Jump to ratings and reviews
Rate this book

Kembar Keempat

Rate this book
Dari gempita Manhattan, New York sampai romantika Paris, novel KEMBAR KEEMPAT melintas empat benua. Sebuah cerita drama kemanusiaan penuh cinta, airmata dan pengorbanan. Mengisahkan perjuangan manusia meraih kebahagiaan. Dan ketidakberdayaan manusia melawan kebenaran takdir.

Axena gadis empatbelas tahun asal panti asuhan Jogya. Nasib mengubah hidup, keberuntungan membawanya ke Manhattan, New York. Wajahnya menjadi ikon kecantikan berkat kontrak jutaan dollar Diva Cosmetics. Panggung busana internasional melambungkan namanya sebagai supermodel dunia. Rencana pernikahannya dengan sutradara film Yahudi seakan melengkapi kebahagiaannya.

Havana Sitompoel perempuan berkepala botak, berayah Tapanuli beribu Turki. Lulusan sekolah khusus anak-anak cerdas dan berbakat di London, Inggris. Bekerja-lepas pada kepolisian Istanbul, khusus memotret korban bunuh diri. Tingkat intelegensia tinggi seakan tak berdaya, ketika seorang pelukis membelenggu dirinya dalam hubungan cinta terlarang.

Bhara, Bhadra dan Bhajra Pusponegoro saudara kembar-tiga. Serupa dalam tampan, berbeda dalam bakat. Bhara penyanyi, mengikuti audisi drama musikal berjudul The Prince of Bali di pentas Broadway. Bhadra pencipta lagu, karyanya mewakili Indonesia di ajang kompetisi tingkat internasional. Bhajra sutradara film dokumenter, menjelajah nusantara mengabadikan warisan budaya. Namun kiprah mereka meraih masadepan, dibayangi rahasia gelap masalalu.

225 pages, Paperback

First published January 1, 2005

Loading interface...
Loading interface...

About the author

Sekar Ayu Asmara

13 books33 followers
Sekar Ayu Asmara lahir di Jakarta, Indonesia. Menghabiskan masa kecil berpindah-pindah di beberapa negara mengikuti karier diplomat ayahnya. Pernah menetap di Afghanistan, Turki, dan Negeri Belanda.

Semua bidang seni yang ditekuni, dipelajari Sekar secara otodidak. Baik itu sebagai sutradara film, pelukis, produser musik, penulis skenario, maupun penulis novel.

Film pertamanya, Biola Tak Berdawai, mendapatkan anugerah The Naguib Mahfouz Prize di Cairo International Film Festival 2003. Penghargaan bergengsi ini diberikan kepada sutradara film pertama. Film ini juga dianugerahi penghargaan Best Actress untuk Ria Irawan di Asia Pacific Film Festival, Shiraz, Iran 2003. Sementara Bali International Film Festival, Indonesia 2003, menganugerahkan penghargaan Best Actor bagi Nicholas Saputra dan Best Music untuk Addie MS.

Film keduanya, Belahan Jiwa, juga memenangkan penghargaan The Best International Feature Film di ajang New York International Independent Video and Film Festival 2007.

Sekar telah menerbitkan tiga novel: Pintu Terlarang, Kembar Keempat, dan Doa Ibu. Film Biola Tak Berdawai dinovelisasikan oleh Seno Gumira Ajidarma. Sementara novel Pintu Terlarang telah diangkat menjadi film layar lebar oleh Joko Anwar.
email: [email protected]

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
45 (16%)
4 stars
81 (29%)
3 stars
102 (37%)
2 stars
43 (15%)
1 star
2 (<1%)
Displaying 1 - 30 of 57 reviews
Profile Image for Hestia Istiviani.
954 reviews1,805 followers
May 8, 2018
Membaca Kembar Keempat dalam urutan terakhir setelah Pintu Terlarang dan Doa Ibu. Ada rasa penasaran yang mendorong untuk melanjutkan pada buku Kembar Keempat meskipun sempat kecewa dengan Doa Ibu. Dorongan tersebut ternyata membawa pada pembahasan personal mengenai apa yang sebenarnya tersirat dibalik tulisan-tulisan Sekar Ayu Asmara.

Kembar Keempat berkisah tentang triplet yang sama-sama berbakat, selain wajahnya yang memang tampan dan hidupnya yang dibuat mapan. Dibuat sempurna oleh sang ibu. Di sisi lain, ada Axena yang akhirnya memiliki segalanya sejak dirinya menjadi model. Dan ada pula Havana yang memutuskan untuk tidak memiliki rambut alias tetap menggundul. Kelima tokoh utama saling berbagi cerita dengan cara khas Sekar Ayu Asmara. Selalu disajikan secara paralel. Sama seperti dua buku lainnya.

Beberapa peresensi menganggap perkembangan tokoh-tokohnya kelewat sempurna. Seakan tokoh kembar tiga pria tersebut tinggal memohon dan pasti mendapatkan yang ia mau. Tapi yang selalu disembunyikan oleh penulis adalah bagaimana ia merangkai misteri-misteri tersebut hingga akhir.

Sempat menebak bahwa akhirnya akan sama dengan dua buku yang lain. Memang, lagi-lagi tentang masa lalu. Lagi-lagi membahas hubungan antara orang tua dan anak serta karma. Tapi lewat buku Kembar Keempat, pesan yang ingin disampaikan oleh Sekar Ayu Asmara jauh lebih terlihat.

