selama menjadi teman Seo-eun. Tapi benarkah Ju-yeon pelakunya? barang-barang mewah pemberian Ju-yeon kepada Seo-eun, atas inisiatif Ju-yeon sendiri atau Seo-eun yg meminta? Sampai ganti pengacara, bisakah Ju-yeon terbebas dari segala tuduhan? Bantuan profiler juga dihadirkan untuk membantu Ju-yeon berbicara yg sejujurnya.
Buku ini tidak sampai 200 halaman,bisa dibaca sekali duduk. Terjemahannya juga mengalir dan mudah difahami.
Cerita tentang anak dan bagaimana mereka menjadi adalah hal yang gak habis-habisnya bisa dikembangkan ya. Melihat cerita kasus kematian anak perempuan dan gimana pertemanannya, masalahnya di sekolah, tak lepas dari peran orang tua.
Agak bergidik saat cerita ibunya tentang si anak yang mengadu ke ayahnya yang sebenarnya tidak dilakukan ibunya ke dia. Semata-mata karena dia gak mau menjadi yang terbuang jika tidak lagi dianggap membanggakan.
Sebagai orangtua, perlu banget untuk mendampingi anak dan membersamai mereka, itu PR besar buat orang tua, juga saya.
Arkadaşı suçlamak akran zorbalığını anlatan, insanların sadece algı operasyonlarına kurban gittiği gerçekliğini savunan, hakikatin gerçeğimi yoksa insanlığın gitmesini istediği yeremi gittiğini sorgulatan bir eserdi.
Hikaye, işte bu noktada ortaya çıkıyor. On yedi yaşındaki bir lise öğrencisi okulda en yakın arkadaşını öldürmekle suçlanıyor. Ortada dönen pek kanıt ya da ispat olmamakla birlikte tamemen insanların kulaktan kulağa yaydığı haberlerle, kişilere empoze ettikleriyle, kendi bakış açılarına göre insanları nitelendirdikleri konuşmalarla bu suçlama gündemde. İki yakın arkadaş. İnsan en yakın arkadaşını ne sebeple niçin öldürebilir? Öğretmenlerden tutunda, öğrencilere, mahalle sakinlerine ve avukatlara kadar farklı bakış açılarıyla değerlendiriliyor olay. Tabi birden fazla kişininde ağzından anlatılan bölümler karşılıyor bizi.
Hal böyle olunca, haliyle Soin ve Cuyon’nun arkadaşlığıda yakinen mercek altına alınıyor herkes tarafından.🤷🏻♀️ Olay da bir yerden sonra cinayet soruşturmasının yanı sıra, akran zorbalığına, sınıf ayrımına, toplumun iki yüzlü değerlerine karşı sorgulatan düşündüren bir hikaye halini alıyor. Gizemli ilerleyişi de cabası tabi. Cuyon katil mi? En yakın arkadaşını öldürdü mü? Bu sorgulamalar ve düşüncelerle ilerlerken sonu ise hiç beklenmedik oluyor. Hem gençlere yönelik hem de tüm yaş grubunun bence okuması ve sorgulaması gereken eserlerden. Zaten Kore’de de Eğitim Bakanlığının ailelere önerdiği bir esermiş. Tavsiyemdir.
Soin’in ölümü üzerine bütün gözler Cuyon’a döner. En yakın arkadaşını öldüş müdür? Aralarında nasıl bir samimiyet vardı? Zorbalık suçlamaları doğru mu? Cuyon iyi mi kötü mü?
Soin’in şüpheli ölümünden sonra bütün okul ve mahalle bu sorularla çalkalanıyor. İki kızın arkadaşlığı ve hayatları mercak altına yatırılınca öğretmeninden bakkal amcasına herkes farklı bir yorumda bulunuyor. Cinayet davası adete herkes için kişisel bir olayın cadı avına dönüşüyor. Öyle ki Cuyon bile olayı tam hatırlamadığı için kendisinin gerçekten katil olup olmadığını sorgulamaya başlıyor.
