Sweet Memory [2019] oleh Kennedy Jennifer Dhillon
Katanya, jangan mudah benci sama orang karena ujung-ujungnya bisa jadi cinta. Benar, kah? haha! aku Sweet Memory [2019] oleh Kennedy Jennifer Dhillon
Katanya, jangan mudah benci sama orang karena ujung-ujungnya bisa jadi cinta. Benar, kah? haha! aku sih belum pernah merasakan hal itu, ya. Tapi, aku kenal beberapa orang dekat yang kemudian berjodoh padahal sebelumnya sebel banget ketika awal-awal bertemu.
Itu pula yang terjadi pada Firsta, seorang penyanyi di Batam saat dikenalkan oleh Rebecca -temannya, kepada seorang pemuda bernama Mario a.k.a Ube.
Alih-alih mendapatkan first impression terhadap Ube, yang ada Firsta malah kesal karena di pertemuan pertama itu Ube secara terbuka langsung memberikan kritik tajam terhadap performa band-nya.
"Menurut aku sih, band kalian itu masih kurang dapat feel jaznya. Nanggung gitulah istilahnya. Jadi, kalau mau disebut aliran jaz, masih jauh, sih." Hal 9.
Jelas saja Firsta sebal. "Kalimat yang meluncur dari mulut Ube seketika membuatku meradang. Kurasakan pipiku panas. Enak saja ia bicara. Apa haknya menilai band orang? siapa juga yang minta pendapatnya?" rutuk Firsta dalam hati.
Tapi, namanya juga urusan hati, ya. Gambang dibolak-balik jika Dia sudah berkehendak. Dari pertemuan pertama yang kurang manis itu, Firsta dan Ube malah berteman baik.
Ternyata Ube adalah pria yang menyenangkan. Ube adalah pendengar yang baik dan banyak hal yang Firsta pelajari dari Ube, termasuk soal kemandirian.
Maklum, Ube sendiri tinggal dan bekerja di Jakarta. Saat bertemu Firsta di Batam, Ube tengah libur. Saat kemudian mereka berdua mulai yakin akan perasaan cinta diantara mereka, mereka lantas saling berkomitmen walaupun hubungan itu dijalankan dengan cara LDR.
Setelah berhasil meyakinkan orangtuanya, Firsta kemudian dapat menyusul Ube di Jakarta. Rencananya, dia akan melanjutkan kuliah di sana. Sayang, saat itu kondisi keuangan keluarga sedang tak memungkinkan. Apa boleh buat, untuk sementara Firsta harus menunda dulu rencana kuliah dan memilih untuk bekerja.
Jakarta yang keras ternyata semakin menempa kisah cinta mereka. Hingga kemudian, pada satu titik mereka berdua memutuskan untuk membawa hubungan itu ke arah yang lebih serius: pernikahan.
Walaupun banyak yang harus mereka urus, tapi persiapan pernikahan mereka jalani dengan bahagia. Hingga, kemudian terkuaklah satu fakta bahwa sakit jantung bawaan sejak lahir yang diidap oleh Ube ternyata semakin memburuk.
"Tuhan yang mengizinkan kita bertemu. Dan ketika Dia mempertemukan kita, aku yakin Dia punya rencana yang indah untuk kita dan akan menjadikan segala sesuatunya baik." Hal.50.
Di tengah kondisi kesehataan Ube yang tak begitu baik untungnya acara pernikahan berlangsung lancar. Dari deskripsi yang ada di novel, nampak sekali kebahagiaan yang mereka rasakan.
Namun, sayang tak lama kesehatan Ube semakin memburuk. Ube koma dengan harapan hidup yang tipis. Dokter bahkan bilang bahwa keluarga harus siap dengan kemungkinan terburuk.
"Jika dulu Tuhan bisa menolongmu, Dia pasti mampu melakukannya sekarang. Kamu percaya itu?" Hal.117.
Itu yang selalu dikatakan Firsta untuk memberi semangat takkala Ube masih sadar. Namun, ketika Ube tak sadarkan diri (namun kadang masih dapat merespon genggaman tangan Firsta), hanya iman dan pengharapan yang ia jadikan pegangan.
Aku pribadi, sejak baca novel ini sudah tahu endingnya seperti apa. Sweet Memory ini sama napasnya dengan Titik Nol-nya Agustinus Wibowo atau Gong Traveller-nya Gola Gong. Ya, kelak Ube memang harus "pergi". Sesiap-nya Firsta, tetap saja ini satu pukulan berat baginya.
"Aku terpaku. Sepersekian detik aku merasa dunia berhenti bersama udara yang membeku di hadapanku. Perlahan udara itu berubah menjadi jarum-jarum es yang bertubi-tubi menghunjam kalbu dan merobek jiwaku. Aku seolah tenggelam dalam lautan hitam tanpa suara, tanpa cahaya." Hal.127.
Ah, Sweet Memory -sebagaimana judulnya, memang sebuah novel yang ciamik walau setelah baca aku merasa buku ini lebih tepat disebut memoar karena tokoh-tokoh yang ada di novel ini benar-benar ada bahkan nama yang digunakan bukanlah nama samaran.
Di akhir buku terdapat beberapa foto Ube dan Firsta. Saat itu, aku merasa bisa menebak akhir kisah mereka, tapi nyatanya aku tetap tersentak karena aku pure nggak tahu tentang kisah hidup Laurentia Firsta Soeprapto dan Mario Obedh Alfonso yang ternyata sempat viral beberapa tahun lalu. (well, jika penasaran, bisa googling nama ini dan kalian akan terkejut dengan fakta yang akan ditemukan).
Aku udah lama nggak baca novel romantis seperti Sweet Memory ini. "Sayangnya" selain romantis novel ini juga mengharukan huhuhu. Dan, sebagaimana judulnya, Sweet Memory ini memang buku yang manis. Aku suka banget baca halaman demi halaman yang dibuat oleh Mbak Kennedy ini sebagai bentuk sebuah persembahan dan juga janji kepada sahabatnya.
Akhir kata, "Tak ada yang abadi di dunia ini. Kita semua akan sampai pada satu masa yang disebut perpisahan." Hal.25. ...more
Donwori Bihepi aka Hepi adalah anak yang tumbuh tanpa didikan seorang ibu. Dia hanya tinggal bersama Martiaz -ayahnya yang mantan prAnak Rantau [2017]
Donwori Bihepi aka Hepi adalah anak yang tumbuh tanpa didikan seorang ibu. Dia hanya tinggal bersama Martiaz -ayahnya yang mantan preman, dan seorang kakak perempuan.
Ayahnya kini sudah bertobat dan membuka pabrik percetakan di Jakarta. Kakaknya beranjak dewasa yang mulai sibuk dengan segala urusan di rumah, kuliah dan juga mengurusi pabrik sehingga Hepi kadang merasa kurang diperhatikan.
Anak cerdas ini melancarkan sebuah "balas dendam" dengan cara membandel di sekolah. Bukan menjadi anak bebal yang suka tawuran dsb, tapi dengan tidak mengisi satupun jawaban saat ujian, padahal dia mampu melakukannya.