Ada beberapa bagian secara tersurat memperbincangkan apa gunanya pernikahan jika keduanya sudah saling cinta. Ada pula yang membahas bahwa perbedaan agama tidak menghambat jalinan cinta karena dengan mencintai berarti dua insan sudah menghargai ciptaan Tuhan. Hingga lagi-lagi bahasan mengenai otoritas tubuh wanita.

Berbeda dengan Pintu Terlarang dan Doa Ibu, topik aborsi rasanya selalu membayangi. Namun di Pintu Terlarang dan Doa Ibu, Sekar Ayu Asmara mencoba menyajikan konteks "Perempuan yang memiliki rahim maka perempuan yang berhak menentukan rahimnya sendiri" ke dalam situasi berbedea. Di situlah terlihat bagaimana Sekar Ayu Asmara mencoba membuat kontras dan menunjukkan bahwa tubuh wanita tetap saja menjadi obyek.

Terlepas dari pesan yang ingin disampaikan oleh Sekar Ayu Asmara, Kembar Keempat juga lebih menyenangkan. Wawasan mengenai makanan serta tempat-tempat di dunia jauh lebih banyak ketimbang dua buku sebelumnya. Tokoh-tokoh yang insignifkan pun juga sudah dikurangi.

Secara pribadi, Kembar Keempat menjadi favoritku di antara buku Sekar Ayu Asmara yang lain. Kembar Keempat yang dibaca terakhir ini seakan menutup rasa penasaran terhadap pesan yang ingin disampaikan oleh penulis
Profile Image for Vanda Kemala.
233 reviews66 followers
December 19, 2015
Dari segi cerita, bagus. Tapi sebagai anak kembar juga, cerita ini rasanya terlalu complicated.

Di sisi lain, setiap tokohnya digambarkan terlalu sempurna. Nasibnya, apa yang mereka capai, semuanya. Kayak sempurna bener gitu hidupnya. Lurus aja gitu. Apa yang mereka impikan, pasti tercapai.

Ending cerita agak ngetwist, walaupun nggak terlalu menghentak kayak Pintu Terlarang.
Profile Image for Ihwan.
Author 11 books11 followers
May 23, 2010
Sekar Ayu Asmara merupakan penulis novel yang karya-karyanya banyak diangkat ke layar lebar, mulai dari Belahan Jiwa, Pesan Dari Surga dan yang paling gres adalah Pintu Terlarang. Dia pun juga pernah menyutradai sebuah film berjudul Biola Tak Berdawai. Tapi ironisnya, nama Sekar Ayu Asmara sendiri sepertinya kurang begitu dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Bisa dimaklumi karena dia terjun di genre drama serius yang cenderung dark dan abstrak, tahu sendirilah genre tersebut termasuk sepi peminat. Selain isi ceritanya yang membutuhkan sedikit kerja keras otak kita dalam mencernanya, bahasa yang digunakan juga biasanya ada unsur-unsur sastra yang membuat kening berkerut.

Resensique kali ini akan meresensi salah satu novelnya yang berjudul Kembar Keempat. Novel ini bercerita tentang tiga saudara kembar Bhara, Bhadra dan Bhajra Pusponegoro. Mereka adalah kembar triplet tampan dan berbakat. Bhara yang seorang penyanyi sedang mengikuti audisi drama musikal berjudul The Prince of Bali. Bhadra pencipta lagu yang karyanya mewakili Indonesia dalam ajang kompetisi musik internasional. Lalu yang terakhir Bhajra adalah seorang sutradara film dokumenter.
Di belahan bumi yang lain, tepatnya di Manhattan, New York, tersebutlah seorang supermodel dunia dari Indonesia bernama Axena. Kehidupannya nyaris sempurna karena semua sudah dia dapatkan, karier yang cemerlang, kehidupan yang mewah dan glamour dan sang kekasih hati Merav, seorang sutradara film keturunan Yahudi.
Melangkah ke Turki, ada seorang fotografer wanita bernama Havana Sitompoel, yang bekerja pada kepolisian Istanbul, dia diberi tugas memotret korban-korban bunuh diri. Selain penampilannya yang eksentrik dengan kepala plontosnya, kehidupan asmaranya juga penuh dilema karena dia terlibat cinta terlarang dengan Yilmaz Bozdemir, seorang pelukis yang sudah beristri.
Pahitnya kehidupan yang penuh tragedi akhirnya mempertemukan kelima tokoh tersebut. Namun sayangnya di saat mereka akan menjemput kebahagiaan cinta mereka, sebuah kebenaran yang telah terkubur sekian lamanya akhirnya terkuak. Sanggupkah mereka menghadapinya dan memperjuangkan cinta mereka? Lalu siapakah yang dimaksud Kembar Keempat itu?

Membaca novel ini secara tidak langsung ikut memperkaya kosakata kita karena di dalamnya banyak sekali bertaburan kata-kata yang jarang atau bahkan hampir tidak pernah dipergunakan dalam novel-novel lainnya. Misalnya saja: melungkup, menggelimuni, menggeligit, bergelitar, mengerabik dan masih banyak lagi yang lainnya. Pemakaian kosakata yang jarang dipakai ini mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing. Kelebihannya sudah disebutkan di awal paragraf, sedangkan kelemahannya adalah bagi pembaca yang tidak mengetahui artinya akan mengurangi kenyamanan dalam menikmati kisah yang disajikan.
Namun sayangnya gaya penulisan cerita Kembar Keempat boleh dibilang agak kaku dan statis banget. Narasi yang dipergunakan sang penulis terasa begitu berjarak dengan pembacanya sehingga pembaca agak kesulitan ikut masuk dan tenggelam ke dalam cerita. Untungnya sang penulis masih berbaik hati dengan memberikan gaya bicara yang sedikit ngepop dan gaul pada para tokohnya. Walaupun kalau menurut saya pribadi terkesan dipaksakan dan kurang ‘smooth’ dalam penggabungannya.

