Jika kau ingin melihat peri, di tengah malam pekat, Tutuplah dirimu dengan selimut, Dan pejamkan matamu rapat-rapat. Katakan “Akral dafarray!“ Dan bukalah mata kananmu, dan (Gjika kau adalah anak yang baik) sesosok peri akan melayang di dekatmu! —Puisi Melihat Peri
Enid Mary Blyton (1897 - 1968) was an English author of children's books.
Born in South London, Blyton was the eldest of three children, and showed an early interest in music and reading. She was educated at St. Christopher's School, Beckenham, and - having decided not to pursue her music - at Ipswich High School, where she trained as a kindergarten teacher. She taught for five years before her 1924 marriage to editor Hugh Pollock, with whom she had two daughters. This marriage ended in divorce, and Blyton remarried in 1943, to surgeon Kenneth Fraser Darrell Waters. She died in 1968, one year after her second husband.
Blyton was a prolific author of children's books, who penned an estimated 800 books over about 40 years. Her stories were often either children's adventure and mystery stories, or fantasies involving magic. Notable series include: The Famous Five, The Secret Seven, The Five Find-Outers, Noddy, The Wishing Chair, Mallory Towers, and St. Clare's.
According to the Index Translationum, Blyton was the fifth most popular author in the world in 2007, coming after Lenin but ahead of Shakespeare.
Konon, “Child Whispers” merupakan karya pertama Enid Blyton yang dibuatnya khusus untuk anak-anak atas dasar “kekurangan puisi-puisi yang cocok dari jenis yang kuinginkan.” Dari beragam puisi pada masa itu, Blyton menginginkan “ide, humor, dan fantasi dari anak-anak itu sendiri”. Kumpulan puisi yang pertama kali terbit pada 1922 itu kini diterjemahkan dan diterbitkan sebuah penerbit indie asal Solo.
Meski bukan penggemar Blyton (bahkan, sejauh yang kuingat, aku belum membaca satu pun karyanya), aku tertarik membaca buku ini karena berbentuk kumpulan puisi dan konon, seperti yang sudah disampaikan di awal, buku ini karya pertama Blyton dalam karier kepengarangannya. Selain itu, buku ini juga termasuk buku anak-anak sehingga menambah daftar bacaan anak yang kukhususkan pada April 2021 ini. Jadi mari kita selisik.
“Bisikan Anak-Anak” tipis saja. Dengan dimensi buku yang mini, tebalnya cuma 60 halaman. Terdapat 28 puisi di dalamnya. Sedikit terkejut karena, sebagai karya yang ditujukan untuk anak-anak, puisi-puisinya cukup panjang. Kebanyakan hampir dua halaman penuh, meski beberapa satu halaman dan ada dua puisi terpanjang dengan memakan hampir tiga halaman berjudul “Goblin” dan “Balon Sang Penyihir”.
Entah pasal apa, tapi butuh penjedaan hingga tiga hari untuk aku menuntaskan puisi-puisi pada buku ini. Aku malah menyelanya dengan selesaikan satu buku lain setebal 200 halaman.
I think I would have enjoyed this volume of children's poetry when I was a child. The author appears to be fascinated by fairies, and it's obvious she thought "nurse" was too strict. The epub formatting of the Project Gutenberg copy is poor.
Suatu hari aku menemukan sesosok peri Di secangkir teh milikku Dia hampir tenggelam Dan sungguh basah terlalu
Aku mengangkatnya dan mengeringkannya Lalu bertanya apakah dia menetap; "Oh, tidak," katanya, "Aku tidak bisa." Dan dia pergi terbang dalam sekejap
Once I found a fairy In my cup of tea. She was nearly drowned And wet as wet could be.
I picked her out and dried her And asked her if she'd stay; "Oh, no," she said, "_I mustn't_," And off she flew away.
~Kekecewaan, halaman 8~
Para penggila buku yang menghabiskan masa anak-anak serta remaja pada era 80-90 bisa dikatakan cukup mengenal sosok Enid Blyton. Minimal pernah membaca satu dari sekian banyak buku yang dihasilkan.
In her preface Enid Blyton states - “In my experience of teaching I have found the children delight in two distinct types of verses. These are the humorous type and the imaginative poetical type—but the humour must be from the child's point of view and not from the "grown-up's"—a very different thing. And the imagination in the second type of poem must be clear and whimsical, otherwise the appeal fails and the child does not respond.”
This statement sums up this book of poetry, and indeed all of Blyton’s writing rather well. And they provide a good explanation for Blyton’s enduring popularity amongst generations of children.
I enjoyed this short book of poems. Despite being somewhat dated, they were delightful, and gave me some insight into Enid Blyton at the very start of her career.
I made the proofing of this book for Free Literature and Project Gutenberg will publish it.
CONTENTS
Preface Rosamunda Disappointment On Strike Fairy Sight A Fairy Necklace Paying a Call Before Breakfast Goblins The Fairy’s Bedtime Poppies A Queer Butterfly Lovely Frocks The Jolly Wind The Witch’s Balloons Fairy Music The Little Folk on the Hill The Moon at Tea-Time April The Silent Pool This Afternoon The “Feeling” The Naughty Gnome Six o'clock The Imp’s Mistake Put to Bed The Merry' Freeze An Accident A Happy Ending
Twenty-eight lovely poems of yesteryear grace this book. I think young children would enjoy the imaginative ideas about fairies, and perhaps identify with being sent to bed early after working some mischief. Old-fashioned in some ways, yet speaking of many things common to children of any era, it was an enjoyable, interesting little peek into the past through a child's eyes.