Dia ingin ayahnya marah. Dia ingin ayahnya memperhatikannya.
Alih-alih mengamuk seperti bayangannya, ayahnya hanya diam seribu bahasa. Dia bahkan mendapatkan hadiah pulang kampung ke desa ayahnya di Sumatra Barat sana. Tempat yang selalu ia rengekkan tapi tak juga dipenuhi ayahnya.
"Ini jelas kemenangan yang terlalu gampang. Bukan perhatian semacam ini yang ia bayangkan." Hal.11.
Dari sini, dan dari judulnya kita sudah tahu apa yang terjadi pada Hepi, bukan? yak benar. Hepi kemudian ditinggalkan di desa bersama kakek dan neneknya.
Hepi marah luar biasa dan dia merasa terbuang. Ayahnya pun sebetulnya tak tega, namun dia meneguhkan hati dengan harapan Hepi akan belajar nilai-nilai kehidupan di kampung.
"Jika kau mau pulang, carilah sendiri uang untuk ongkos ke Jakarta," kata ayahnya.
Sejak itu, Hepi bertekat untuk membuktikan bahwa ia bisa. Di bawah pengawasan kakeknya yang tegas dan neneknya yang lembut, Hepi berupaya mencari pekerjaan.
Bersama dua teman barunya -Attar dan Zen, Hepi bekerja di sebuah warung makan. Apa saja dia lakukan dimulai mencuci piring, melayani pembeli, dsb.
Tapi upahnya sangat sedikit. Makanya, dia berani menerima tawaran Bang Lenon menjadi asisten pribadi. Kakeknya tak suka, karena Lenon adalah bandit besar yang kembali ke kampung karena sudah bertobat. Kakeknya masih belum mempercayai itu.
Di kampung, ada juga sebuah rumah yang dihuni oleh Pandeka Luko, sosok misterius yang dipercaya memiliki kekuatan gaib dan sering mencelakai orang. Ini Hepi ketahui saat tak ada yang berani mengambil bola yang tak sengaja masuk ke perkarangan Pandeka Luko.
"Berbahaya! gak ada yang berani masuk ke dalam sana," ujar sahabatnya.
Kehidupan hepi berjalan lambat di kampung. Dia ingin sekali pulang ke Jakarta. Naas, uang yang selama ini ia kumpulkan hilang bersamaan beberapa barang di rumah.
Kampung mereka menjadi tidak aman! dan, mereka berusaha untuk mencari tahu siapa dalang dibalik semua kejadian ini.
Endingnya sendiri pasti sudah ketebak, ya. Tapi, yang spesial dari buku ini ialah A Fuadi dapat meramu kisah drama dan misteri dengan mengaitkannya terhadap kebudayaan di Sumatra Barat.
Aku takjub loh dengan deskripsinya soal perkampungan, adat istiadat (misalnya acara khataman Alquran yang ternyata semeriah itu), kebiasaan merantau hingga menyentuh kisah PRRI (Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia) yang dulu ada di Sumatra Barat di tahun 1958.
Sebagaimana trilogi Negeri 5 Menara, aku kembali merasakan kekhasan yang sama dari diksi-diksi yang digunakan oleh A.Fuadi. Sempat terbersit, "ya ampun ingin rasanya bisa nulis kayak gini."
Aku suka banget buku ini. Dibeli setahun lebih lalu, tapi aku baru menuntaskannya sekarang hehe. Dulu, pas baca beberapa puluh halaman, bukunya dipinjam dan aku tak tega hati menolak. Baru semalam aku menutaskan buku setebal 360-an halaman ini.
Skor akhir 9/10
Beberapa kutipan yang aku suka (dan baru tertandai setelah menjelang akhir buku hehe).
"...bagaimana sedih dan merasa terbuang itu melemahkan. Bagaimana terlalu berharap kepada manusia dan makhluk itu mengecewakan." Hal.255
"Rindu yang selama ini dia selubungi erat-erat dengan sedih dan marah. Dia marah karena sayang. Dia dendam karena rinu. Alangkah anehnya perasaan itu bekerja. Dia membolak-balik logika suka-suka, dan dia ternyata mau saja diperdaya." Hal.347.
Annapurna A Woman's Place ini juga buku perjalanan yang ditulis dari kisah nyata Arlen Blum saat melakukan pendakian ke Himalaya.
Arlen Blum punya keinAnnapurna A Woman's Place ini juga buku perjalanan yang ditulis dari kisah nyata Arlen Blum saat melakukan pendakian ke Himalaya.
Arlen Blum punya keinginan untuk membawa tim pendaki wanita agar bisa menorehkan sejarah di Himalaya.
Persiapannya saja udah ribet banget. Di mulai dari cari donatur, memilih para pendaki hingga yang paling menguras emosi dan energi: bernegosiasi dengan para Sherpa.
Sherpa ini semacam helper. Tugasnya ya mengangkut perlengkapan mendaki. "Saya merasa, para sherpa ini memandang remeh karena kita wanita," ujarnya ke beberapa rekan lain.
Ya, dari ceritanya sih keliatan, ya. Betapa banyak maunya para sherpa ini. Dari minta perlengkapan, konsumsi dan beberapa kali selama di perjalanan beberapa sherpa ini ngambek gak jelas yang tujuan akhirnya minta upah lebih tinggi.
Oh ya, di awal buku juga sudah diceritakan bahwa ada 2 anggota rombongan yang tewas dalam ekspedisi ini. Tentang siapa orangnya, aku baru tahu di tengah, itupun karena liat fotonya. Tapi, tentang kejadiannya seperti apa, baru diceritakan mendekati halaman-halaman terakhir.
Selain cuaca ekstrim, musuh paling besar pendaki ini ialah longsoran salju. Uh, gak kebayang ya betapa tangguhnya mereka demi menorehkan sejarah.
Buku yang sangat personal dari Hanum Rais dan Rangga Almahera -suaminya. Yakni bercerita tentang perjalanan hidup mereka, dimulai dari saat-saat merekBuku yang sangat personal dari Hanum Rais dan Rangga Almahera -suaminya. Yakni bercerita tentang perjalanan hidup mereka, dimulai dari saat-saat mereka bertemu, menikah hingga kemudian menantikan buah hati hingga 11 tahun lamanya.
Bahasa yang digunakan sangat indah. Gaya penceritaan pun menarik, yakni dilihat dari 3 sudut pandang utama, Hanum, Rangga dan juga Sarahza yang "diceritakan" masih berada di Lauhul Mahfuz.
Buku ini juga menceritakan tentang perbedaan watak pasangan suami istri ini di mana nampak jelas Hanum ini orangnya sedikit keras kepala, namun di sisi lain juga kadang terlihat "rapuh". Aku juga suka bagian-bagian interaksi antara Hanum dan orang tuanya. Menarik sekali. Aku belajar banyak dari interaksi mereka.
Lalu, juga dibahas kisah dibalik kesuksesan buku dan film mereka sebelumnya 99 Cahaya di Langit Eropa. Aku pribadi, suka banget sama buku dan kedua filmnya. Bahkan, perjalananku ke Eropa kemarin juga banyak dipengaruhi oleh buku dan film tersebut.