Seperti halnya Joker, Kembar Keempat di awal ceritanya membawa pembaca pada peristiwa di masa depan yang menjadi bingkai dari perjalanan hidup dan cinta kelima tokohnya. Kemudian ceritapun bergulir ke belakang, bergantian antara kisah Bhara, Bhadra, Bhajra, Axena dan Havana. Ledakan yang diberikan dalam novel ini sebenarnya cukup keras hanya saja eksekusinya kurang begitu mantap sehingga kurang bisa menimbulkan kesan yang dalam di benak pembaca.
Jika pembaca cukup jeli dan peka, sebetulnya di setiap pergantian kisah para tokohnya ada semacam petunjuk yang menjelaskan hubungan sebenarnya dari para tokoh tersebut. Dan dari situ kita bisa menebak ending novel ini.

Fave Things
Character: Aku dari dulu pengin banget punya saudara kembar, pikirku menakjubkan banget melihat orang yang secara fisik begitu mirip dengan diri kita. Bahkan karena begitu terobsesinya, kelak aku pengin punya anak kembar. Tapi dalam novel ini, aku sama sekali nggak memfavoritkan ketiga cowok kembar di atas karena interaksi di antara mereka terlalu adem ayem dan kompak.
Mungkin yang bisa difavoritkan tuh Axena, sebagai model dia dijuluki chameleon atau bunglon, wajahnya bisa berubah-ubah sesuai keadaan sehingga tidak ada satu foto wajah Axena yang sama. Kalau seumpama novel ini difilmkan, menurutku yang paling pas memerankan tokoh ini tuh Karenina soalnya dia juga mempunyai kelebihan yang sama dengan Axena.
Scene: Duh, agak susah mencari adegan yang bisa difavoritkan dalam novel ini. Bukan karena aura ceritanya yang cenderung mellow dalam novel ini, tapi karena penulisan adegan-adegan pentingnya yang kurang mantap dan berkesan gitu.
Quote: Ini juga agak sulit. Ehm apa yaa….ini aja deh: Anak yang terlahir kembar, tak boleh terpisahkan oleh apapun, oleh siapapun.

Profile Image for Rizky Akita.
29 reviews9 followers
December 22, 2013
Klarifikasi : Saya bermaksud memberikan 2,5 bintang untuk buku ini, namun karena bintangnya tidak untuk diberikan dalam satuan desimal maka sangat terpaksa saya berikan dua bintang.

Anak kembar merupakan sebuah kejadian yang istimewa, dan sebagaimana hal istimewa lainnya, fenomena anak kembar ini juga tidak lepas dari banyaknya mitos dan kepercayaan yang berputar di sekitarnya. Masing-masing kebudayaan memiliki kepercayaan tersendiri perihal anak kembar ini, tapi yang paling sering kita dengar adalah adanya keterkaitan luar biasa antara satu anak kembar dengan kembar lainnya. Tema inilah yang coba diangkat oleh Sekar Ayu Asmara dalam novel keduanya setelah Pintu Terlarang, Kembar Keempat.

Diawali dengan penggambaran kunjungan seorang wanita muda ke Patung Liberty, Sekar Ayu Asmara mengisyaratkan sebuah konflik pelik yang tidak bisa segera kita cecap. Kita akan bertanya-tanya, siapa wanita muda ini? Apa peranannya dalam kisah ini? Mengapa ia, wanita muda yang sedang mengandung, berniat mengakhiri hidupnya? Sampai disini kita disuguhi hidangan pembuka rasa penasaran yang menunggu titik kulminasi agar bisa dihidangkan dengan kejutan rasa yang (diharapkan) tak terduga.

Cerita kemudian beralih dan secara konsisten beralih-alih perspektif dari saudara kembar tiga Bhara, Bhadra, Bhajra serta Savitri si ibu, ke Axena dan Havana di belahan bumi lain. Masing-masing karakter bercerita dan berkeluh kesah sambil menggiring pembaca masuk ke dalam dunia mereka yang dihantui oleh rasa kehilangan, harapan serta kekecewaannya masing-masing. Sampai setengah perjalanan menuju akhir buku ini kita masih diizinkan (atau dipaksa) SAA untuk bertanya-tanya: korelasi apa yang dimiliki sejumlah tokoh tersebut yang keberadaannya saja dipisahkan oleh samudera?

Disinilah saya akui kehebatan Sekar Ayu Asmara dalam membangun konflik yang mengarahkan kita pada satu kesimpulan mengejutkan. Ia dengan begitu tenang dan rapi memberikan sedikit demi sedikit detail dan petunjuk yang tersebar di setiap halaman dari buku ini. Begitu rapinya sampai-sampai saya hampir kehabisan tenaga di tengah-tengah karena rasa penasaran yang hampir mencapai titik nadir sementara saya belum juga menemukan ruang untuk menyusun satu demi satu kepingan puzzle itu. Satu hal yang juga menarik adalah kemampuan SAA dalam menjahit hubungan antara tokoh-tokoh di dalam buku ini, terutama di paruh awal cerita. Bahkan dari awal saja kita sudah bisa merasakan adanya ikatan kuat yang nyaris kasat mata di antara mereka.