I read this on Project Gutenberg and will definitely be tucking it away in my lists as a book to read with E in a couple of years.
Note: there are a few poems that mention witches, and one about goblins.
Masa kecilku nggak terlalu familiar dengan karya-karya Enid Blyton. Ini adalah karya pertamanya yang kubaca. Yang menarik, ternyata Bisikan Anak-Anak (atau dalam bahasa Inggris Child Whispers) merupakan buku pertama dalam karier kepenulisannya.
Membaca buku ini mengingatkanku pada film kartun favorit, Jeanie with the Light Brown Hair yang dulu tayang di Spacetoon. Hamparan padang rumput nan hijau, peternakan, berlarian mengejar angin, impian-impian, serta perasaan gembira yang sulit diungkapkan.
Bisikan Anak-Anak sendiri ditulis karena pada masa itu (sekitar 1920-an), Enid Blyton merasa bahwa anak-anak kekurangan puisi jenaka dan imajinatif. Maka, dibuatlah buku ini. Untuk unsur jenaka, ada beberapa puisi yang memang membuatku tersenyum tipis. Mungkin imajinasiku sebagai orang dewasa tak lagi sama dengan anak-anak dan mungkin anak-anak akan menganggap buku ini lebih lucu dari yang kubayangkan.
Untuk sisi imajinatif, dengan mudah aku bisa menemukan hal-hal yang biasanya berterbangan di kepala anak-anak, misalnya peri, kurcaci, hantu kecil, hewan-hewan aneh, penyihir jahat, makhluk yang hanya bisa dilihat anak-anak, atau hal lainnya yang enggak masuk di akal. Sepertinya, kalau ditambah ilustrasi akan lebih menarik, tapi mungkin Enid Blyton ingin membiarkan anak-anak punya rupa ilustrasi sendiri di dalam kepalanya, mungkin?
Selesai membaca buku ini, aku mengulik versi bahasa Inggrisnya. Imajinasi yang sebelumnya sudah tertanam di kepala kala membaca terjemahannya, rupanya kembali muncul. Dan itu adalah pengalaman yang menyenangkan. Untuk versi bahasa Inggris, ternyata Enid Blyton menggunakan teknik rhyming yang membuat puisi-puisinya tampak lebih riang dan hidup, tapi sayangnya hal tersebut memang agak sulit diaplikasikan di terjemahan bahasa Indonesia. Plus, barulah aku menyadari jika Bisikan Anak-Anak ini penggalannya kurang enak dibaca, bisa jadi karena terjemahannya yang lebih panjang atau layout bukunya yang kurang pas. Kendati begitu, upaya Liswindio Apendicaesar dalam menerjemahkannya tentu patut diacungi jempol, mengingat menerjemahkan buku puisi (apalagi untuk anak-anak) tentu tidak mudah.
Di lain sisi, aku suka sekali bagaimana Enid Blyton menyampaikan puisi-puisinya dari sudut pandang anak-anak, dan juga untuk anak-anak. Bahkan, di beberapa puisi, tokoh dalam puisi bukan hanya sedang bercerita, melainkan mengajak pembaca untuk ikut masuk ke dalam petualangannya. Misalnya, seperti pada penggalan puisi "Pukul Enam" berikut ini:
Dan setelah aku ceritakan padamu semua hal ini, Jika kau bangun pagi juga, dan tidak boleh bersuara sampai jam tujuh tepat, Kau sudah tahu harus melakukan apa.
Dan, aku juga setuju dengan apa yang dikatakan @raafiand (yang tanpa sengaja meracuniku untuk membaca buku ini), Bisikan Anak-Anak terasa seperti fiksi mini. Alur ceritanya mudah diikuti, meski tampak sepotong-sepotong. Oh ya, dua puisi favoritku ialah "Goblin" dan "Kurcaci yang Nakal".
Child Whispers disebut-sebut sebagai buku pertama dalam karir kepenulisan Enid Blyton. Hampir seabad kemudian, kumpulan puisi ini baru diterjemahkan dan diterbitkan oleh salah satu penerbit indie Indonesia. Total ada 28 puisi yang menggelitik imajinasi anak-anak akan keberadaan peri, penyihir, dan fantasi lainnya. Versi bahasa Indonesia ini malah bikin saya penasaran pada rupa bahasa aslinya—bahasa Inggris. Alhasil, saya pun membandingkan dua versi itu seperti anak segudang kuriositas.
Dalam versi terjemahan, ada kata atau kalimat yang janggal atau tidak cocok—menurut saya. Beberapa rima juga hilang dan tata letak isinya cukup berantakan, sehingga keindahan puisi tersebut memudar. Ah, mungkin tidak ada padanan kata yang pas atau penerjemahnya punya pertimbangan tersendiri. Bagaimanapun, seni menerjemahkan tidaklah mudah. Salah satu dari ratusan karya Enid Blyton diterbitkan pun saya sudah senang.
Just trying to work my way through Blyton's entire output, CHILD WHISPERS being one of her first published books (her third, I think), released while she was still working as a young teacher. It's a collection of a handful of poems which she used to read to her pupils before friends suggested a wider audience might be appreciative. The poems are pleasantly written and typically feature fairies and children playing outdoors, with a few goblins knocking about too. Short and slight, but endearing with it.
Read Reditt final try: published before 1950, second time, poetry collection plus letters: c,h,p,r,s,w Pros: lots of nice stories with great imagination and a lot of child innocence. cons: none really