Luar biasa perjalanan Hanum dan Rangga melewati banyak sekali ujicoba untuk mendapatkan anak. Mereka harus inseminasi dan mencoba bayi tabung berkali-kali hingga kemudian berhasil mendapatkan anak di saat -yang dapat dikatakan, titik kesabaran mereka sudah menipis.
Terlepas dari kontroversi/pandangan politik/aktivitas Hanum Rais di sosial media yang tidak sejalan dengan pandangaku, aku sangat menikmati buku ini.
Sekali lagi, aku belajar banyak banget dari buku ini. Belajar cara nulis yang baik, dan juga belajar dari kehidupan yang mereka jalani.
Sebagaimana judulnya, buku ini bercerita tentang perjuangan penulis untuk menjalankan ibadah haji di Tanah Suci. Saat perHaji Ngeteng [Non Fiksi/2012]
Sebagaimana judulnya, buku ini bercerita tentang perjuangan penulis untuk menjalankan ibadah haji di Tanah Suci. Saat pertama membaca, seingat saya ada klaim di bagian kata pengantar bahwa ini novel yang didasari dari kisah nyata.
Saya agak kecewa akan hal itu karena saya nggak tahu bagian mana saja yang fakta atau fiktif. Apalagi, buku ini lebih banyak menyorot perjuangan si penulis dan istri yang sebelum berhaji memperoleh banyak ujian.
Dimulai dari pemecatan si penulis dari tempat ia bekerja atas kesalahan yang tidak ia perbuat. Tak lama, penulis mendapat pekerjaan di Surabaya dan di sinilah niat beliau untuk berhaji mulai muncul dikarenakan dorongan rekan bisnisnya.
"Nggak mungkinlah Pak, kondisi saya saja serba kesulitan," jawabnya.
Lalu di kesempatan lain saat dorongan itu kembali ada, lagi-lagi dia tak mengindahkan, "rumah saja saya nggak punya. Masih ngontrak yang kalau hujan sedikit saja kebanjiran."
"Yang penting niat dulu," ujar si bapak tsb.
Lalu, akhirnya si penulis bilang, "oke kalau begitu mulai sekarang saya berniat untuk berhaji," ujarnya. Yang di buku dibilang, "saya bilang begitu biar gak disuruh berhaji terus."
Eh ternyata niat yang tadi cuma nyeplos di bibir lama kelamaan makin nyantol di hati. Apalagi saat mendapatkan kesempatan kerja dengan posisi lebih tinggi di Lampung. Lalu tak lama dipindahkan ke Bangkok.
Di Lampung saja mereka sudah daftar haji, tapi harus urung karena mutasi ke Bangkok. Eh ternyata di Bangkok haji lebih mudah karena antreannya gak lama. Daftar sekarang, tahun depan berangkat.
Tapi ya cobaaan adaaaa aja. Tahu-tahu Asia Tenggara dihantam krisis. Dia harap-harap cemas kalau-kalau termasuk orang yang di PHK. Eh tahunya nggak, tapi harus kembali ke Lampung dan memimpin perusahaan di sana karena pimpinan di sana mengundurkan diri.
Intinya sih banyak halangan beliau untuk berhaji. Dan ini digambarkan secara baik di buku. Hanya, saya agak kurang ngeh dengan kebohongan penulis yang saat mengajukan cuti ke pimpinan bilangnya, "ingin jalan-jalan keliling Thailand," hanya karena dia kesulitan menjelaskan apa itu haji dan kekhawatiran tak diberi cuti panjang.
Bagian saat sudah di Mekkahnya menurut saja biasa saja. Yang lebih menarik sih memang perjuangan dia untuk sampai ke Tanah Suci. Jadi, judul buku ini sebetulnya agak menjebak juga haha karena dalam bayangan saya, beliau berhaji ala backpacking gitu. Tapi overall kisah buku ini menarik.
Di kalangan blogger atau tukang jalan-jalan, nama pasangan Susan dan Adam Poskitt sudah menggema ke mana-mana istilahnya hehe. Rata-rata kenal dengan Di kalangan blogger atau tukang jalan-jalan, nama pasangan Susan dan Adam Poskitt sudah menggema ke mana-mana istilahnya hehe. Rata-rata kenal dengan pasangan yang memiliki blog pergidulu.com ini.
Tapi herannya, kok ya nggak tahu kalau mereka pernah bikin satu buku yang berisikan kisah perjalanan bulan madu mereka. >.< Aku baru tahunya saat ada pameran buku di Jakarta dan ada teman yang bersedia dititipun (makasih Mbak Rahma).
Jadilah, buku yang terbit tahun 2016 ini baru aku baca sekarang. Untungnya, buku ini bukan tipe buku how to yang isinya cepat basi. Eh, ada sih info tentang pembuatan visa, itinerary dsb di bagian belakang yang tentu saja 3 tahun berselang sudah ada beberapa perubahan. Tapi, secara umum kisahnya masih seru diikuti.
Di buku Backpackneymoon ini, pembaca akan diajak untuk berpetualang ke Selandia Baru dan Australia menggunakan karavan. Uh, impian banget itu bisa melakukan road trip menggunakan mobil.
Dan sebagaimana pasangan yang tengah berbulan madu, berbagai kisah menarik juga dituliskan. Misalnya saja bagiamana saat pasangan ini saling berkompromi menentukan rute atau objek wisata mana saja yang mau didatangi.
"Ada berantemnya nggak?"
Ya ada tentu haha. Misalnya saja saat Mbak Susan diceritakan ingin bermalam di penginapan karena parno dengan cuaca di jalanan saat itu. Sejak awal Mas Adam sih sudah bilang, "kita gak harus nginap di mobil terus kok. Sesekali nginep di penginapan boleh."
Cuma yang bikin kaget, ternyata Mbak Susannya udah minta nginep padahal mereka baru jalan beberapa hari saja hehehe.
Ada banyak tempat wisata yang mereka datangi. Dan beruntungnya kita sebagai pembaca yang hidup di zaman moderen, kita dengan mudah mengetahui tempat tersebut melalui internet.
Ada sih beberapa foto di buku ini. Sayangnya foto yang ditampilkan menurutku bukanlah foto yang tepat. Misalnya di satu objek wisata mereka menjumpai hal X dan Y. Yang X ini lebih bikin penasaran, tapi foto yang ditampilkan malah Y hehe. Tapi ya gak bisa nyalahin juga sih karena soal minat begini tiap pembaca beda, kan?
Perjalanannya seru. Tulisannya asyik. Hanya, hubungan pasangan ini kurang dieksplor dari tengah hingga akhir. Udah gak ada berantem-berantemnya lagi soalnya buahahahaha.
Bukan berarti aku maunya mereka berantem, tapi kisah perbedaan pendapat itulah yang menurutku jadi daya tarik utama ketimbang destinasinya itu sendiri hwhw.