Bagi kalian yang menyukai Pintu Terlarang, maka buku ini akan sedikit mengobati kerinduan anda pada novel bergenre thriller tersebut. Nuansa gelap dan misterius pada Pintu Terlarang masih tetap bisa kita endus dan rasakan di Kembar Keempat, all thanks to Sekar Ayu Asmara’s unique and distinct diction.

Meski begitu, saya merasa novel ini terkesan setengah hati melakonkan babak konklusinya. Plot yang sedari awal dengan begitu “dingin” dibangun diselesaikan dengan sekali tebas, tanpa tedeng aling-aling sehingga yang tersisa di otak saya adalah segumpal “EH” raksasa. Sebagian “EH” itu berasal dari minimnya kontemplasi yang terjadi di dalam otak si kembar Bhara, Bhadra dan Bhajra setelah mengetahui kenyataan (terutama jika dikaitkan dengan kondisi mereka saat itu) yang menurut saya seharusnya menimbulkan badai besar terhadap stabilitas yang sebelumnya mereka nikmati. Justru yang terlihat setelah itu adalah adegan move on dari ketiga kembar tanpa merasakan “karma” yang sebelumnya harus ditanggung Axena dan Havana. Memang, mungkin tidak mudah menerima kenyataan pahit seperti itu. Di akhir cerita pun sebenarnya telah diperlihatkan bagaimana tiga bersaudara tersebut tidak melupakan mereka yang sudah pergi. Tapi kenapa tidak digambarkan proses kontemplasi dan badai itu walaupun sedikit? Mengapa harus tergesa loncat ke babak dimana Bhara, Bhadra dan Bhajra akhirnya mampu menemukan kebahagiaan mereka masing-masing? Konsekuensi dari hal ini adalah keseluruhan cerita terkesan mengambang dan sort of going nowhere. Berbeda dengan Pintu Terlarang yang memang murni menawarkan ketegangan dan misteri dari awal hingga akhir, Kembar Keempat juga menyertakan unsur drama sehingga bagi saya penting sekali untuk mengetahui pekembangan karakter terutama setelah melalui titik didih konflik yang sudah dirancang si pengarang. Maka bagi saya buku ini ibarat balon gas yang sudah siap dilepas tinggi menuju langit namun terbentur dinding plafon kamar : Ekstase yang tidak kesampaian menuju langit.
Profile Image for hvmaniora.
41 reviews3 followers
November 6, 2021
Sekar Ayu Asmara, bagi saya, membangun cerita dengan cukup baik di dalam Kembar Keempat. Prolog yang memunculkan banyak sekali tanda tanya kemudian dijawab pelan-pelan dengan menyebar begitu banyak petunjuk dalam setiap halamannya. Keterkaitan antara satu tokoh dengan yang lainnya pun sangat terasa. Bukan hanya dari deskripsi cerita, tapi juga dari bagaimana cara Sekar Ayu Asmara menuliskan kisah mereka. Jika diibaratkan, Sekar Ayu Asmara seperti membuat serangkaian rantai besi kokoh yang berkaitan satu sama lain dari cerita ke cerita.

Sayangnya—walau sebenarnya inti cerita ini sudah bisa saya tebak sedari awal—Sekar Ayu Asmara memilih untuk membongkar semua misterinya terlalu akhir. Alhasil, ketegangan dan teka-teki yang dibangun sepanjang cerita rasanya seperti luruh begitu saja tanpa gebrakan yang mantap. Kurang. Terasa sangat kurang. Detail kepedihan Bhara, Bhadra, dan Bhajra pun tidak diperlihatkan. Padahal fakta-fakta menyakitkan yang menghunjam mereka di waktu yang bersamaan jika diperlebar lagi akan lebih “masuk akal” dari sekadar ikhlas. Pasalnya, hidup orang-orang seperti mereka yang terbiasa lurus-lurus saja—mau apa bisa didapat dengan mudah—biasanya akan hancur sampai kepingnya tidak bersisa jika dikenai kenyataan yang terlampir. Jadi, ya, agak gak berterima aja sih dengan konklusi yang dihadirkan di dalam buku ini. Apalagi bagian epilognya.

Namun, ya, tidak dapat dipungkiri bahwa hal yang paling menarik dari Kembar Keempat—bagi saya—adalah banyaknya kosakata baru yang saya temukan. Perbendaharaan kata yang begitu kaya ini membuat saya terkagum-kagum dan ingin sekali memberikan tepuk tangan paling keras yang saya bisa.
Profile Image for Juni Rahamnita.
22 reviews52 followers
May 8, 2018
Buku ini selesai saya baca hanya selama empat jam! Satu jam di kantin toko buku, tiga jam sisanya di rumah. Seperti dua buku Sekar Ayu Asmara sebelumnya yang saya baca(Doa Ibu dan Pintu Terlarang), ia masih berbicara tentang rahim dan janin. Namun di dalam novel ini penulis menambahkan bumbu anak kembar. Ia juga memiliki cara bercerita yang sama seperti dua buku yang telah saya baca. Tetap magis, tetapi saya sudah hapal dengan gaya penulisannya. Saya tidak menikmatinya. Karena itu, saya mencoba menebak jalan cerita ketika sampai di seperempat buku. Sampai di tengah buku, saya lebih banyak mencoba menebak seluruh jalan cerita. Dan semuanya benar.

