Risna Ristiana's Reviews > Sewindu

Sewindu by Tasaro G.K.
Rate this book
Clear rating

by
16708610
's review

really liked it
bookshelves: non-fiction, fiction, kumcer


Tampaknya, cinta adalah satu-satunya hal yang tak pernah habis menjadi perbincangan sampai kapanpun. Termasuk bagi si juru dongeng dari Gunung Kidul, Tasaro GK. Pria kelahiran 1980 yang sempat berkarir sebagai jurnalis ini menginvestasikan perjalanan dan pengalamannya yang dihiasi berbagai macam wajah cinta dalam sebentuk buku kisah bertajuk “Sewindu: Cinta Itu Tentang Waktu”. Bagi Tasaro, cinta adalah energi pembangun yang mampu membuatnya mencoba hal-hal baru, bekerja berkali lipat lebih keras, bersabar lebih banyak, dan bermimpi lebih tinggi. Cinta pulalah yang mampu membantu Tasaro melewati setiap tanjakan, turunan, dan tikungan dalam hidupnya.

Cinta Adalah Energi Pembangun Yang Tak Ada Habisnya

Sewindu merupakan karya Tasaro dengan style berbeda. Tak seperti karya lainnya yang berupa fiksi dan kaya imajinasi, buku ini seperti autobiografi yang menceritakan detail kehidupan Tasaro dalam membina rumah tangga dan menemukan mimpinya. Tasaro percaya, detail kehidupan yang ia paparkan dalam buku ini bukannya membuaka aib hidupnya, malah, kisah perjalanan hidupnya akan bermanfaat bagi manusia lain.

Buku setebal 382 halaman yang terbagi dalam dua bagian ini membawa pembaca menelusuri keseharian Tasaro GK dan istrinya selama delapan tahun bersama. Pada bagian pertama, pembaca disuguhkan kisah Tasaro saat masih menjadi pasangan muda. Dengan bahasa yang santai, pembaca diajak melihat perjuangan Tasaro membangun sebuah keluarga dari nol, tanpa bekal apa-apa selain rasa percaya. Bahkan pembaca dibuat tersenyum-senyum membaca berbagai kisah sederhana yang kerap dialami keluarga baru, dimulai dari kehidupan di rumah mertua, persiapan menempati rumah baru dan membagi tugas membersihkan rumah, sampai pertengkaran kecil Tasaro dan istrinya perihal makanan, namun tetap dilandasi cinta beribu rupa.

Tak hanya itu, kisah-kisah penuh pengorbanan, kesabaran, dan perjuangan juga tertuang pada bagian pertama buku ini. Pembaca dibuat terlarut dan ikut merasakan masalah-masalah yang dihadapi Tasaro. Dimulai dari sulitnya ekonomi padahal banyak kebutuhan yang semakin mendesak untuk dipenuhi, tulisan-tulisan yang tak pernah diterima penerbit padahal ia tak punya keahlian lain, sampai keharusan mengimami keluarga walaupun ilmu agamanya tidak seberapa.

Pembaca, terutama saya, banyak belajar tentang toleransi, tolong menolong, peduli sesama, dan bantu membantu dalam kisah-kisah di bagian pertama ini. Misalnya, ternyata ada hal-hal yang harus kita bina dan dijaga dengan baik dalam hidup berkeluarga dan bermasyarakat. Dalam berkeluarga, sepasang suami istri tidak bisa memaksakan pendapat satu sama lain, harus ada satu jalan keluar yang bisa terbaik untuk keduanya. Begitu pula dengan kehidupan bermasyarakat, hendaknya kita bisa saling membantu, karena kita takkan bisa hidup jika tak ada bantuan dari orang lain.

Berbeda dengan bagian pertama, pada bagian kedua, Tasaro lebih fokus pada kisah-kisah yang dialaminya setelah delapan tahun pernikahannya. Disini pembaca diajak melihat mimpi dan cinta Tasaro untuk orang-orang terdekatnya. Cinta untuk istri, anak, ibu, dan sahabat-sahabatnya. Tasaro mengajarkan pembaca bahwa manusia pastilah akan menemukan cinta yang menguatkannya, mengalami kejadian yang merubah hidupnya, mendapatkan sesuatu yang membuatnya hidupnya lebih bermakna, bahkan kehilangan sesuatu yang akan menambah keimanannya.

Pada bagian ini jugalah, ada banyak kisah yang membuat saya berhenti membaca barang sejenak untuk menyeka derasnya air mata. Salah satunya adalah ketika Tasaro dan istri membuat sebuah tujuan masa depan bernama “proyek 1000 jamaah”, dimana mereka bercita-cita ingin disholatkan oleh 1000 jamaah karena cinta dan doa jika mereka meninggal nanti. Saya menangis membacanya, bahkan ketika menuliskan resensi ini. Kenapa? Karena hal ini mengingatkan saya, apa tujuan sebenarnya saya hidup di dunia. Untuk mencari ketenaran atau mengumpulkan amal sebagai bekal kehidupan nantinya. Saya tidak pernah benar-benar memikirkannya sampai saya membaca buku ini.

Kisah lain yang membuat saya menangis sejadi-jadinya adalah tentang mimi yang harus kedua kali kehilangan bayinya, pun ketika Tasaro dan istri harus kehilangan ibu mereka pada saat yang hampir bersamaan. Kehilangan orang tersayang, merupakan sosok yang menakutkan bagi setiap manusia. Bagi saya yang cukup sentimentil, membaca bab-bab ini membuat saya merenung lebih lama. Apa yang sudah saya berikan untuk ibu? Sudah siapkah saya ketika beliau pergi nanti? Setiap manusia memang akan kembali padaNya, pertanyaannya, sudah siapkah kita?

Sebab, mencintai pada tingkat yang solid adalah komitmen.

Manusia pastilah mempunyai mimpi yang tak sedikit. Mimpi itulah yang kita tanam, kita pupuk dengan cinta, dan waktu akan memberikan kita hasilnya kelak. Gambar pohon dengan berbabagai macam buahnya di cover buku ini, cocok sekali dengan kalimat tersebut. Kita tak akan bisa memetik hasil yang tak dilandasi kecintaan terhadap mimpi itu sendiri.

Tasaro, melalui buku ini, telah membantu membukakan mata saya. Saya akhirnya sadar bahwa waktu saya di dunia hanya sebentar, namun ternyata ada begitu banyak kewajiban yang belum saya sempurnakan, ada begitu banyak cinta yang belum saya rasakan, dan ada begitu banyak mimpi yang belum saya wujudkan. Ya, semoga kita masih punya waktu.

Sebab, keinginan untuk membangun kehidupan yang berarti, itulah cinta.
flag

Sign into Goodreads to see if any of your friends have read Sewindu.
Sign In »

Reading Progress

May 6, 2013 – Started Reading
May 9, 2013 – Shelved
May 10, 2013 – Finished Reading
May 16, 2013 – Shelved as: non-fiction
May 16, 2013 – Shelved as: fiction
May 16, 2013 – Shelved as: kumcer

Comments Showing 1-2 of 2 (2 new)

dateDown arrow    newest »

Zahwa az-Zahra ini diikutkan dalam lomba dari tiga serangkai juga yaa? ^o^


Risna Ristiana iyaa,,, hehehe,, kamu ikut juga kan yg di booklova?
hihi..
tapi ini resensinya masih setengah mateng,, lupa deadlinenya kemarin itu,,-___- haks,,


back to top