Zorbalık, arkadaşlık ve toplumun ikiyüzlülüğü üzerine güzel bir roman. Çok da çarpıcı. Çünkü kimin bakış açısından okursak o yöne doğru çekiliyoruz. Çünkü olay sadece cinayet olmaktan çıkıyor ve kişilerin zengin-fakir ayrımı, güzellik algısı, sosyal medya, başarıya dair algıları da işin içine giriyor. Kitap boyunca bir sağa bir sola savrulup en sonunda da hiç beklemediğimiz bir yere varıyoruz.
Bence tam hayatın içinden bir kesit. Bir kişinin ölümü toplumun günlük hayatta dile getirmediği veya görmezden geldiği birçok farklı konuyu masaya yatırıyor. Kısa, akıcı bir roman arayanlara önerilir.
"Orang-orang di dunia ini tidak mendengarkan kebenaran. Mereka hanya mendengarkan apa yang ingin mereka dengar."
Buku ini berisi tentang penyelidikan kasus tewasnya Seo-eun seorang siswa SMA dibelakang sekolahnya akibat pukulan batu bata. Ju-yeon yg merupakan sahabat Seo-eun diduga kuat sebagai pelaku karena ada sidik jarinya di batu bata tsb.
Saat dinyatakan bersalah Ju-yeon kesulitan untuk membuktikan dirinya tidak bersalah, karena dia mengaku tidak mengingat kejadian di hari tsb saat dia terakhir bertemu Seo-eun. Ditambah keterangan para saksi, juga teman dan orang-orang yg mengenal mereka berdua menyatakan bahwa Ju-yeon kerap merundung Seo-eun padahal mereka bersahabat.
Pas awal baca aku ga expect kalo ceritanya tentang penyelidikan pembunuhan (kebiasaan ga baca blurb). Tapi pas dibaca ternyata seru dan bikin penasaran. Kita bakal diajak mendengar pengakuan dari teman sekolah, teman akademi dan orang-orang yg mengenal mereka tentang bagaimana selama ini mereka berteman di mata mereka.
Selain itu Ju-yeon yg shock dengan kematian Seo-eun megalami kesulitan saat dimintai keterangan oleh pengacara dan profiler yg menginterogasinya, membuat penyelidikan semakin memberatkannya.
Sayangnya disaat Ju-yeon yg harusnya mendapat dukungan penuh dari orangtuanya, justru tidak mendapatkan itu, mereka hanya menyewa pengacara terbaik yg bisa membuat Ju-yeon terbukti tidak bersalah agar nama baik mereka tidak tercoreng.
Dari novel ini kita akan melihat bahwa kebenaran terkadang berbeda dari apa yg terlihat, tergantung bagaimana kita melihatnya. Juga bagaimana pendapat orang bisa menggiring opini dan menyudutkan seseorang.
Disini kita juga akan melihat bahwa dukungan dan kepercayaan orangtua terhadap anaknya sangat penting untuk membuat sang anak merasa aman dan nyaman dan tidak mencari hal tsb ke orang lain.
Twist di akhir mengejutkan banget, ga nyangka kalo akhirnya jadi seperti itu. Apa yg kita lihat baik belum tentu baik dan apa yg kita kira salah belum tentu salah.
Overall aku menikmati baca novel ini, jadi sedih dan kasian sama salah satu tokoh setelah selesai baca 😢. Ga sangka novel yg ga sampe 200 halaman ini isinya seru dan isu yg diangkat juga lumayan padat, apalagi ga terlalu tebal jadi bisa cepat selesai bacanya. Recommended 👍
1. Personally speaking yah, novelnya buat emosi campur aduk dan buat hati jadi dilanda misteri.
2. Anak yang Memendam Amarah menceritakan penyelidikan kasus tewasnya salah satu murid akademi, Seo-eun, yang jasadnya ditemukan di lokasi yang sudah diabaikan dan juga berbahaya masih di dalam area sekolah. Adalah Ju-yeon, dikenal sebagai sahabat korban, digadang-gadang sebagai tersangka. Hiruk-pikuk isi cerita yg kurang lebih +180an halaman ini adalah penyelidikan dan alur maju mundur; ada scene latar belakang keluarga korban dan tersangka, para guru dan murid, pengacara dan masyarakat setempat sebagai rangkaian proses ini.