Enam-tujuh tahun yang lalu, ketika pertama kali membaca tulisan Sekar Ayu Asmara, saya berdecak. Saya dibuat terpana dengan perintilan detil, pendalaman karakter, dimensi buatan penulis, dan ide cerita yang disajikan di sepanjang buku.
Profile Image for Rina Suryakusuma.
Author 15 books109 followers
January 30, 2016
Judulnya benar-benar bikin penasaran
Saya nggak ngerti, apa arti kembar keempat sampai akhirnya tiba di ending

Secara cerita, jauh lebih bikin trauma buku pintu terlarang
Tapi Kembar keempat pun juga lumayan bergema

Cerita dibuka dengan kisah tiga anak kembar Bhara, Bhadra dan Bhajra
Lalu cerita pindah ke satu orang gadis model yang bernama Axena
Kemudian gadis lain yang bernama Havana

Baca cerita ini seperti baca tiga kisah yang berbeda
Tapi pada akhirnya, seperti pintu terlarang juga, cerita mulai menyatu dan diikuti dengan twist yang yah, begitulah :D

Page turner
Novel ini habis dalam sekali duduk
Profile Image for Titish A.K..
Author 1 book131 followers
December 14, 2015
Saya bukan penggemar novel misteri yg teka-tekinya dipecahkan dg cara: (1) Suruh satu orang yg tahu misterinya untuk cerita semuanya di akhir cerita, atau (2) Kirim hantu untuk memberi petunjuk jawaban atas semua teka-teki. Menurut saya cara2 begini adalah cara pengungkapan misteri yg malas & kok ya novel ini pake DUA CARA ITU SEKALIGUS. Duh!
Profile Image for ABO.
417 reviews46 followers
November 25, 2016
2.5/5

Endingnya maksa, padahal di awal-awal buku ini bagus, hampir menggeser Pintu Terlarang ke urutan kedua buku favorit saya dari buku penulisnya yang pernah saya baca. Satu-satunya yang masih konsisten saya sukai dari awal hingga akhir adalah diksinya, jenis yang sudah sangat jarang ditemukan di buku-buku sekarang.
Profile Image for Vendy.
12 reviews
December 24, 2009
There's an expiry date for your secret. You will never know.
Profile Image for Fanda Kutubuku.
332 reviews123 followers
January 8, 2011
Bingung dengan kata-kata "aneh"nya. Ceritanya agak dipaksakan dengan bumbu mistis.
Profile Image for Nike Andaru.
1,508 reviews102 followers
June 18, 2020
90 - 2020

Buku ini sudah tertimbun lama, lalu karena beberapa bulan lalu baca Pintu Terlarang karya Sekar Ayu Asmara juga, saya ingat punya buku ini. Lalu saya coba baca walau udah liat review beberapa orang teman agak mengecewakan.

Saya harus bilang saya pun kecewa. Buku ini mungkin punya pesan yang baik, agar yang terlahir kembar jangan dipisahkan, tapi ceritanya amat gak banget gitu deh.

Endingnya udah bisa ditebak. Populasi manusia di dunia ini begitu banyak, probabilitas kembar yang kepisah ketemu ya mungkin banget sih, tapi kalo sampe ketemu bareng dalam waktu yg bersamaan, gitu, apa iya begitu? Walau kembar tetap aja kadang mereka berbeda, apa iya jalan hidup kembar juga sama? Kan aneh aja.
Profile Image for Dhani.
257 reviews16 followers
August 21, 2018
Review singkat saya tentang novel ini,
1/ Seru tapi nggak jelas, wkwk.
2/ Campuran antara kisah biasa plus kisah hantu hantuan, tapi nggak serem.
3/ Endingnya kok cuma segitu ya, bikin pembaca kecewa.
4/ Saya tidak melihat relevansinya antara judul dan isi, kecuali sebagian kecil di akhir akhir halaman.
5/ Banyak pilihan pilihan kata yang asing di semua halaman.Tapi males lihat artinya.
6/.Ada satu bagian di halaman 128, disebutkan rumah yang disewa salah satu tokoh utama ada di atas tanah seluas 1000 hektar.Yakin hektar? Kalau benar, sepertinya rumah itu berdiri di atas tanah satu kota mungkin.
Kesimpulan akhir, novel seru tapi ya gitu.Tak memuaskan secara keseluruhan.
Profile Image for Truly.
2,556 reviews4 followers
September 29, 2020
Sepuluh tahun!
Astaga, sudah selama itu ternyata.
Semula buku ini milik sis Bea, lalu dihibahkan ke saya. Tertimbun hingga saat ini.

Kisahnya sungguh menyentuh hati.
Saya jadi ingat, sejak dahulu banyak yang bilang bahwa saudara kembar jangan sampai dipisahkan. Walau ada juga yang mengatakan saudara kembar adalah jodoh yang dibawa sejak lahir.