Saat membeli sebuah buku, saya selalu antusias membaca bagian kata pengantarnya. Kata pengantar di sebuah buku bisa berarti banyak hal. Umumnya, kata Saat membeli sebuah buku, saya selalu antusias membaca bagian kata pengantarnya. Kata pengantar di sebuah buku bisa berarti banyak hal. Umumnya, kata pengantar berisi kisah di balik terciptanya buku tersebut. Saya selalu penasaran tentang bagaimana penulis dapat mengolah ide kreatif sehingga menjadikannya sebuah karya yang utuh. Makanya, jika ada buku yang tidak ada kata pengantarnya, biasanya ada terselip rasa kecewa di hati saya.
Lalu, hadirlah buku kumpulan cerpen Lelaki Pembeli Kenangan ini. Dan, betapa senangnya saya saat mengetahui ada kisah proses kreatif yang disajikan pada awal masing-masing cerpen. Total ada 16 cerpen di buku ini dan semua ada kisah latar belakang kenapa cerpen itu lahir.
Dengan membaca bagian ini, saya jadi belajar banyak hal. Pertama, tentang bagaimana kemudian tokoh A ada atau tokoh B menjadi seolah hadir di depan saya saat membacanya. Itu karena Mbak Wiwik -sebagai penulis, menjelaskan dengan sabar bahwa si A lahir dari pergulatan batinnya karena kejadian X, atau si B yang muncul karena ia terkenang sosok sahabatnya Y.
Buku cerpen itu sudah memikat saja sejak cerita pertama yang berjudul Alamat yang ternyata lahir dari sebuah tantangan di sebuah klub buku. Tantangannya nggak main-main, harus membuat cerpen yang laik dimuat di media massa! wow.
Ada lagi cerpen Nostalgia yang sepertinya jadi salah satu cerpen favorit saya. Kenapa? karena kisah perjalanan yang hadir di cerpen ini pernah saya baca di sebuah buku perjalanan. Dan, kini saya membacanya lagi dalam bentuk fiksi (yang tentu dikembangkan). Saya paling suka ending cerpen ini yang manis. Mengingatkan novel romansa favorit saya -Finding You, yang memiliki ending yang serupa. Manis dan bikin senyum sendiri hehehe.
Lalu, dari salah satu cerpen berjudul Opera Cinta Minah, saya disadarkan bahwa tiap-tiap karya yang dihasilkan itu ada jodohnya masing-masing. Cerpen ini misalnya, awalnya dibuat untuk diikutkan pada satu lomba. Cerpen ini gak dilirik sebagai pemenang. Namun, ternyata cerpen ini bernasip lebih baik di lomba cerpen lainnya. Tak tanggung-tanggung, langsung mendapatkan juara pertama!
Nah dari sini saya belajar, sebuah karya itu bukan berarti buruk jika gagal di satu perlombaan. Saya diingatkan lagi, bahwa bisa jadi selera jurilah yang kurang cocok dengan kisah yang ditulis. Buktinya, cerpen ini bisa berjaya di lomba lain, bukan?
Lalu, ada lagi cerpen-cerpen yang berdiri sendiri, namun ternyata saling berkaitan dengan cerpen lainnya. Kisah cerpen yang saling berkaitan ini berjudul Eskapis, Gadis Pembawa Pesan dan Suatu Petang di Barelang. Jika kalian membaca masing-masing cerpen terpisah, ya nggak masalah. Tapi jika disajikan berurutan dalam satu buku, maka makin nampaklah pesonanya.
Memang gak semua cerpen dapat saya nikmati. Lagi-lagi ini soal selera. Namun, secara keseluruhan, saya menyukai buku ini. Dari awal hingga akhir, mbak Wik konsisten mengangkat tema-tema yang dekat dengan pembaca. Lokalitas di masing-masing cerita juga kental. Nampak sekali mbak Wik melakukan riset yang cukup sebelum menuliskannya.
Setelah menuntaskan kumcer ini, saya makin yakin, nggak perlu bahasa yang njelimet, bikin pening dan pakai bahasa tingkat tinggi untuk membuat satu karya cerita pendek yang baik dan dapat dinikmati. Hehe, maklum, saya agak trauma baca kumpulan cerpen belakangan ini. Kok kayaknya kalau ceritanya simpel jadinya kurang berkelas. Padahal, mau berkelas atau nggak, satu karya itu jadi "berharga" ketika dapat dinikmati dengan hati yang ringan, bukan? :D
"Ada ruang-ruang kelam dalam hati manusia, salah satunya ditempati rasa bersalah."
Tiga sahabat, Afreen, Calya dan Isvara tak sengaja membuat heboh sei"Ada ruang-ruang kelam dalam hati manusia, salah satunya ditempati rasa bersalah."
Tiga sahabat, Afreen, Calya dan Isvara tak sengaja membuat heboh seisi sekolah dan warganet di dunia maya atas sebuah kejadian yang menimpa guru mereka di sekolah. Mendadak, ketiga siswa biasa-biasa saja ini menapati sorotan di berbagai kanal sosial media. Walaupun, yeah, sebut saja itu sebuah "skandal" namun, herannya masing-masing dari mereka menikmati ketenaran-tak-terduga itu.
Persahabatan yang tadinya didasari ketulusan sampai-sampai mereka membuat sumpah saling setia segala (miriplah seperti unbreakable vow alias sumpah tak terlanggar di Harry Potter) ini berlahan mengendur. Terlebih saat porsi ketenaran antar ketiganya timpang. Ialah Calya yang kemudian menduduki posisi puncak sebagai influencer tenar karena kerap berpenampilan berani secara fashion dan juga sering mengubar kemesraan-tak-wajar dengan Dafis, pacarnya.
Nganu, yang ada di benak saya untuk kedua tokoh ini ialah Anya Geraldine dan pacarnya Okky yang dulu bikin heboh warganet hehe. Nah, hubungan Calya dan Dafis di buku ini saya kira miriplah seperti hubungannya Anya dan Okky. Oke lanjut.
Isvara yang mendapatkan porsi ketenaran paling sedikit menyimpan iri. Terlebih saat Calya dan Afreen sering mendapatkan endorse produk ternama sedangkan dia tidak karena jumlah followersnya sedikit.
Namun, terlepas di kehidupan di dunia maya, masing-masing dari mereka punya permasalahan yang berat di dunia nyata. Afreen misalnya, hubungan dia dan orangtuanya tak harmonis. Isvara pun demikian, dia hanya tingga dengan ibu dan adiknya pasca kejadian buruk yang menimpa ayahnya. Sedangkan Calya? dia harus berhadapan dengan sosok misterius, si penguntit, yang hari demi hari kian mengancam nyawanya.
Selain dari tokoh ini, ada juga Chris, pria yang sebetulnya lebih dicintai Calya ketimbang Dafis, lalu ada juga Prisha, influencer/artis ternama yang hidupnya bersisian dengan mereka terutama dalam hal merebut simpati publik.
Sebagaimana tema novel ini yang thriller, saya dapat merasakan tensi ketegangan yang sebetulnya sudah dibangun sejak halaman pertama dan terus menguat sampai akhir. Salut untuk penulis yang dapat mempertahankan keterikatan pembaca, buktinya saya dapat menamatkan buku setebal hampir 400 halaman ini dalam dua kali duduk saja hwhw (tadi malam saat menjelang tidur, baca sambil ditemani film Insidious, dan hari ini lepas Jumatan, saya tuntaskan setengah sisanya).
