Lompat ke isi

Pertu

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Pertu
Awatara Wisnu sebagai maharaja pertama yang memulihkan keadaan di muka bumi dan mensejahterakan dunia
Ejaan Dewanagariपृथु
Ejaan IASTPṛthu
GolonganManusia awatara
SenjataPanah
KitabPurana
PasanganArcisa
KeturunanWijitaswa, Haryaksa, Dumrakesa, Wreka dan Drawina

Dalam ajaran agama Hindu, Pertu (Sanskerta: पृथु ; Pṛ(ri)thu) adalah salah satu awatara Wisnu. Ia merupakan putra Wena. Ia menjadi suami Arcisa, dan bapak bagi Wijitaswa, Haryaksa, Dumrakesa, Wreka dan Drawina. Menurut legenda, Pertu dikenal sebagai raja yang agung dan bijaksana. Kejayaannya seperti Bharata. Kisahnya muncul dalam beberapa kitab Purana, seperti misalnya Brahmapurana, Matsyapurana, dsb.

Asal usul

[sunting | sunting sumber]

Dalam kitab-kitab Purana disebutkan bahwa Pertu lahir dari tangan kanan Wena. Kejadiannya bermula setelah Wena menjadi raja yang lalim, ia diburu dan akhirnya tewas. Karena tidak memiliki keturunan, maka para resi meremas tubuh Wena dalam sebuah upacara dan berharap keajaiban akan datang. Ketika paha kanan Wena diremas, muncullah sesosok makhluk kerdil hitam menyeramkan, yang merupakan sisi buruk Wena. Ketika tangan kanannya diremas, maka muncullah sesosok anak yang tampan. Kelahirannya diringi dengan kemunculan busur, anak panah dan tongkat. Anak yang muncul itu disebut Pertu. Pasangannya, Arcisa, juga muncul dari tubuh Wena.

Ia disebut Pertu yang secara harfiah berarti "besar" atau "luas", karena ia terlahir dengan usaha yang besar. Ada juga yang mengatakan bahwa kata Pertu berarti "montok", karena tangan kanan Wena montok.

Masa kejayaan

[sunting | sunting sumber]

Menurut kitab Brahmapurana, Pertu adalah seorang raja yang memerintah dunia dengan baik. Kekayaan alam melimpah selama masa pemerintahannya dan rakyat tidak pernah kekurangan makanan. Untuk menghormati Pertu, para resi mengadakan upacara suci. Dari upacara tersebut, lahirlah leluhur para Suta dan Magadha. Untuk selanjutnya, keturunan mereka bertugas membawakan lagu-lagu pujian ke hadapan para raja dan orang suci. Para Suta dan Magadha ini menyanyikan lagu pujian kepada Pertu atas jasa-jasanya dalam membuat dunia menjadi lebih nyaman untuk dihuni.

Pertu dan Pertiwi

[sunting | sunting sumber]
Lukisan Pertu yang sedang memanah Pertiwi dalam wujud sapi, dari kitab Bhagawatapurana versi India. Dibuat sekitar abad ke-18.

Menurut mitologi Hindu, pada suatu zaman, Dewi Bumi menelan segala tumbuhan sehingga tidak ada makanan bagi makhluk hidup. Rakyat Pertu menjadi kelaparan dan terancam punah. Akhirnya Pertu memutuskan bahwa ia akan membunuh Dewi Bumi apabila tidak ada tumbuhan seperti sediakala. Kemudian Pertu mengambil busur dan anak panahnya untuk membunuh Dewi Bumi. Mengetahui hal tersebut, Dewi Bumi panik dan melarikan diri dalam wujud seekor sapi betina. Kemana pun sang dewi kabur, Pertu selalu berhasil mengejarnya. Setelah sadar bahwa ia tidak dapat melarikan diri lagi, Dewi Bumi menyerah kepada Pertu dan memohon ampun.

Pertu mengampuni Dewi Bumi, lalu ia memerah Dewi Bumi yang berwujud sapi dan mengangkatnya sebagai anak. Pertu menjadi pelindungnya. Ia meratakan perbukitan dan mendirikan kota di sana. Ia juga mengumpulkan pegunungan pada suatu wilayah yang semula tersebar di berbagai penjuru bumi. Dari benih yang diperah Pertu, bumi tumbuh menjadi daerah yang subur dan makmur. Menurut Bhagawatapurana, kemakmuran dunia saat ia memerintah belum pernah terjadi sebelumnya. Karena jasa Pertu dalam memulihkan bumi, maka bumi dikenal sebagai Pertiwi dalam bahasa Sanskerta.


Pranala luar

[sunting | sunting sumber]