Mengharukan. Awalnya tiap tokoh memiliki kisah masing2, kemudian pada akhir kisah, semua bagian menjadi satu. Semua misteri terjawab.
Profile Image for Iras P.
14 reviews
March 26, 2018
Buku yang cukup complex. Twist-nya tidak dapat diprediksi. Butuh beberapa kali mengulang beberapa bagian untuk memahami maksud sebenarnya dari plot-plot yang ada dalam buku ini. Bagaiman perjalanan keempat kembar digambarkan.
Profile Image for Retno Winarni.
21 reviews
May 18, 2021
Dialog-dialognya terasa kaku. Bumbu diksi yang tak lazim dipakai belum cukup membangun atmosphere cerita. Penggambaran karakter yang hampir sempurna terasa kering. Ini novel pertama yang bisa saya selesaikan dalam sehari hahaha
7 reviews41 followers
December 24, 2018
jalan ceritanya benar-benar di luar realita sih, ngeri banget bacanya waktu masih zama SMA soalnya. Jalan cerita emang khasnya penulis banget
Profile Image for Mansergh.
44 reviews
July 6, 2019
Kembarrr 6
This entire review has been hidden because of spoilers.
Profile Image for 아미 ami.
149 reviews18 followers
February 18, 2021
bagus tapi sepertinya bagusan pintu terlarang & doa ibu. buku ini lebih realistis dari dua buku itu, endingnya emang ngga berhasil ketebak tapi ngga yang bikin ngagetin kayak baca dua buku tadi
Profile Image for Pris.
381 reviews39 followers
October 7, 2016
Anggaplah belakangan ini saya memang lagi pelit ngasih rating :)). Saya sendiri tadinya berharap bisa ngasih tiga bintang ke buku ini, minimal untuk keindahan bahasanya. Apa daya ternyata usai baca saya malah kepikiran pertanyaan-pertanyaan yang bikin saya makin kurang sreg sama buku ini...

Latar belakang Sekar Ayu Asmara yang bukan orang awam di dunia seni-budaya Indonesia sebetulnya menjanjikan karyanya bukan cuma menarik, tapi juga berbobot dan estetik. Dari buku ini, saya sebetulnya suka dengan ide ceritanya yang nggak mainstream dan bikin penasaran. Sejak baca Pintu Terlarang, ciri khas SAA tampaknya membangun cerita misteri dengan benang merah yang sebetulnya sederhana, tapi kok ya tetep nggak ketebak dari awal. Saya juga suka cara pengarang melukiskan dengan detail masing-masing karakternya yang berbeda budaya. Dapat info menarik sedikit-sedikit tentang budaya Turki, audisi dan pementasan Broadway, sampai gaya hidup seorang supermodel internasional di sini. Saya pun suka bagaimana pengarang membangun struktur ceritanya dengan rapi, hampir bisa dibilang simetris. Mungkin kurang realistis, tapi ya memang estetis #ngomongapasihini.

Saya mau bahas tentang gaya penulisan. Di awal, gaya tulisannya terasa mengalir enak dibaca, lugas tapi tetap indah. Memang banyak bertabur kata-kata "ajaib", yang bikin saya beberapa kali bolak-balik ngecek aplikasi KBBI di HP buat tahu artinya. Di satu sisi ini menyenangkan, menambah perbendaharaan kata. Di sisi lain, kalaupun pace baca terganggu karena harus cek KBBI melulu, mengabaikannya saja pun nggak terlalu masalah. Masih bisa dikira-kira lah arti kata-kata ajaibnya. Justru kosakata nggak lazim ini yang bikin tulisan pengarang kian cantik.

Buat saya problemnya justru kelugasan gaya bahasanya. Setelah separuh buku saya agak sadar, tampaknya pengarang ketat sekali mengikuti pola kalimat S-P-O-K (?). Hasilnya: 1) kalimatnya memang jadi mudah dipahami; 2) gaya bahasa ini, saat dipakai berlebihan, menimbulkan kesan "dingin" dan berjarak. Di novel Pintu Terlarang gaya ini memang cocok dengan genre psycho-thrillernya, justru menguatkan salah satu karakter yang punya gangguan mental. Di Kembar Keempat, awalnya bikin saya bertanya-tanya apakah buku ini juga bergenre sama? Sewaktu makin jelas buku ini lebih ke drama keluarga berbumbu percintaan, malah ada aura metropop terasa kental (dari unsur karakter-karakter yang rupawan, sukses dan gaya hidupnya juga high-class dan go-international), gaya bahasa begini jadi terasa salah tempat. Kurang "mengalun", kurang menjiwai.

Keluhan kedua saya adalah tentang twist dan endingnya. Saya ngerasa, pesan yang mau disampaikan sebenarnya bagus, tapi pengarang memilih pendekatan lewat alur yang terlalu dramatis, sampai-sampai pesan itu jadi terkubur di bawah drama-drama yang dibangunnya.

Tampaknya buku ini lebih cocok dinikmati sebagai bacaan ringan. Nikmati misterinya dan sila terkaget-kaget dengan twistnya, tapi nggak usah terlalu mikirin kenapa-kenapanya. Nanti malah nggak puas kayak saya =))
Profile Image for Aya Murning.
162 reviews21 followers
May 9, 2013
3 stars. I liked it!

dari judulnya saja, saya nggak pernah menyangka bahwa tabir misterinya seruwet itu. saya kira misterinya hanya sebatas pada judul itu saja. saya jadi berpikir sendiri mengapa harus ada Havana juga? sementara sudah Axena yg muncul/diceritakan duluan di cerita ini, yg langsung saya judge bahwa Axena lah si kembar keempat.

oh... ternyata tidak demikian. saat mendekati ujung cerita, barulah bisa bilang "yaelah tebakan gue salah semua" hahaha. saya suka cerita yg seperti ini. cerita yg lumayan buat mikir, walo ga mikir2 amat sampe ke hal yg berat2 layaknya novel detektif.

sebenarnya saya mau kasih 2,5 bintang. tapi karena option itu tidak ada, maka saya kasih 3 saja. 0,5 sebagai reward karena sudah membuat cerita yg tak terduga dan saya jadi salah nebak mulu! :p

secara penulisan, untuk saya pribadi, ini membosankan. kenapa? saya tidak bisa membaca/menilai watak masing2 perannya tersebut bagaimana. hanya 10% dari keseluruhan cerita yg berisi dialog. selebihnya hanya deskripsi atau prolog atau apalah namanya itu. ya, terlalu banyak deskripsi. hanya di bab awal yg menjelaskan secara singkat bagaimana kepribadian si tokoh kembar tiga itu. namun ketika dibaca, tidak ada sama sekali hal yg menunjukkan bahwa masing2 kembar itu sifatnya begitu.