Saya suka dengan tema buku ini yang dekat dengan kehidupan gini hari. Walaupun tokoh rekaan, saya tahu, di luar sana ada orang-orang yang sedemikian kerasnya memperoleh ketenaran (yang diukur dengan jumlah followers dan endorse) hingga melakukan cara-cara yang busuk. Well, honestly, I can say, saya kenal beberapa di antarnya walaupun ya gak separah ketiga tokoh ini.
Kekurangannya apa ya? ada satu momen yang menurut saya too good to be true, yakni saat Isvana membantu Afreen memperoleh gelar prestius di bidang ketenaran yang melibatkan Prisha (eh pas baca, saya tuh kebayangnya dedek bebeb Maudy Ayunda loh tokoh ini hwhw). Menurut saya, eksekusi bagian ini agak terburu-buru. Tapi untungnya tidak menyurutkan keasyikan untuk terus membaca halaman demi halaman.
Buat Mbak Eva, selamat atas bukunya. Ini keren! Makasih juga buat Arako yang udah kasih pinjem (sampe bikin saya ngebut baca karena bentar lagi bukunya akan dibalikin hwhwhw).
Skor akhir 8,5/10 dari saya.
Oh ya beberapa kutipan menarik yang saya catat di hape. - "Lelaki itu kelewat dangkal, terlalu membosankan" Hal.31
- "Sahabat sejati nggak saling meracuni, Kak. Nggak bikin sahabatnya terjebak dalam situasi serba salah kayak gini." Hal.187
- "Bukankah balas dendam paling menyakitkan adalah mempersembahkan kesuksesan?" Hal.221....more
"Kenapa ya, ibu rasanya males banget kalau nyusunin piring."
Itu celotehan ibu saya. Piring yang dimaksud adalah tumpukan piring yang baru selesai dicu"Kenapa ya, ibu rasanya males banget kalau nyusunin piring."
Itu celotehan ibu saya. Piring yang dimaksud adalah tumpukan piring yang baru selesai dicuci. Kalau saya lihat sih, bisa jadi rasa malas itu muncul karena saat mencuci, ibu meletakkan piring secara sembarangan di baskom. Jadilah, saat menyurun di rak piring, satu item dapat dilakukan berulang-ulang.
Sejak SD, cuci piring adalah pekerjaan rumah tangga yang paling aku sukai (yang paling gak suka? nyiram tanaman hwhw). Mungkin karena saat nyuci piring, aku melakukannya dengan sistematis -alagh. Caranya, dimulai dari membuang semua kotoran yang ada di piring dan gelas.
Piring ditumpuk dari posisi yang paling kecil sehingga membentuk piramida terbalik. "Loh, kok gitu?" ya, dengan begitu, maka saya mengambil piring yang permukaannya paling lebar untuk disabuni, hingga tumpukan piring diameter kecil berada di posisi paling atas.
Nah, saat membilas, posisi piring kecil inilah yang penempatannya akan berada di tumpukan paling bawah. Kebayang kan penjelasan saya? hwhwhw.
"Trus apa hubungannya kegiatan nyuci piring dengan buku ini?" Hahaha. Nganu, soalnya ada satu bab yang membahas tentang cuci piring. Dan, bab itu termasuk salah satu yang berkesan buat saya.
***
Ini buku kedua Mbak Wiwik yang saya baca setelah dulu melahap tuntas Grand Me Time yang bercerita tentang pengalaman Mbak Wik umroh. Saat tahu Mbak Wik menelorkan 2 buku baru, saya langsung semangat pesan dan baca.
Dan, dibanding buku satunya lagi, saya lebih tertarik baca buku Rumah Mutiara ini. Espektasi saya sih, isinya tentang kisah-kisah keseharian yang disertai dengan renungan. Khas status-status FBnya Mbak Wik yang sering saya baca selama ini. (Bahkan, ada satu waktu saya skip semua statusnya karena.... setiap baca statusnya saya merasa kayak manusia penuh noda eh dosa hahaha).
Ada 32 cerita yang dibagikan di buku ini. Ceritanya singkat-singkat saya namun tetap menawarkan hikmah di tiap bagiannya. Saat pertama kali baca daftar isinya, saya langsung loncat ke halaman 106, tepatnya di cerita yang berjudul "Listrik Prabayar Diblokir PLN".
Judulnya eyecacthing hwhw. Padahal judul cerita lainnya nggak kalah seru loh. Misalnya saja, "WC Duduk VS WC Jongkok," atau, "Insinyur Minyak yang Jadi Pencatat Meteran Listrik," ada lagi, "Bubur Sumsum yang Jadi Rebutan Setan-Malaikat."
Nah menarik kan! apalagi judulnya sangat dekat dengan keseharian kita. Coba kalau judulnya, "Saat Saya Membeli Berlian 30 Karat," atau, "Ini Dia Hobi Suami yang Baru: Koleksi Ferrari" maka mungkin sejak awal buku ini udah nggak saya baca hwhwhw. (Eh bukan berarti saya nggak mendoakan Mbak Wik punya berlian 30 karat dan Bang Rahmat koleksi Ferrari loh ya hwhw).
Bagi yang udah temanan sama Mbak Wik di FB, pasti sudah hapal dengan gaya tulisannya. Ya, hal yang sama juga ada di buku ini. Makanya, baca buku ini aku serasa ngeliatin episode-episode kehidupan Mbak Wik yang apa adanya. Bodohnya, baru dari buku inilah saya sadar (kembali) bahwa anaknya Mbak Wik itu 3. Tahunya selama ini cuma 2 dudududu hahaha.
Saya suka dinasihatin tapi tidak dengan cara digurui. Nah, menurut saya, buku ini banyak nasihat-nasihat itu. Misalnya nasihat untuk nggak bersedekah, saya nggak ngerasa disindir dengan, "alah lo pelit, sedekah sono blablabla," tapi dinasihatinnya dengan pengalaman Mbak Wik sendiri yang di satu kejadian galau mau sedekah atau nggak. Trus pas akhirnya sedekahnya sedikit, trus dari sedekah yang sedikit itu langsung Allah balas tunai saat itu juga, saya (melalui penuturan penulis) diajak mikir, "nah, sedekah sedikit aja balasannya banyak gini, cemmana kalau tadi saya sedekah maksimal, ya?"
Intinya sih ya, saya suka banget buku ini. Saya kasih skor 9/10. Eh, skor yang lumayan ini bukan karena (ternyata) nama saya disebut juga di salah satu kisah ya hahaha. (piuh, untung kisahnya yang baik, coba kalo aib sayang yang diumbar? wakakakaka). ...more
Sudah lama banget saya nggak baca buku anak. Terakhir baca, ya bukunya uni Dian Onasis juga hehe. Padahal, koleksi buku anak saya lumayan banyak dan sSudah lama banget saya nggak baca buku anak. Terakhir baca, ya bukunya uni Dian Onasis juga hehe. Padahal, koleksi buku anak saya lumayan banyak dan saya cukup rajin baca buku anak dulu. Dimulai dari Kumcer Bobo, atau beberapa seri KKPK.
