"Cerpen-cerpen Benny Arnas memiliki daya pikat tersendiri. Ia dengan tandas menceritakan apa-apa yang ia temui dalam masyarakatnya, Tanpa upaya menjadikannya pijakannya yang rumit. Tanpa sengaja menghasilkan gaya." Hanna Fransisca (Zhu Yong Xia), Penyair
Mau sebagus apapun sebuah buku, pada akhirnya akan kembali apakah orang akan menikmati atau tidak bukan?
Nah kumpulan cerpen yang ditulis oleh Benny Arnas ini adalah salah satu buku yang termasuk dalam kategori tersebut.
Ada 14 cerpen dalam buku ini dimana 13 lainnya sudah diterbitkan atau sudah muncul di surat kabar nasional. Jadi secara kualitas tentu saja cerpen-cerpen yang ada di buku ini jaminan. Namanya aja sudah tembus media nasional yang dalam penyeleksiannya ketat.
Tapi tidak semua cerita dapat aku nikmatin karena bahasa yang terlalu berat atau bisa jadi otakku yang tidak nyampe. Rasanya aku butuh kamus bahasa Indonesia atau tesaurus saat membaca cerpen cerpen yang ada di buku ini.
Ada satu cerpen yang aku suka banget judulnya Malam Rajam. Ceritanya sederhana tapi sangat mengena. Ada beberapa cerpen lagi yang aku baca dan cukup menarik tapi sebagian besarnya bikin pusing.
Sekali lagi bisa jadi ini bukan cerpen yang jelek tapi memang tidak cocok saja denganku.
"Selalu takjub dengan penulis yang dapat menjadikan kebudayaan tempat tinggalnya sebagai identitas tulisan. Buku dengan 14 cerpen ini adalah refleksi dari kultur dan gejolak hidup masyarakat Lubuk Linggau dan sekitarnya dengan dialek dan diksi yang jarang didengar namun pas dirasa. Tak perlu ditanya bagus atau tidak karena pandangan subyektif tiap pembaca tidaklah sama satu dengan yang lainnya. Kalau ditanya mana cerita pamungkas, aku pilih yang sesuai tajuk."