Profile Image for Just_denok.
366 reviews6 followers
January 13, 2014
Novel Kembar Keempat ini ada dalam paket LitBox yang saya beli, sepaket dengan Amba, dan Blue Romance. Novel ini membuat saya gila. Pengen garuk2 tembok setelah mengetahui segalanya. Jujur di tiga perempat halaman awal, saya sangat menikmati novel ini. Cerita cinta Axena-Merav, Havana-Yilmaz kemudian keterkaitan nya dengan Bhara, Bhadra dan Bhajra membuat saya berdecak kagum. Diwarnai dengan latar belakang New York, Paris, Istambul dan Bali, Sekar Ayu Asmara pandai sekali merangkai jalan cerita sehingga membuat saya berpikir ini adalah novel romance. Tapi ketika sudah menamatkan novel ini, saya baru ngeh kalau sebenarnya novel ini adalah novel misteri yang dibalut dengan baju romance.
Cerita di novel ini nggak ketebak ending nya gimana. Ya sebenarnya wajar sih, melihat film Pintu Terlarang (yang sampai saat ini saya nggak ngerti maksudnya apa, karena film itu masih bikin saya bertanya2 tentang kesimpulan cerita), Sekar Ayu Asmara memang penulis yang ‘berbeda’. Banyak hal baru dan yang saya baca di novel ini. Pertama, bagaimana Merav ingin menikahi Axena dengan cara yang ‘berbeda’, lalu kepribadian eksentrik dari Havana, dan cara Bunda membesarkan Bhara, Bhadra dan Bhajra yang penuh dengan kesempurnaan. Yaaa..walaupun sedikit ‘berbeda’ dengan novel2 yang biasa saya baca, novel ini bisa membuat saya suka dan nyaman dengan ‘perbedaan nya’. Di halaman2 menjelang akhir dari novel ini, saya agak merinding bacanya, karena ada sedikit unsur mistis ;p.
But, saya suka sih bagaimana ending ceritanya. Penyelesaian dari konflik di novel ini juga cukup bikin saya puas. Penjelasan mengenai Kembar Keempat juga jelas dan tidak menimbulkan pertanyaan. Saya suka goal akhir yang dibuat Sekar Ayu Asmara tentang hidup Bhara, Bhadra dan Bhajra. Well, membaca novel ini tidak membuat saya berpikir keras koq, cerita nya mengalir, sehingga saya bisa menikmatinya dengan mudah.
Profile Image for Victoria.
18 reviews6 followers
July 9, 2014
3.5 stars!
Actually i want to give this novel by sekar ayu asmara 4 stars but i felt in the middle of the story the author made it went too fast for my taste. The love between axena and bhara or between havana and bhadra, i think it will be more romantic if the author explored it more. I know the theme is about separated twins that actually can't be separated or they wil get the karma: fall in love with each other, but i just don't like insta love. Their love felt wrong and forced.
But for the plot and for the idea of the story i really liked it. made me spent all day to read it till the end. I also love the explanation about different places that told in this book. The author took me to explore New york, Manhattan, Paris, and Istanbul and made me feel they must be great places to choose for holiday. Bali? off course.^^
and the love story between axena and merav is so so sweet (tears). Merav's idea to marry in every god's sacred house is amazing, very unique. and for Havana.. she's interesting with her bald head and her crazy hobby/work: take photos of dead person and collect them.
The main guy in this story seemed bhara, the others almost burried with main girls' story especially bhajra. and the idea to connect two girls' life with two guys' life.. it's just wow.. In fact, the theme in this novel is not only romance but also supernatural. ghosts.. (goosebumps)
This novel is the only novel from sekar ayu asmara that i've ever read. I think if i found her book again in store i will buy them coz I am sure they will be as unique as this.
NOTES:
The author had made movies too based on her own story, she also's a composer and likes to paint. IN CONCLUSION.. She's a very talented author. I admire her.. (^^)
This entire review has been hidden because of spoilers.
Profile Image for Mandewi.
553 reviews10 followers
June 5, 2014
Cerita oke. Tentang kembar terpisahkan.

Tapi yang menarik perhatian justru gaya bercerita SAA. Kalimat-kalimat digunakan seefisien mungkin. Efisien, maksudnya terasa sekali penulis berusaha --kalau tidak bisa dibilang berusaha terlalu keras, memangkas habis kata-kata seperti 'dengan', 'yang', dan '-nya'.

Perhatikan kalimat pertama dan kedua reviu ini. Apakah tidak lebih halus jika saya menulis, "Ceritanya oke. Tentang kembar yang terpisahkan."? Seperti kalimat pertama dan kedua itulah gaya tulisan SAA yang saya sebut efisien. :))

Satu lagi, dalam novel ini banyak saya temukan kata-kata baru yang bahkan saya tidak tahu ada di KBBI. Misalnya: gelanting, renyai, merelas, rangkup, perenyuk, kayau.