Melalui Misteri Pola Lingkaran, saya kembali menemukan keseruan baca buku anak. Kenapa? hmm, mungkin karena temanya yang science fiction kali, ya! kali ini berhubungan dengan crop circle, atau pola-pola berbentuk lingkaran yang sering muncul secara misterius di beberapa belahan dunia (biasanya di sawah, ladang atau perkebunan gitu). Klik di sini untuk melihat beberapa pola yang dimaksud https://www.livescience.com/15344-cre...
Nah sesuai judulnya, tema utama inilah yang diangkat di buku ini. Tokoh utamanya si kembar Salman dan Salsa yang harus ke Desa Argo menemani ayahnya yang seorang peneliti. Di Desa Argo, Salman dan Salsa berkawan dengan Gito, anak usia sebaya mereka yang asli penduduk setempat. Gito inilah orang yang pertama kali menemukan pola lingkaran di salah satu sawah yang ada di desa mereka.
Bersama, mereka berusaha memecahkan teka-teki mengenai pola tersebut. Ada beberapa kemungkinan, diantaranya kedatangan para peneliti dan para mahasiswa yang juga bermaksud meneliti kejadian aneh ini. Saya pribadi, saat membaca, malah mencurigai Gito sendiri sebagai dalang di balik kejadian ini walaupun saya tak habis pikir, "dia kan masih kecil." Tapi emang ada beberapa keanehan juga di Gito hehe.
Ayahnya Salman dan Salsa juga sosok yang dapat dicurigai. Secara cara mendidiknya unik. Saya pikir, itu cara ayahnya mereka untuk mendidik si kembar. Terus terang, saat baca buku ini, saya teringat sama Partikel-nya Dewi Lestari. Soalnya sama-sama berhubungan dengan alien dan tokoh utamanya ayah-anak.
Buku yang menarik. Saya sangat menikmati membacanya. Endingnya pun saya cukup kaget. Gak nyangka uni Dian bakalan bikin ending kayak gitu hehe. Tapi aku suka endingnya sih, walaupun aku merasa agak terburu-buru dieksekusi bagian ending ini.
Gaya bahasa renyah. Lebih asyik lagi bacanya karena ada ilustrasinya (wow Bang Dhika, mantab). Hanya untuk kavernya aku merasa agak dewasa dikit haha. Tapi ya tetap tak mengurangi kenikmatan baca buku ini secara keseluruhan. Oh ya, karena ini buku anak-anak dengan jumlah 83 halaman saja, bacanya juga sebentar. Sekali duduk juga kelar. :)
Baca buku ini setelah baca Supernova Series dan Aroma Karsa, langsung kebanting banget hehe. Mungkin karena espektasi ya. Yang jelas saya nggak terlalBaca buku ini setelah baca Supernova Series dan Aroma Karsa, langsung kebanting banget hehe. Mungkin karena espektasi ya. Yang jelas saya nggak terlalu menikmati buku ini. Cerita pertama yang jadi judul buku ini menarik. Pun dengan cerita terakhir tentang kerajaan kecoa. Selebihnya tidak terlalu berkesan....more
Buku yang simpel. Aku suka. Sudut pandangnya selalu berbeda di tiap bab, mengikuti nama si tokoh yang juga dijadikan nama sub-bab tersebut. Endingnya Buku yang simpel. Aku suka. Sudut pandangnya selalu berbeda di tiap bab, mengikuti nama si tokoh yang juga dijadikan nama sub-bab tersebut. Endingnya aku juga suka. Pas. Hanya memang aku sempat gregetan dengan konflik si tokoh utama ini yang dapat dihindari jika dia mau "speak up"
Akibat rasa takut (untuk berbicara), kisah hidup si tokoh utama ini jadi susah sendiri. Aku agak sulit membayangkan ada orang yang benar-benar punya kehidupan seperti yang terjadi di tokoh utamanya.
Tapi, aku tetap menikmati. Dan tetap mengapresiasi ending buku ini yang nggak dibuat asal. Tipikal ending yang menyerahkan sepenuhnya ke imajinasi pembaca. ...more
Terus terang, saat memberanikan diri satu set Supernova dari Mbak Liese Margaretha Alfha, aku anggap sebagai satu pertaruhan kecIntelegensi Embun Pagi
Terus terang, saat memberanikan diri satu set Supernova dari Mbak Liese Margaretha Alfha, aku anggap sebagai satu pertaruhan kecil haha. Pikirku dulu, "ini kalau KPBJ aja gak selesai dibaca, gimana dengan buku lainnya?"
Mengejutkan, aku cukup menikmati baca KPBJ dan makin menikmati lagi saat sudah berkenalan dengan Bodhi dan Elektra. Pun saat Zahra dan Alfa muncul, aku semakin penasaran melihat mereka semua bertemu di IEP.
Tadinya aku mau istirahat dulu pasca menamatkan Gelombang. Mau nonton dulu haha, tapi ternyata IEP terlalu menggoda. Jadilah, mulai dari kemarin siang aku curi-curi baca di sela aktivitas, lanjut beberapa jam tadi malam, dan aku tuntaskan sekian menit lalu.
Sebagaimana yang dibilang para adDEEction-ers, akan banyak sekali kejutan di IEP. Dan aku setuju. Dari bab-bab awal saja udah pengen ngumpat-ngumpat rasanya pas tahu si A ternyata nganu, si B ternyata blukutuk.
Misteri-misteri yang ada di benakku sejak buku pertama juga sebagian besar terjawan di IEP. Ada sih beberapa kebingungan-kebingunan yang tersisa. Tapi bisa jadi itu karena aku ada yang miss dan terlewatkan.
Misalnya saja seperti sosok Bumi yang kembali hadir namun kok nggak muncul saat di momen "akhir" juga, IEP ini masih punya cela sih kalau-kalau Dee mau melanjutkan seri Supernova ini.
Secara keseluruhan, aku suka dengan IEP. Nih ya, walaupun aku baca seri Supernova ini secara maraton, tapi tetap saja ada beberapa tokoh yang aku harus ingat-ingat dulu dia muncul di seri yang mana dan seberapa penting-nggak-penting tokohnya saat itu.
Ending IEP ini bisa dibilang agak pilu juga, tapi aku rasa sudah pas, karena kalau nggak dibikin kayak gitu macam sempurna sekali kehidupan para tokoh-tokohnya hahaha.
Supernova tentu bukan karya yang sempurna, tapi tetap ini karya yang hebat. Begitu menyelesaikan seri ini yang ada di pikiranku itu, "bisa gak ya nulis kayak gini?"
Risetnya itu loh. Lha, aku yang nulis blog aja kadang males buat cari tahu beberapa hal yang sebetulnya penting untuk dituliskan wakakak.