3. Kenapa diawal aku bilang campur aduk? karena kebetulan, penulis membuat kepribadian dan journey Ju-yeoun dan Seo-eun mendukung posisi mereka dalam cerita itu. Ju-yeoun yang kebetulan punya sifat ekstrim didukung status ekonominya, lalu Seo-eun dengan kesusahannya, membuat pembaca jadi mudah digiring opini cerita--hingga muncul lah si plot twist.
4. Menggunakan isu perisakan yang terjadi di sekolah, dinginnya hubungan tak tersampaikan antara orang tua dan anak, kriminal di sekolah, novel ini memakai tema kebenaran vs keyakinan dengan menggunakan pergaulan siswi sekolah. Bagaimana saat orang yang secara sifat tidak baik diyakini melakukan tindakan jahat, bagaimana opini publik bisa menyetir satu negara. Bagaimana kita bisa percaya kpd orang yang saat itu sangat berpotensi bersalah? Bagaimana jika ternyata orang yang harus duduk di perkara ini ternyata belum hadir?
5. Overall, aku puas bisa baca Anak yang Memendam Amarah. Jujur, cukup seram dengan karakter Ju-yeoun. Bukan, lebih tepatnya sifat Ju-yeoun yang bisa saja ada pada murid-murid sekolah. Ohya, novel ini sebetulnya cukup singkat secara penyelesaian masalah. Case closed nya bikin greget namun meresahkan. Mungkin beberapa pembaca akan terasa nanggung. Lalu, format cerita cukup menarik seperti novel Para Pencemas; ada halaman isinya hasil wawancara saksi atau orang disekitar korban dan tersangka lalu ada halaman utk scene masa kini dan alur mundur. Overall, nggak membingungkan.
"Fakta itu tidak penting, yang penting orang-orang kan percaya." Begitulah kiranya kalimat yang memang cocok menggambarkan situasi di dalam buku ini. Kisah tentang kematian gadis berusia 17 tahun di sekolah akibat pukulan batu bata bernama Seo-eun. Diduga pembunuhnya adalah sahabatnya sendiri yakni Ju-Yeon karena ada sidik jarinya di batu bata tersebut. Namun ternyata kasus ini tidak hanya sekedar pembunuhan biasa karena ada sangkut pautnya dengan perundungan dan juga penilaian dari perspektif semua orang yang terlibat di dalamnya.
Ketika membaca bukunya jujur saya sangat antusias mengamati kasusnya dari awal sampai tuntas karena mengalir begitu saja. Pembaca akan disajikan POV dari beberapa orang penting mulai dari teman-teman Ju-Yeon dan Seo-eun, ibu Seo-eun, mantan guru akademisi, Ayah dan Ibu Ju-Yeon, pengacara, pacar Seo-eun, profiller sampai dengan saksi yang tersembunyi (bisa dibilang saksi kunci). Uniknya di sini terdapat ketimpangan pengakuan tentang apa yang mereka ketahuo mengenai persahabatan Ju-Yeon dan Seo-eun, ada yang mengatakan mereka bersahabat baik namun kebanyakan mengatakan hubungan mereka seperti majikan dan budak.
Ju-Yeon juga sulit ditanyai mengenai kebenaran kejadian itu apakah dia membunuh atau tidak kebanyakan dia hanya bilang "Saya tidak ingat." Ju-Yeon mengakui semua apa yang dilakukannya pada Seo-eun seperti mengumbar gosib buruk dan pertengkaran mereka sebelum Seo-eun meninggal. Namun tentang dia yang membunuh Seo-eun dia bersikeras tidak pernah melakukannya meskipun lingkungan sekitarnya mendesak bahwa dia adalah pembunuh Seo-eun.