Kata-kata apa itu? :O Barangkali akan menjadi tidak masalah kalau kata-kata 'asing' seperti hanya ada satu atau dua dalam satu bab. Tetapi contoh kata-kata baru yang saya sebut tadi, semuanya ada dalam satu bab yang hanya terdiri dari enam halaman. :)

Jadi, dengan besar hati, saya simpulkan bahwa novel ini lebih cocok ditujukan untuk penulis yang perlu menambah perbendaharaan kata *nunjuk diri sendiri*, dibandingkan untuk pembaca yang ingin menikmati kalimat demi kalimat tanpa mengerutkan kening.
Profile Image for Pratiwi Utaminingsih.
34 reviews9 followers
March 22, 2014
This book is a magic! Merinding bacanya dari awal sampe akhir. Jujur ini adalah novel pertama dari Sekar Ayu Asmara yg saya baca. Aura mistis di awal cerita langsung menarik perhatian saya begitu dalam dan terbukti, tidak sampai sehari saya mampu menamatkannya.
Yang pertama saya tangkap adalah gaya penulisan Sekar Ayu Asmara yang hampir mirip dengan gaya Fira Basuki. Dimana banyak sekali detail tentang suatu tempat beserta budaya dan sejarahnya. Tipe buku favorit saya. Sambil refreshing juga jadi makin pinter, hehe.
Hal kedua yg saya tangkap, novel ini langsung mengingatkan saya pada film yg disutradarai oleh Sekar yaitu Belahan Jiwa. Dimana tokoh-tokohnya menyimpan sisi misterius soal masa lalunya. Dan juga memiliki keunikan dalam pribadinya.
Ending cerita di novel ini cukup mengejutkan, saya kira teka-teki ini cukuplah sampai pada terbukanya siapa kembar keempat sebenarnya. Tapi ternyata tidak. Bahkan ada beberapa twists yang mampu bikin sekujur badan merinding.
Five stars for Kembar Keempat!
Profile Image for Tia Hadi.
24 reviews
November 20, 2016
plot twistnya bagus. soal kesempurnaan lahiriah dan jalan hidup yg terlalu mulus (karena disampaikannya memang dgn cara begitu) buat saya sih itu kekurangan penulisan yg nggak terlalu penting. semuanya punya jalan kehidupan dan menghadapi rintangan sampai ke akhir yang realistisnya susah dicapai, tapi bukan nggak mungkin. fragmen tersebut memang merupakan kekurangan, tapi nggak begitu berarti. yang penting ide ceritanya berhasil, dan buat saya maksud ceritanya sangat tersampaikan dan betul-betul menarik. maksud cerita tersebut bukan menyampaikan jalan hidup para tokoh yang penuh pencapaian, justru hal-hal sempurna tersebut kita akan menyayangkan ketika menemui akhir cerita yang bergulir ke arah sebaliknya. mendadak semuanya jadi tidak sempurna lagi. atau ternyata apa yang kita lihat tidak sesempurna yang kita harapkan. recommended banget, imperfection won't hurt unless you already had perfection
Profile Image for Claudia Von.
14 reviews11 followers
May 21, 2011
Dari awal udah nebak-nebak, apa nih maksud dari judulnya. Siapa sih kempar keempat itu. And it was amazing ternyata ceritanya....begitu. Kaget, sekaget-kagetnya. Gue jadi mulai meragukan kemampuan gue yang suka sotoy nebak-nebak cerita :P
Two thumbs up! Alur yang gak ketebak itu merupakan daya tarik dan keunggulan buku ini. Bisa bikin sedih juga loh. Gue sampai nangis pas orang-orang itu pada meninggal (bukan spoiler ya kan ada di prolog). Cuma ya gong nangisnya pas udah tau kenapa mereka bunuh diri itu.
Takdir ya boo. Adil gak adil. Suka gak suka. Harus kita terima. Sedih! Kenapa? Karena orang-ornag itu jadi korban karena kesalahan orang lain; let's say orang tua mereka. Gue jadi mikir yang enggak-enggak deh. Sok-sok mengaitkan sama diri gue sendiri. Apakah hidup gue sekarang begini hasil tabungan orang tua gue? Takdir? Huaa. Mikir deh malam-malam gini.
Profile Image for Sutresna.
225 reviews13 followers
June 21, 2014
Kenapa judulnya Kembar Keempat?!! Judulnya mengecoh sekali! hahaha

Buat saya ceritanya rada ringan meski detil-detil ttg lokasi, fashion, dsbnya benar-benar lengkap.

Yang paling asyik adalah isi tiap babnya tidak lebih dari 5 halaman, jadi gampang buat saya istirahat di sela-sela bab bila ingin menunda bacaan di tengah jalan.

Tokohnya buanyak banget ya jadi bingung buat diafalin di awal2. Tapi saya suka nama Bhara, Bhadra, dan Bhajra yang kembar tiga itu.

Pergantian cerita satu tokoh ke tokoh lain melompat-lompat, lumayan bikin keder kalo bacanya cepet-cepet. hehe

Melungkup, berselarak, menyelangkupi, menyelisir, merecik, adalah beberapa dari banyak kosakata yang mungkin hanya akan kalian temui di buku ini. Nyastra. Kalo ndak nyastra, mungkin saya ndak akan tertarik pada buku ini.

Selanjutnya mau baca yang Doa Ibu, tapi belum dapet2 bukunya.
Displaying 1 - 30 of 57 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.