Skor akhir 8,9/10
Beberapa kutipan menarik di IEP
"Manusia manusia itu makhluk darat. Tapi pikirannya macam air. Bergoyang sebentar, lalu rata seperti tak terjadi apa-apa" Hal. 10
"Kenapa orang-orang zaman sekarang senang sekali membuat cinta jadi rumit? suka, ya suka. Tidak usah butuh berhari-hari untuk tahu." Hal.317
"Kamu tahu hal universal dari kehidupan manusia? Narasi. Untuk kita bisa diterima, dimengerti, berbaur, kita harus menciptakan narasi. Manusia menuntut manusia lain untuk punya drama. Itu syaratnya supaya kita kelihatan normal." Hal.331
"Kejahatan yang paling mengerikan tidak akan muncul dengan api dan tanduk. Tetapi jumlah malaikat yang membius dengan kebajikan." Hal.459
"Kalian injak satu semut kalian pikir semut yang lain bakal berhenti untuk berduka gara-gara mereka bersaudara? mereka akan terus bekerja sampai misi mereka selesai." Hal.467
"Aku tahu rasanya terobsesi. Aku tahu bagaimana obsesi bisa terlihat seperti cinta butuh dua hal untuk bisa membandingkan." Hal.507...more
Seperti yang aku singgung di celotehan novel Partikel, aku agak skeptis baca Gelombang ini. Soalnya di GR banyak banget yang bilang kurang oke. DibilaSeperti yang aku singgung di celotehan novel Partikel, aku agak skeptis baca Gelombang ini. Soalnya di GR banyak banget yang bilang kurang oke. Dibilang seri Supernova terlemah dan membosankan.
Berhubung kepalang tanggung udah baca 4 novel sebelumnya, aku hajar terus dong. Masa iya karena komentar orang lain aku jadi skip baca.
Gelombang bercerita tentang Alfa. Nama lengkapnya Thomas Alfa Edison (dimana kakaknya bernama Albert Einstein dan Sir Isaac Newton hehe).
Alfa lahir di tanah Sumatra Utara sana dalam lingkungan yang kental dengan nuansa mistis. Menurut dukun beranak yang membantu persalinan ibunya, Alfa lahir persis saat upacara gondang dilakukan.
Upacara adat itu berhubungan dengan makhluk halus. Tetua di sana meyakini Alfa memiliki keistimewaan, karenanya dia diperebutkan oleh 2 "orang sakti" yang ingin menjadikannya sebagai murid.
Saat usianya 12 tahun dan upacara gondang kembali dilakukan, Alfa melihat satu sosok (yang katakanlah) menyeramkan di rumahnya. Sejak itu, Alfa takut untuk tidur karena tiap kali dia tidur, Si Jaga Portibi -nama makhluk itu akan mendatanginya.
Sejak itu, Alfa tak pernah tidur lebih dari 1 jam. Dia menyempatkan diri tidur di sela-sela aktifitasnya. Lalu, saat kemudian nasip menuntunnya menuju Amerika Serikat saat masih usia sekolah, kehidupan Alfa diantara para gangster kian menarik.
Dia harus bertahan hidup di sana sambil mengejar cita-citanya. Di sisi lain, Alfa juga terus dibayang-bayangi mimpi buruk yang telah menghantui hidupnya.
Bisa dibilang, aku cukup menikmati Gelombang ini. Cukup cepat aku bacanya, hanya 1 harian disela-sela kegiatan. Aku yang tadinya pasang espektasi rendah, malah merasa aman-aman saja, tidak merasa ada bagian-bagian tertentu yang bertele-tele.
Hanya memang aku agak terganggu dengan kehidupan Alfa yang too good to be true. Oleh Dee, Alfa memang digambarkan sedemikian cerdasnya, tapi banyak loncatan hidupnya yang berlangsung sedemikian singkat.
Di Gelombang ini, aku melihat hasil riset Dee soal mimpi. Menarik. Aku jadi tahu banyak soal hadirnya mimpi dan kehidupan seseorang.
Skor 8/10
Beberapa kutipan menarik dari Gelombang "Kau tahu pekerjaan paling menyiksa dalam hidup ini? Menunggu. Kalau kau terlalu pintar kau jadi harus tunggu orang-orang bodoh. Kau sudah di mana, mereka masih kepayahan lari belakang. Ikut capek kita." Hal 112
"Untuk bisa sukses, aku harus punya prestasi. Dengan berprestasi, aku mengundang lampu sorot. Dan, lampu sorot itu akan menerangi rahasia gelap yang kian membusuk dari waktu ke waktu." 193...more
Saya membaca buku ini setelah diterbitkan 18 tahun yang lalu waktu itu saya masih terlalu kecil untuk dapat tertarik membaca buku yang sangatSupernova
Saya membaca buku ini setelah diterbitkan 18 tahun yang lalu waktu itu saya masih terlalu kecil untuk dapat tertarik membaca buku yang sangat heboh pada zamannya.
Ketika buku ini terbit dan sangat heboh, saya tidak tertarik untuk membaca. Begitu euforia nya hilang dan saya tertarik baca tapi bukunya sudah tidak dapat ditemukan dan tidak ada tempat untuk meminjam. Begitu terus siklusnya hehehe.
Saya jadi tertarik untuk mengenal buku-buku Dee Lestari lain pasca menamatkan aroma Karsa yang keren itu. Dan, saya bersyukur ada teman yang berbaik hati meminjamkan semua buku seri Supernova. (Terima kasih Mbak Liese).
Mengenai cerita buku ini sudah terlalu banyak dibahas oleh reviewer lain. Tapi emang intinya ini cerita di dalam cerita. Yakni tentang sepasang kekasih -Dimas & Reuben, yang berkolaborasi menghasilkan satu karya yang bercerita tentang sosok Kesatria (Ferre), Putri (Rana) dan Bintang Jatuh (Diva).
Kelima sosok ini diceritakan terhubung oleh satu "sosok" bernama Supernova. Terus terang di awal-awal, bahasa yang digunakan Dee lumayan rumit sehingga banyak sekali catatan kaki di buku ini.
Tapi herannya saya sangat menikmati apa yang disampaikan oleh Dee. Kelima sosok utama juga ditampilkan apa adanya sebagaimana orang-orang yang ada di sekitar kita atau katakanlah sosok-sosok yang (bisa jadi) dapat kita temui di kehidupan nyata.
Saya suka buku ini, dan gak sabar untuk baca buku selanjutnya -Akar. Oh ya, ini beberapa quote yang saya suka dan ada di catatan saya.
"Orang terlalu banyak uang dengan orang yang terlalu miskin akan bertemu di titik yang sama. Sama-sama krisis apresiasi." Hal.11
"DI sanalah misteri cinta, bukan? Ketika hati dapat menjangkau kualitas-kualitas yang tidak dapat tertangkap mata." Hal.49
"Dan, waktu adalah pak tua yang cuma diam mengamati, angkuh memegangi bandul detiknya yang tidak berkompromi." Hal.130
"Dan, kenangan tidak akan membawa anda ke mana-mana. Kenangan adalah batu-batu di antara aliran sungai. Anda seharusnya menjadi arus, bukan batu." Hal. 245
"Solusi dicapai bukan dengan balas dendam. Tapi semua berpulang pada keberanian masing-masing untuk mengubah konteks masalah." Hal. 292...more
Mau sebagus apapun sebuah buku, pada akhirnya akan kembali apakah orang akan menikmati atau tidak bukan?
Nah kumpulan cerpen yang ditulis oleh Benny AMau sebagus apapun sebuah buku, pada akhirnya akan kembali apakah orang akan menikmati atau tidak bukan?