Alur yang menarik dengan berbagai macam sudut pandang dari kesaksian maupun fakta membuat pembaca ikut berpikir mengenai kebenaran yang terjadi. Namun di sisi lain saya justru menemukan fakta menarik dari kisah ini yakni betapa seramnya keyakinan masyarakat tanpa didasari dengan fakta tentang apa yang mereka lihat dari satu sisi saja.
Secara garis besar buku ini bercerita tentang Seo Eun dan Ju Yeon, sosok dua remaja putri yang bersahabat dekat, hingga pada suatu ketika Seo Eun meninggal dengan cara yang janggal. Terdakwa utama dalam kasus meninggalnya Seo Eun tidak lain adalah Ju Yeon sobat karib korban sendiri, Ju Yeon menjadi korban sebab banyak bukti yang mengarah kepadanya.
Membaca buku ini seperti menonton film dokumenter, saya berasa ikut ditarik untuk menebak apa yang sebenarnya terjadi. Kebenaran yang dipercayai banyak orang atau fakta yang sesungguhnya yang dapat mendefinisikan kebenaran dengan tepat. Apakah Ju Yeon benar-benar bersalah? Let's read now.
Buku ini menampilkan banyak sudut pandang, baik dari ibu korban, ayah terdakwa, ibu terdakwa, guru-guru yang mengajar, pemilik toko swalayan sekitar, hingga teman-teman sekelas terdakwa dan korban. Sejenak saya termenung begitu selesai membaca buku ini, buku ini membuat saya berpikir mendalam akan perkataan dan sikap yang seharusnya memang dipikirkan dalam melakukan segala hal.
Buku ini juga menampilkan sudut pandang keputusan untuk memiliki dan membesarkan seorang anak juga realitas yang amat sangat tidak mudah, baik dari sisi korban yang hidup serba kekurangan bersama orang tua tunggal. Hingga dari sisi terdakwa yang hidup berkecukupan namun tetap dianggap sebagai "aset" hingga kurang perhatian dari kedua orang tuanya.
Hidup memang tidak pernah hitam dan putih, sebagai manusia yang dulunya sangat straight forward, to the point, dan sebagainya, sekali lagi ini merupakan buku yang menyadarkan saya untuk terus berpikir ribuan kali sebelum mengeluarkan perkataan dan menentukan sikap terhadap apa saja yang terjadi.
Dalam konteks "mengomentari" hidup orang lain. Be wise, sometime every action from others dont need reaction. Please be kind, always.
Ji Ju-yeon dan Park Seo-eun bersahabat. Suatu waktu mereka bertengkar, dan esoknya Seo-eun ditemukan tewas di belakang sekolah. Ada sebuah batu bata dengan sidik jari Ju-yeon di batu itu, yang membuat Ju-yeon menjadi terdakwa pembunuhan Seo-eun. Namun, saat Ju-yeon diminta menceritakan kejadian itu, dia tidak bisa mengingat kejadiannya secara utuh.
Novel ini terbagi dalam 2 bagian yang disajikan berselang-seling. Bagian pertama adalah kisah Ju-yeon dengan pengacaranya, orang tuanya, dan juga dengan seorang profiler. Bagian kedua adalah cuplikan wawancara yang dilakukan oleh stasiun TV yang membuat liputan khusus tentang kasus ini. Kedua bagian ini saling melengkapi untuk memberikan penjelasan tentang kejadian sesungguhnya.
Satu hal yang sudah pasti. Orang-orang hanya ingin mendengar apa yang ingin mereka dengar dan meyakini apa yang ingin mereka yakini.
Dua kubu (pro Ju-yeon dan kontra Ju-yeon) terbentuk gegara kejadian ini. Masing-masing mengemukakan pendapat mereka yang kemudian lama kelamaan diyakini menjadi kebenaran. Sementara Ju-yeon sendiri kebingungan dengan perasaannya. Dia tahu Seo-eun sahabatnya, tetapi ada sesuatu yang membuatnya marah pada Seo-eun, dan dia tidak bisa mengingatnya. Perisakan, kesenjangan sosial, persahabatan, rasa memiliki adalah beberapa hal yang diangkat dalam novel ini.
"Kebenaran? Aku sudah mengatakannya ratusan kali. Aku tidak melakukannya. Tidak seorang pun percaya padaku. Ada satu hal yang kusadari pada saat itu. Orang-orang di dunia ini tidak mendengarkan kebenaran. Mereka hanya mendengarkan apa yang ingin mereka dengar."
Sepanjang membaca buku ini, aku merasa dibuat terombang-ambing untuk percaya atau tidak percaya ke Ju-yeon. Semua orang bilang dia pelakunya. Semua orang percaya dia pelakunya. Tidak ada orang di sekitar Ju-yeon yang percaya kepadanya. Terlebih Ju-yeon tidak ingat apapun yang terjadi di saat krusial perkiraan waktu terjadinya "pembunuhan" itu. Seperti kepingan puzzle yang sengaja dihilangkan. Apa yang sebenarnya terjadi di antara Ju-yeon dan Seo-eun hari itu? Bagaimana cerita sebenarnya, sehingga dua remaja yang berteman sejak SMP berakhir dengan Seo-eun ditemukan tewas dan Ju-yeon dituduh sebagai pembunuhnya.
Selesai baca bab terakhir, yang ada aku malah jadi sebel dan pengen marah. Bisa-bisanya ada manusia kaya gitu. Menjelang akhir cerita, dijelaskan juga alasan penyebab hilangnya ingatan Ju-yeon di momen krusial hari itu, bisa dibilang merupakan self-defense mechanism dia, karena apa yang diyakininya selama ini ternyata tidak sesuai dengan kenyataannya.
Seorang murid SMA bernama Park Seo Eun ditemukan tewas dihantam batu bata di belakang sekolah. Ji Ju Yeon, sahabat dr korban dicurigai sbg tersangka. Seketika kasus ini menjadi bahan perbincangan semua org, ada yg bilang Seo Eun anak yg baik, penurut dan pintar orang pada simpati kepadanya sedangkan Ju Yeon anak yg suka menindas anak lain & meyakini memang dia pelakunya. Tapi benarkan demikian?
Bukti-bukti dikumpulkan, para saksi di wawancarai, pernyataan-pernyataan yg bikin kita bingung & penggiringan opini kalo Ju Yeon pelakunya, apalagi banyak saksi yg memberatkan Ju Yeon.
Ini endingnya plot twist banget deh, ga menyangka kalo pelakunya adalah...
Kisah dibalik sebuah persahabatan 2 anak remaja yg saling memanfaatkan satu sama lain. Isu mental health yg banyak terjadi di sekitar kita dimana para remaja memendam emosi negatif tanpa terkelola & tersalurkan & pd akhirnya emosi tsb menumpuk dalam alam bawah sadarnya.
Kitabın konusu gayet güzeldi ve işlenişi de gayet yeterliydi bence. Kitap ile ilgili en sevdiğim kısım sanırım tam olarak bir k-drama havası vermesiydi. Kitabı okurken olayların istemeden sürekli olarak kafamda adeta bir k-drama sahnesine dönüşmesi çok hoşuma gitti. Kitapla ilgili sadece iki şey hakkında çok kararsız kaldım. İlki finalinin bitiş şekliydi. İkinci olarak da röportaj bölümlerinde olay akışı sadece röportaj veren kişi üzerinden döndüğü için (sorular olmadan) biraz kopuk kopuk olması okuma zevkimi bir tık düşürdü diyebilirim. Ancak tüm bunlara rağmen kitabın konusu ve kolay okunmasından dolayı bu zamanda ilaç gibi geldi resmen.
Park Seo-eun ini cewek yang sering dibully di sekolah, miskin, punya ibu yang kerja di rumah makan, terus Seo-eun juga kerja di minimarket. Dari minimarket itu juga, dia ketemu pacarnya. Tapi, tragisnya, dia meninggal di dekat sekolahnya...