Nah kumpulan cerpen yang ditulis oleh Benny Arnas ini adalah salah satu buku yang termasuk dalam kategori tersebut.
Ada 14 cerpen dalam buku ini dimana 13 lainnya sudah diterbitkan atau sudah muncul di surat kabar nasional. Jadi secara kualitas tentu saja cerpen-cerpen yang ada di buku ini jaminan. Namanya aja sudah tembus media nasional yang dalam penyeleksiannya ketat.
Tapi tidak semua cerita dapat aku nikmatin karena bahasa yang terlalu berat atau bisa jadi otakku yang tidak nyampe. Rasanya aku butuh kamus bahasa Indonesia atau tesaurus saat membaca cerpen cerpen yang ada di buku ini.
Ada satu cerpen yang aku suka banget judulnya Malam Rajam. Ceritanya sederhana tapi sangat mengena. Ada beberapa cerpen lagi yang aku baca dan cukup menarik tapi sebagian besarnya bikin pusing.
Sekali lagi bisa jadi ini bukan cerpen yang jelek tapi memang tidak cocok saja denganku....more
Aku "mendapatkan" buku ini dari promo situs gramedia dot com beberapa waktu lalu. Beli hanya karena, "sayang denga88 Kisah Orang-orang Berakhlak Mulia
Aku "mendapatkan" buku ini dari promo situs gramedia dot com beberapa waktu lalu. Beli hanya karena, "sayang dengan jatah ongkir 1 kg." Dan harganya pun murah banget. Lupa berapa, belasan ribu rupiah.
Judulnya pun menarik, tentang kisah-kisah kebajikan walaupun terus terang buku kayak gini suka bikin aku skeptis dengan gaya penulisannya.
Buku yang terbagi dalam 15 bab ini sesuai judulnya memuat 88 kisah hidup sahabat-sahabat Nabi ataupun orang-orang yang hidup di zaman Rasulullah SAW.
Judul babnya diantaranya: Kisah-kisah Orang yang Jujur, Kisah-kisah Orang yang Ikhlas, Kisah-kisah Orang yang Rendah Hati, Rida, Santun, Berbuat Baik, Bertobat, dsb.
Tiap-tiap bab terdapat sejumlah cerita yang mayoritas menarik walaupun ada juga yang ntah karena kisahnya menurutku biasa saja atau cara penyampaiannya yang agak membosankan.
Ada beberapa kisah yang menarik perhatianku dan aku ingat. Di bab Kisah Orang yang Jujur misalnya, ada kisah seseorang yang melakukan perjalanan, dirampok dan ditanya, "kamu bawa apa?"
Karena si orang ini jujur dia jawab, "saya membawa 50 dirham." Yang bisa jadi itu jumlah yang banyak. Ketika dihitung, pas 50 dirham dan karena kejujurannya si perampok membatalkan niatnya.
Simpel ya? Tapi menarik. Aku suka kisah-kisah seperti ini. Tapi ya ada juga kisah-kisah lain yang menimbulkan tanya, misalnya soal gimana "adab/aturan"nya perang zaman dulu (terutama prihal harta rampasan).
Juga kisah nabi Ibrahim yang datang ke rumah nabi Ismail namun hanya bertemu menantunya saja dan nabi Ibrahim berpesan agar si memantu ini bilang ke Ismail untuk mengganti daun pintu (di kisah lain, gagang pintu, ya aku udah pernah dengar kisah ini).
Ada sisi lain di sudut hatiku yang kurang menerima tindakan itu walaupun aku tahu maksudnya dan hikmah yang ada dibaliknya.
Di bab lain juga ada kisah soal hukuman terhadap orang-orang yang bertobat yang sedikit banyak tergambarkan di film Perempuan Berkalung Sorban yang heboh saat ditayangkan dulu.
Intinya ini buku yang menarik walaupun masih ada beberapa kekurangan di cara penulisannya.
Maryamah Karpov adalah buku terakhir Andrea Hirata yang saya baca. Trilogi Laskar Pelangi sih saya suka banget. Bahkan Sang PemimpiSirkus Pohon [2018]
Maryamah Karpov adalah buku terakhir Andrea Hirata yang saya baca. Trilogi Laskar Pelangi sih saya suka banget. Bahkan Sang Pemimpi masih menjadi salah satu buku yang saya favoritkan hingga sekarang. Namun, pasca menamatkan Maryamah Karpov, saya kehilangan "selera" untuk mengenal karya Andrea Hirata yang lain.
Ada beberapa buku lain Andrea yang terbit setelahnya, tapi saya bergeming. Nah, begitu ada promo di Gramedia beberapa waktu lalu, saya memberanikan diri untuk coba melahap karyanya lagi. Saya memilih Sirkus Pohon karena ulasan beberapa teman di goodreads bagus.
Ini bukan buku yang jelek. Hanya tak cocok saja dengan saya. Bertele-tele kalau saya bilang. Terlalu banyak kiasan dan kalimat-kalimat hiperbola. Jadi kayak bukunya Eka Kurniawan tapi versi Melayunya :p
Buku ini bercerita tentang Hob yang cintanya kandas karena hal "gaib" yang berhubungan dengan Pohon Delima tua yang ada di kampungnya. Serta, tentang keberadaan sirkus keliling yang dimiliki oleh seseorang ibu dan anak perempuan yang betahun-tahun mencari sosok pria yang pernah membantunya di satu kejadian.
Awalnya buku ini dibuka dengan menarik. Tapi beranjak ke tengah saya bosan setengah hidup. Baru menarik lagi saat ada pemilu di desa dan aktivitas kampanye tapi di bagian akhir saya kembali merasakan kebosanan itu.
Ada satu kelegaan luar biasa saat akhirnya bisa menamatkan buku ini setelah kurang lebih 2 minggu dibaca. Artinya, saya bisa mulai baca buku baru lain yang mungkin jauh lebih menarik.
Well, ntah pasca baca Sirkus Pohon ini saya tobat atau nggak baca bukunya Andrea Hirata.
Buku ringan yang berisi perenungan-perenungan. Buat yang bodoh kayak aku gini, beberapa topiknya masih cukup berat. Tapi sebagian besar pembah[4-2019]
Buku ringan yang berisi perenungan-perenungan. Buat yang bodoh kayak aku gini, beberapa topiknya masih cukup berat. Tapi sebagian besar pembahasannya masuk dalam akal sehatku.
Misalnya saja tuntunan dalam memilih ulama (dicontohkan, yang model-model suka tebar hoax, gemar menyebarkan kebencian dsb, tentu bukan ulama yang tepat untuk dijadikan panutan).
Paling suka kalau penulisnya sudah mulai bercerita tentang kehidupan Nabi Muhammad Saw dan sahabatnya. Di buku ini juga dijelaskan bahwa mahzab yang resmi itu ternyata ada 8, bukan 4 seperti yang selama ini aku ketahui.
Ali bin Abi Thalib pernah menasihatkan, "jika kita tidak sama dalam pemahaman, kita bersaudara dalam iman. Jika kita tidak sama dalam iman, kita bersaudara dalam kemanusiaan."
Loading...