Ji Ju-yeon, sahabat Seo-eun, orang kaya, tapi sering kesepian. Karakternya agak superior, tapi dia sering kasih barang-barang bagus buat Seo-eun. Nah, dia ini yang dituduh membunuh Seo-eun karena ada sidik jarinya di batu bata. Ju-yeon diperiksa terus, diinterogasi, tapi dia bilang bukan dia yang melakukannya. Yaa... TERNYATA MEMANG BUKAN DIA 😭😭
Sebaiknya baca novel ini biar tahu siapa sebenarnya pelakunya dan bagaimana Seo-eun meninggal (bukan bunuh diri).
This entire review has been hidden because of spoilers.
Dikemas dengan 40 bab dengan multiple-POV, novel setebal 192 halaman ini berhasil bikin aku ketagihan buat segera namatinnya. Pergantian POV-nya cukup membantu aku makin ragu menebak pelaku pembunuhan sang protagonis melalui kesaksian-kesaksian mereka.
Cuman downside-nya adalah formula ini di pertengahan kerasa agak membosankan, apalagi ditembah narasi yang keliatan kurang optimal. Imo, mungkin karena disajikan dengan sudut pandang orang pertama, jadi misterinya jadi kurang greget karena semuanya dijelaskan terlalu gamblang.
Nah, tapi ending-nya cukup lah mengimbangi kelemahan novel ini. Kek, bisa-bisanya dibawa ke situ.
Cerita tentang sepasang anak yang bersahabat, dan suatu hari menjadi tersangka atas kematian sahabatnya.
Novel ringan yang selesai dalam sekali pembacaan, mungkin hanya beberapa jam saja. Tapi penulis bisa membuat saya penasaran dengan seluruh kesaksian. Bab-bab berisi kesaksian, rasanya saya pernah baca bentuk novel begini, tapi lupa apa judulnya. Alurnya persis seperti ini. Tapi endingnya plot twist, di luar dugaan.
Inti yang mau disampaikan di sini sih soal kebenaran itu adalah apa yang diyakini oleh orang ramai. Padahal pada akhirnya apa yang diyakini sebagai kebenaran, ya bisa saja salah di akhirnya.
Plot twist sekali. Endingnya nanggung dan bikin kesel karna setelah dipikir-pikir ternyata di rl juga sering ditemui kondisi seperti itu😞
Cerita yg disampaikan penulis cukup ngena si. Isinya tentang keyakinan dan kebenaran. Kebenaran yg kebanyakan sering diyakini orang-orang, belum tentu seluruhnya benar dan bisa saja salah di kemudian hari. Jadi ketika ada sebagian orang yg tidak setuju/ragu cenderung dianggap aneh. Karna itu kebanyakan orang memilih pendapat2 yg paling banyak suaranya. Istilahnya kayak fomo doang kali ya? ikut2an padahal nggak tau bener apa nggak. Nah yg kayak gini, secara nggak sadar banyak terjadi di dunia nyata dan bisa merugikan banyak pihak.
I don't usually read thriller/mystery genre fiction, but this was a fantastic book! It's presented in a series of short chapters from many different characters' perspectives. Each person gives a verbal testimony, often to a broadcasting station. The story is very twisty and exciting, and constantly keeps you guessing by presenting new information from different perspectives. The main theme of the book is probably the question of what truth is and how it can be manipulated by the mass media and different people's perspectives/opinions. Definitely recommended! 5 stars.
Judul: Anak yang Memendam Amarah Penulis: Lee Kkoch-Nim Rate: 4.6/5
Seo-eun ditemukan tak bernyawa di belakang sekolah dan diduga dia dibunuh oleh Ju-yeon, sahabatnya.
Buku ini terdiri dari 40 bab pendek yang dapat memainkan emosi pembaca hingga sulit untuk berhenti membalik halaman-halaman yang ada. Penulis dengan lihai membuat pembaca kebingungan menebak mana informasi yang berupa fakta atau fiktif. Saya menyukai cara penulis menggunakan berbagai sudut pandang untuk memahami situasi yang terjadi. Akhir ceritanya yang tidak terduga sangat di luar ekspektasi saya.